DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DI KECAMATAN JATINEGARA

(1)

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN

PENGOLAHAN KELAPA TERPADU TERHADAP

PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DI KECAMATAN

JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nendi Fatkhur Rahman NIM 7450406529

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Etty Soesilowati, M.Si Amin Pujiati, SE, M.Si NIP. 196304181989012001 NIP. 196908212006042001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Hj. Suci Hatiningsih, DWP, M.Si NIP. 196812091997022001


(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji

Shanty Oktavilia, SE, M.Si NIP. 197808152008012016

Anggota I Anggota II

Dr. Etty Soesilowati, M.Si Amin Pujiati, SE, M.Si

NIP. 196304181989012001 NIP. 196908212006042001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2011

Nendi Fatkhur Rahman

NIM 7450406529


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

”Cukuplah bagi kami Allah, menjadi Tuhan kami dan Dialah sebaik-baik wakil

(yang membereskan semua urusan)” (Ali’Imran: 173) ”Dialah sebaik-baik

pemimpin dan penolong” (Al-Anfal: 40)

”Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

(Khalifah Umar R.A)

“ Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening”

Persembahan

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

memberikan do’a, semangat dan dukungannya

2. Adik-adikku Azis dan Anis tersayang

3. Teman-teman seperjuangan IESP 2006

4. Seorang yang selalu ada dengan do’a dan

semangatnya.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

anugerah, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.

4. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Amin Pujiati, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen dan karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri

Semarang yang telah mendukung dan memperlancar dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Subur selaku Ketua Gapoktan Mekar Jaya yang telah memberikan ijin

dan memperlancar penelitian ini.

8. Seluruh Jajaran Pegawai Dinas Pertania Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten


(7)

Tegal.

9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2006

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materiil maupun spiritual kepada penulis. Karena hanya Allah yang mampu membalas kebaikan dari semuanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, jika masih ada kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini dapat penulis terima.

Semarang, juli 2011 Penulis


(8)

ABSTRAK

Fatkhur Rahman, Nendi. 2011. “Dampak Program Pengembangan dan

Pengolahan Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan

Faktor Faktor Produksi di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal”. Skipsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I . Dr Etty Soesilowati, M.Si. II. Amin Pujiati, SE, M.Si.

Kata kunci : Pengolahan Kelapa terpadu, produktivitas dan efisiensi

Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Kecamatan Jatinegara merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang lain, yang bisa sebagai penghasilan masyarakat dan untuk memenuhi konsumsi kelapa di Kabupaten Tegal. tetapi sungguh memprihatinkan terjadi penurunan produksi pada tahun 2008, karena itu untuk memajukan usahatani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor faktor produksi kelapa.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dilihat dari produktivitas dan efisiensi penggunaaan faktor-faktor produksicbagi petani kelapa.

Populasi peserta program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu sebanyak 149 orang dan jumlah sampelnya 90 responden. Teknik sampel yang

digunakan yaitu teknik purposive clusster area sampling. Metode pengumpulan

datanya meliputi kuesioner (angket), wawancara, dan dokumentasi, metode analisis datannya adalah deskripsi presentasi, dan uji efisiensi.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu memberikan efek positif terhadap produktivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi petani kelapa. terbukti dengan hasil perhitungan uji t dengan uji sampel berpasangan diperoleh probabilitas signifikansi 0,00 < 0,05 dan uji efisiensi menunjukan dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu lebih efisien dibandingkan degan efisiensi penggunanaa faktor faktor produksi sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, terbukti dengan hasil efisiensi ekonomi sesudah adanya program 1,37592 sedangkan efisiensi ekonomi sebelum program sebesar 3,61016. Nilai efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga keduanya perlu penambahan penggunaan faktor produksi, tetapi nilai efisiensi ekonomi sesudah adanya program hampir mendekati satu, sehingga dapat dikatakan mendekati efisien.

vii i


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Faktor-Faktor Produksi Usahatani ... 9

2.2. Teori Produktivitas ... 10

2.3. Hasil Produksi Usahatani ... 11

2.4. Fungsi Produksi ... 13

2.5. Efisiensi ... 17

2.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 20

2.7. Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi Frontier Stocahastic ... 22

2.8. Teori Pertumbuhan ... 24

2.9. Penelitian Terdahulu ... 26

2.10.Kerangka Berfikir ... 31

2.11.Hipotesis ... 32


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian ... 33

3.2Populasi ... 33

3.3Sampel Penelitian ... 33

3.4Variabel Penelitian ... 34

3.5Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Metode Kuesioner ... 35

3.5.2 Metode Wawancara ... 35

3.5.2 Metode Dokumentasi ... 36

3.6Metode Analisis Data ... 36

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 36

3.6.2 Uji t ... 36

3.6.3 Uji Efisiensi ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ... 41

4.1.2 Proses Dan Mekanisme Pelaksanaan Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu ... 44

4.1.3 Dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu terhadap produktivitas dan efisiensi pengunaan faktor-faktor produksi kelapa ... 48

4.2.Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP 5.1.Simpulan ... 71

5.2.Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Luas Panen Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kelapa Di Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009 ... 3 Tabel 1.2 Produksi Tanaman Perkebunana Menurut Jenis Tanaman Di

Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun 2009 ... 4 Tabel 1.3 Produksi Kelapa Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ... 5 Tabel 1.4 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan

Pengolahan Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal ... 6

Tabel..3.1 Distribusi Sampel Peserta Program Pengembangan Dan

Pengolahan Kelapa Terpadu... 34 Tabel 4.1 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan

..Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara ... 41

Tabel 4.2 Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42 Tabel 4.3 Jumlah petani kelapa yang menjadi responden dirinci menurut

..usianya ... 43

Tabel 4.4 Pengalaman bertani responden ... 43 Tabel 4.5 Tempat Penjualan Petani kelapa ... 47 Tabel 4.6 Produktivitas Usaha Tani Kelapa sebelum dan sesudah adanya

program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu ... 48 Tabel 4.7 Uji t ... 51 Tabel 4.8 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa

sebelum adanya program ... 54 Tabel 4.9 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa

sesudah adanya program ... 54


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fungsi Produksi Total Rata-Rata Dan Marginal ... 15

Gambar 2.2 Pengukuran efisiensi ... 19

Gambar 2.3 Gambar Isoquan ... 23

Gambar 2.4 Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi ... 24

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir ... 31

Gambar 4.1 Bagan Mekanisme ... 46


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa

Sebelum Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa

Terpadu... 77

Lampiran 2 Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa Sesudah Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu ... 78

Lampiran 3 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sebelum Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ... 79

Lampiran 4 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sesudah Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ... 81

Lampiran 5 Hasil uji t ... 83

Lampiran 6 Hasil olah data Frontier sebelum program ... 84

Lampiran 7 Hasil olah data Frontier sesudah program ... 98

Lampiran 8 Kuisioner Untuk Petani ... 92

Lampiran 9 Foto Penelitian ... 94


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris, dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena manyoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Negara Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga mengakibatkan tanaman pertanian tumbuh dengan subur karena sinar matahari yang cukup. Namun produktivitas pertanian di indonesia masih belum sesuai seperti yang diharapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah masih rendahnya pengetahuan sumber daya manusia untuk mengelola lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani Indonesia masih mengunakan sistem manual dalam pengolahan lahan dan hasil pertanian. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan pertanian Indonesia. Dalam upanya mengembangkan pertanian Indonesia agar kualitas dan kuantitas produk pertanian dapat ditingkatkan maka perlu perencanaan pemerintah dalam kebijakan diversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi.

Selama tahun 2004-2009 subsektor pertanian, perkebunan, pertenakan, pangan dan perikanan masing-masing tumbuh rata-rata 3,47 persen per tahun, 3,08 persen per tahun, 3,16 persen per tahun, 3,53, dan 5,67 persen per tahun sementara subsektor kehutanan hanya mencapai 1,46 persen per tahun (BPS, 2009 dalam


(15)

Revitalisasi Pertanian, 2010) Namun demikian nilai tambah komoditas ini masih rendah karena pada umumnya ekspor dilakukan dalam bentuk segar (produk primer) dan olahan sederhana. Perkembangan industri hasil pertanian dan perikanan belum optimal, yang ditunjukan oleh rendahnya tingkat utilisasi industri hasil pertanian dan perikanan. Peningkatan produksi pertanian melalui proses pengolahan memerlukan investasi dan teknologi pengolahan yang lebih modern.

Pengembangan sektor pertanian merupakan sektor yang di utamakan karena terkait dengan kesejahteraan petani. Pertanian merupakan penggerak utama pembangunan daerah, seiring dengan pengembangan kualiatas sumberdaya manusia yang ditopang dengan bidang-bidang lain secara terpadu. Sektor pertanian, industri dan pariwisata menjadi andalan bagi pembangunan daerah, dan kondisi saat ini dijadikan prioritas pembangunan daerah.

Dalam rangka memulihkan kembali sektor pertanian di setiap daerah bayak mengembangkan program program di sektor pertanian baik tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, pertenakan, kehutanan maupun perikanan untuk meningkatkan pendapatan daerahnya.

Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budidaya setelah padi. Pada tahun 2008 Indonesia dikenal memiliki luas perkebunan kelapa terbesar di dunia yakni 3.798 ribu Ha, sebagian besar merupakan perkebunan rakyat seluas 3,729 ribu ha (98,18%) sisanya milik Negara seluas 5,5 ribu ha (0,14%) dan perkebunan milik swasta seluas 64 ribu ha (1,68%), dengan total produksi sebesar 2.247 ribu ton setara kopra (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).


(16)

Namun masih bayak potensi kelapa yang belum dimanfaatkan karena berbagai kendala terutama teknologi, permodalan dan daya serap pasar yang belum merata. Selain sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru,serta sebagai pendorong tumbuh berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan produk ikutannya di Indonesia.

Keadaan tanaman kelapa di Kabupaten Tegal pada tahun 2004-2009 cukup memprihatinkan, hal tersebut tercemin dari penurunan produksi pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kelapa di Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009

Tahun

Luas Areal (Ha)

Produksi (ton kopra)

Rata-rata Produksi

Muda Berhasil

Panen Tua/Rusak

2004 1.165,73 2.289,94 188,67 2.349,22 1.025,89

2005 1.353,89 245.923,00 109,94 2.059,58 837,49

2006 1.165,73 245,923,00 190,94 2.059,58 837,49

2007 1.936,48 2.737,21 202,72 1.388.843,00 461.337,00

2008 1.353,89 2.633,65 206,47 2.809,53 1.066,78

2009 1.715,24 2.534,42 175,87 2,600,98 1.732.40

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Tegal

Dalam tabel di atas menunjukan bahwa produksi tanaman kelapa berfluktuasi yaitu bahwa pada tahun 2004 sampai 2006 mengalami penurunan, yaitu dari 2.349,22 ton menjadi 2.059,58 ton dan sempat mengalami kenaikan yang tinggi pada tahun 2007 yaitu naik menjadi 1.388.843 ton dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2008 dan 2009 yaitu masing 2.809,53 dan 2.600,98 ton.


(17)

Penurunan produksi berdampak pada tidak tercukupinya kebutuhan kelapa konsumsi, dan pendapatan petani berkurang. Penurunan produksi kelapa di kabupaten tegal disebabkan berbagai faktor diantaranya yaitu tanaman tua atau rusak, serangan OPT, penebangan pohon kelapa untuk bahan baku bangunan, pemeliharaan tanaman yang kurang intensif, dan alih fungsi lahan menjadi perumahan atau beralih ketanaman lain.

Tanaman kelapa ini sudah cukup lama dikenal masyarakat kabupaten tegal, namun belum dibudidayakan secara intensif, masih terbatas sebagai tanaman sampingan di kebun maupun pekarangan, sehingga secara ekonomis belum diketahui potensi sebenarnya, meskipun sebenarnya potensi pengembangan tanaman kelapa di kabupaten Tegal cukup menjanjikan.

Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Jatinegara merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang lain. yang bisa sebagai penghasilan masyarakat sekitar dan untuk memenuhi konsumsi kelapa di Kabupaten Tegal.

Tabel 1.2

Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Dikecamatan Jatinegara Tahun 2009

Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal

Jenis Tanaman Produksi(Ton)

Kelapa 363.20

Kapok 3.19

Cengkeh 36.48

Kopi 1.66

Lada 2.44

The 1.27


(18)

Tetapi sungguh memprihatinkan dalam tahun 2008 mengalami penurunan produksi yang sebelumnya pada tahun 2007 sempat naik berikut disajikan tabel produksi dan rata-rata produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal

Tabel 1.3

Produksi Produksi Kelapa Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal

Dalam tabel diatas menunjukan produksi tanaman kelapa di Kecamatan Jatinegara dari tahun 2005-2009 berfluktuasi yang sempat naik pada tahun 2007 dari 141,85 ditahun 2006 menjadi 253,93 ditahun 2007, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali yaitu 249,15

Dalam ragka pembangunan pertanian khususnya bidang perkebunan untuk menunjang Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) melaui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal pada akhir tahun 2008 mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi produksi kelapa dengan memberdayakan kelompok usaha tani di daerah KIMBUN . Dimana terdapat beberapa kelompok usaha tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal. Tabel dibawah adalah kelompok usaha tani pelaksana program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kabupaten Tegal.

Tahun Produksi (Ton kopra)

2005 141,85

2006 141,85

2007 253,93

2008 249,15

2009 363,20


(19)

Tabel 1.4

Data Kelompok Tani pelaksana Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal

No Kecamatan Desa

Nama Kelompok

Tani

Nama Ketua

Jumlah Anggota

Luas Lahan

(Ha)

1 Surodadi Sidoharjo Bina Tani Abu Seri 60 24

Gembongdadi Aji luhur Tahrudin 210 15

2 Kramat Kramat Subur

Makmur Abdul Jalil 33 26

Maribaya Ngudi Hasil Khariri 12 15

3 Dukuhturi Kupu Sumber Urip Ali Sudibyo 141 10

4 Jatinegara Sitail Sari Mukti Socheh 64 20

Sumbarang Tirtoyoso Muhidin 53 20

Cerih Makmur Tani Saeroji 32 20

Jumlah 605 150

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal

Program ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan (baik lahan sawah maupun tegalan), peningkatan mutu intensifikasi usaha tani dan penyediaan sarana dan prasarana pertanian serta diversifikasi minyak nabati di Kabupaten Tegal khususnya dibidang perkebunan yaitu terbentuknya Kimbun yang berbasis tanaman kelapa yang diharapkan akan menambah produktivitas dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi bagi petani kelapa. Oleh karena itu timbul masalah bagaimana keberlangsungan Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu di Kecamatan Jatinegara, apakah benar-benar dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi bagi petani kelapa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengajukan


(20)

Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Petani Kelapa Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal

1.2

Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut yang akan dikaji lebih dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan

pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.

2. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan program pengembangan dan

pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal

3. Bagaiman dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu

terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan fakto-faktor produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program

pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal

2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan mekanisme program pengembangan


(21)

3. Untuk mengetahui dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian dalam skipsi ini adalah:

1. Bagi peneliti,penelitian ini dapat bermanfaat memperdalam wawasan

pengetahuan penulis tentang proses pengembangan dan pengelolaan kelapa

2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan

penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas

3. Bagi lembaga Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaraan

perpustakaan dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain

4. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

mengetahui hasil dari program pengembangan dan pengolahan kelapa, sehingga dapat mengevaluasi dari kegiatan tersebut.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani

Usaha tani dapat didefinisikan sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani atau keluarga tani atau Badan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani adalah setiap pengorganisasian yang dari sumber-sumber alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan dibidang pertanian. AT Mosher dalam Yulianik (2006)

Apabila ditinjau dari sudut pandang pembangunan pertanian, hal yang terpenting dari usaha tani adalah bahwa usaha tani harus senantiasa berubah dari waktu ke waktu baik dari segi ukuran maupun susunannya, pelaksanaan usaha tani hendaknya berkembang lebih efisien. Usaha tani sudah tidak lagi dilaksanakan secara primitif, namun harus lebih modern dan produktif demi tercipta peningkatkan sektor pertanian.

Faktor produksi sendiri diartikan sebagai semua pengorbanan yang diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan

menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2003). Macam faktor produksi atau input ini

berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan hubungan antara faktor


(23)

produksi ( Input ) dan hasil produksi (output ). Hubungan antara input dan output ini

disebut dengan ”factor relationship ” (FR). Dalam rumus matematis FR dirumuskan

dengan rumus :

Y = f ( X1. X2 ,. Xi,...Xn ) Dimana:

Y = Produk/variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X

X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi X

Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain ( Soekartawi 2003).

2.2

Teori Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang dan jasa) masukan yang sebenarnya. L. Greenberg dalam Dyas

Achtin (2010) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas

pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. Peningkatan produktivitas berkaitan dengan produksi.

Produktivitas merupakan rasio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo dalam Haris Ahmad (2010), produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.


(24)

Secara konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (j. Ravianto dalam Haris Ahmad, 2010) :

a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan

semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif

merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen,

informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan

kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.

e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan

tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

2.3

Hasil Produksi Usaha Tani

Telah kita ketahui bahwa manusia pada umumnya hidup dengan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan alat untuk memenuhi kebutuhannya adalah


(25)

barang dan jasa yang setiap saat akan berubah jenis dan jumlahnya. Sehingga dalam memenuhi kebutuhannya diperlukan pengorbanan dan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa, usaha inilah yang disebut produksi. Hasil yaitu keluaran atau (output) yang diperoleh dari pengelolaan input (sarana produksi/biasa disebut masukan) dari suatu usaha tani ( Daniel, 2002 dalam Dyas Achtin 2010 )

Produksi kelapa merupakan salah satu kegiatan produksi dalam bidang agraris. Berdasarkan pengertiannya bahwa kegiatan produksi agraris yaitu kegiatan produksi yang mengelola atau mengerjakan alat-alat untuk mendapatkan hasil, misalnya pertanian, pertenakan, perkebunan, perikanan darat dan lain-lain (Moeliono,1986:62 dalam Dyas Achtin 2010)

Pada ahir panen petani selalu menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya, semua kemudian dinilaikan dengan uang, hasil itu tidah semua diperoleh oleh petani. Hasil dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha taninya seperti pupuk, pestisida, pengolahan tanah, dan perawatan. Setelah biaya tersebut dikurangkan terhadap hasil yang didapatnya barulah bisa dihitung berapa keuntungan yang diperoleh petani.

Menurut Soekartawati (2002) ilmu usaha tani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).


(26)

Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usaha tani adalah kondisi senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk memanfaatkan periode usaha tani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.

2.4

Fungsi Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi dalam Avi Budi (2009) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dari pengertian ini dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Sukirno (2000) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan hasil produksi sering dinamakan output. Hubungan antara masukan dan keluaran diformulasikan dengan fungsi produksi berikut (Nicholson, 1995)

Q = f (K,L,M...)

Dimana Q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili penggunaan mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili jam masukan tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi ini menunjukkan kemungkinan variabel-variabel lain mempengaruhi proses produksi. Sedangkan menurut Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan


(27)

biasanya berupa input. Secara matematis hubungan itu dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, Xi, ...Xn)

Dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap. Manajer harus menentukan berapa banyaknya input variabel yang perlu dipergunakan untuk memproduksi output. Untuk membuat keputusan, pengusaha akan memperhitungkan seberapa besar dampak penambahan input variabel terhadap produksi total. Misalnya input variabelnya adalah tenaga kerja dan input tetapnya adalah modal. Pengaruh "penambahan tenaga kerja terhadap produksi secara total dapat dilihat dari produksi rata-rata (average product, AP) dan produksi marginal (marginal product, MP)". Produksi marginal yaitu tambahan produksi total karena tambahan input (tenaga kerja) sebanyak 1 satuan.

MP = dQ/dL

Produksi rata-rata (AP) yaitu rasio antara total produksi dengan total input (variabel) yang dipergunakan (dalam hal ini produksi per tenaga kerja).

APL = Q/L

dimana: APL = produktivitas tenaga kerja persatuan orang. Total produksi (Q) yaitu jumlah seluruh produk yang dihasilkan dan L yaitu jumlah tenaga kerja yang dipergunakan


(28)

Gambar 2.1

Fungsi Produksi Total, Rata-rata, dan Marginal

Sumber : Miller dan Meiners, 2000

Dalam proses produksi terdapat tiga tipe produksi atas input atau faktor produksi (Soekartawi, 1990) yaitu:

a. Increasing return to scale, yaitu apabila tiap unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang lebih banyak daripada unit input sebelumnya.

b. Constant return to scale, apabila unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang sama dari unit sebelumnya.

c. Decreasing return to scale, apabila tiap unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang lebih sedikit daripada unit input sebelumnya.

Ketiga reaksi produksi tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsep produksi marjinal (marginal product) yang merupakan tambahan satu-satuan input X yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan produk marjinal (MP) umum di tulis AY/AX (Soekartawi, 1990). Dalam proses produksi tersebut setiap tipe reaksi produksi mempunyai nilai produk marjinal yang berbeda.

Ep = % ℎ

% ℎ � = 1 1

=

1 ∙ 1


(29)

1) Tahap 1: nilai Ep > 1: Produk total, produk rata-rata menaik dan produk marjinal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk rata-rata (increasing rate).

2) Tahap II: 1 < Ep < 0: Produk total menaik, tapi produk rata-rata menurun dan

produk marjinal juga nilainya menurun sampai nol (decreasing rate).

3) Tahap III: Ep < 0: Produk total dan produk rata-rata menurun sedangkan produk

marjinal nilainya negatif (negative decreasing rate)

Fungsi produksi frontier adalah fungsi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal (Soekartawi, 1990)

Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan

perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio ouput besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi barang (Shone dalam Avi Budi, 2009). Farel membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu: (1) efisiensi teknik, (2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan (3) efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mengenai hubungan antara input dan output. Timmer dalam Susantun (2000) mendefinisikan efisiensi teknik sebagai rasio input yang benar-benar digunakan dengan ouput yang tersedia.


(30)

Efisiensi alokatif menunjukan hubungan biaya dan ouput. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ekonomi produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga. Jadi efisiensi ekonomis dapat dicapai jika kedua efisiensi tercapai.

2.5

Efisiensi

Efisiensi merupakan perbandingan antara output fisik dan input fisik, semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai. Efisiensi juga dijelaskan oleh Yotopoulos dan Nugent dalam A Marhasan (2005) yaitu efisiensi sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.

Pengertian efisiensi ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi (Soekartawi, 2001). Suatu pengunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produk yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif, bila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi secara fisik dengan


(31)

menggunakan faktor produksi yang sama. Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai oleh seorang petani bila ia mampu memaksimalkan keuntungan (mampu menyamakan nilai marginal produk setiap faktor produksi variabel dengan harganya). Efisiensi ekonomi dapat dicapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga juga mencapai efisien (Yatopoulos dan Lau dalam Yulianik, 2006)

Efisiensi juga diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produksi marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan sebagai berikut :

NPMx = Px; atau

X X P NPM

= 1

Efisiensi yang demikian disebut dengan efisiensi harga atau allocative

efficiency atau disebut juga sebagai price efficiency. Jika keadaan yang terjadi adalah:

1.

X X P NPM

< 1 maka penggunaan input x tidak efisien dan perlu mengurangi


(32)

2.

X X P NPM

> 1 maka penggunaan input x belum efisien dan perlu menambah

jumlah penggunaan input. (Soekartawi 1993)

Menurut Nicholson (1995), alokasi sumber daya disebut efisien secara teknis jika alokasi tersebut tidak mungkin meningkatkan output suatu produk tanpa menurunkan produksi jenis barang lain. Farrel dan Kartasapoetra dalam Cloudio Satrya (2010) mengklasifikasikan konsep efisiensi ke dalam efisiensi harga (price or allocative efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Lebih lanjut dijelaskan oleh Farrel dalam Witono Adityoga (1999) bahwa jika diasumsikan usaha

tani mengunakan dua jenis input x1 dan x2 untuk memproduksi output tunggal y

seperti terlihat pada 2.2.

Gambar 2.2

Cara Pengukuran Efisiensi

Pada gambar tersebut UU' adalah garis isoquant yang menunjukkan berbagai kombinasi input X1 dan X2 untuk mendapatkan sejumlah output tertentu yang optimal. Garis ini sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi


(33)

Douglass. Garis PP' adalah garis biaya yang merupakan tempat kedudukan titik-titik kombinasi biaya yang dialokasikan untuk dapat menggunakan sejumlah input X1 dan X2, untuk mendapatkan biaya minimum. Sedangkan garis OC menggambarkan jarak sampai seberapa jauh teknologi suatu usaha, apakah itu usaha pertanian atau bukan pertanian. Titik C menunjukkan posisi sebuah usaha tani, sedangkan D menunjukkan titik produksi yang optimum, A dan B menunjukkan ukuran penggunaan biaya yang tidak efisien. Jadi ukuran efisiensi ditunjukkan pada titik D, yang menggambarkan kombinasi input yang paling optimal karena merupakan persinggungan antara kurva isoquant UU' dengan kurva isocost PP'.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan dapat diketemukan pada gans isoquant (yang menggambarkan produksi frontier), yaitu :

a. eflsiensi harga OA/OB < 1

b. eflsiensi teknik OB/OC < 1

c. eflsiensi ekonomi OA/OB x OB/OC = OA/OC

2.6

Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel indeppenden, yang menjelaskan, (X) (Soekartawi, 2003) Secara matematik persamaan Cobb-Douglass dituliskan (Soekartawi, 1990) sebagai berikut:


(34)

Y = f (X1, X2,...Xi,...Xn) dimana: Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

a,b = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan 2.7 maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut sehingga menjadi:

Log Y= log a+bl log X2+b2logX2+V

Perkembangan selanjutnya dari fungsi produksi Cobb-Douglass fungsi produksi frontier yaitu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya (Soekartawi, 1990). Fungsi produksi

frontier selain diklasifikasikan sebagai deterministic non-parametric frontier juga

dikembangkan teknik teknik lain yang pada dasarnya pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglass antara lain: (a) deterministic parametric frontier, (b) deterministic statistical frontier, dan (c) stochastic frontier.

(2) Fungsi Produksi CES (Constant Elasticity of Substitution)


(35)

Q= A I(XK-P +(L–a)UP YµP

Keterangan: Q = Tingkat output

K = Tingkat input modal L = Tingkat input tenaga kerja A = Parameter efisiensi; A > 0 a = Parameter distribusi; 0< x< l p = Parameter substitusi; p > -1

µ = Parameter hasil atas Skala (return to scale)

Persamaan di atas hampir sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglas, tergantung pada nilai homogenitasnya atau reaksi perubahan output sebagai akibat dari perubahan keseluruhan input (K dan L) yang dipergunakan. Apabila nilai µ=l

(constant return to scale) maka fungsi produksi CES sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglass. Pada fungsi produksi CES, nilai elastisitas substitusi tidak ditentukan secara apriori, sehingga dimungkinkan mendapatkan koefisien elastisitas substitusi lebih besar sama dengan nol dan lebih kecil sama dengan tidak terhingga. ( 0 < cy< oo ).

2.7

Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi

Frontier Stocahastic

Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi


(36)

produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquan. Garis isoquan ini adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan masuknya produksi yang optomal. (Soekartawi, 1993)

Gambar 2.3 Gambar Isoquan

Sumber : Miller dan Meiners

Gambar 2.3 Menunjukan bahwa sumbu vertikal mengukur jumlah fisik modal yang dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode dan sumbu horisontal mengukur jumlah tenaga kerja secara fisik yang dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode. Isoquan

yang ditarik khusus untuk tingkat output Q1. Setiap titik pada jurva isoqoan

menunjukan kombinasi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu

menghasilkan output yang sama sebanyak Q1.

Menurut Nichoson (1993), batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) merupakan suatu grafik yang menunjukan semua kemungkinan kombinasi barang-barang yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya tertentu seperti ditunjukan pada Gambar 2.4

0

Q1

Modal (arus jasa per unit periode)


(37)

Kuantitas Y per minggu

Kuantitas X per Minggu YB

Yc

YA

B

C

D

XA

Xc

XB A P’

P’

Gambar 2.4

Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi Teknis

Sumber : Nicholson, 2002

Pada gambar 2.4 , garis batas PP’ memperlihatkan seluruh kombinasi dari barang

(barang X dan Y) yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya yang tersedia

dalam suatu perekonomian. Kombinasi keduanya pada PP’ dan didalam kurva

cembung adalah output yang mungkin diproduksi. Alokasi sumber daya yang tercermin oleh titik A adalah alokasi yang tidak efisien secara teknis kerena produksi dapat ditingkatkan. Titik B, contohnya, berisi banyak Y dan tidak mengurangi X dibanding dengan alokasi A.

2.8

Teori Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat


(38)

pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Dan padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju ke arah yang lebih baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik beratkan pada aspek kuantitas saja.

Namun demikian umumnya para ekonom memberikan istilah sama pada kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembagunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP saja. Dalam penggunaan yang lebih umum,istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara-negara maju,sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara sedang berkembang. Lincoln Arsyad, (2004)

Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapatan perkapita menunjukan kecenderungan jangka panjang yang menaik. Namun tidak berarti pendapatan perkapita akan menunjukan kenaikan terus-mererus. Adanya resesi ekonomi, penurunan impor,kekacauan politik. Dapat mengakibatkan perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika kegiatan dimikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan pada sektor pertanian sangat terkait dengan teori pertumbuhan

The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. Dimana terdapat hukum hasil


(39)

aspek kuantitas atau pendapatan dan output saja. Di dalam sektor pertanian ternyata berlaku fluktuasi produksi akibat penggunaan faktor produksi yang digunakan.

Dalam kenyataannya terdapat hukum hasil yang semakin berkurang ”the law of diminishing return”. Berkenaan dengan hukum ini David Ricardo menyatakan bahwa apabila input variabel ditambahkan penggunaannya sedangkan input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan 1 unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik tetapi kemudian akan menurun apabila input variabel tersebut terus ditambah.

Input tetap adalah tanah dimana dikatakan input tetap karena tanah bersifat tetap berapapun variabel yang digunakan. dan input variabel adalah tenaga kerja dan modal (produk marjinal) dari tenaga kerja dan kapital akan menurun dengan semakin banyaknya kedua input variabel ini digunakan pada sebidang tanah. (Lincolin Arsyad, 2004

2.9

Penelitian Terdahulu

1. “Dampak Ekonomi Dan Keberlanjutan Penerapan Pengolahan Kelapa

Terpadu Di Kabupaten Minahasa Utara”. ( Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet Tenda)

Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet Tenda dalam penelitiannya menerangkan akselerasi adopsi teknologi pengolahan kelapa terpadu bertujuan untuk mempercepat diseminasi teknologi dan mengevaluasi model yang telah oleh Balikta di Desa Kaleosan Kabupaten Minahasa utara. Pengumpulan data mengunakan


(40)

metode survei data yang dikumpulkan meliputi karekteristik petani , tingkat penerapan teknologi, serta usaha tani.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tingkat adopsi dan difusi teknologi anjuran, dampak teknologi terhadap pendapatan petani, dan keberlanjutan organisasi organisasi kelompok tani.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat adopsi dan difusi teknologi pembibitan kelapa dan tanaman sela jagung direspon cukup baik, dengan kisaran

tingkat adopsi dan difusi teknologi sebesar 57, 33 – 70, 33. Kegiatan intregasi

kelapa. Kegiatan intregasi kelapa dengan ternak babi serta pengolahan VCO tidak terjadi proses difusi. Walaupun tingkat adopsi pada kelompok tani cukup tinggi

dengan kisaran 60,00 – 85,33. Pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa

menunjukan dampak yang positif. Dengan kelayakan finansial BCR dan MBCR >1.

2. “Efisiensi Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani Bawang Merah” . (Tety Suciaty)

Penelitian Tety Suciaty ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan tenaga kerja pada usaha tani bawang merah. Lokasi penelitian di desa Pabuaran Lor Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon dari bulan Oktober tahun 2003 sampai dengan bulan Januari 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, terhadap petani bawang merah yang berjumlah 40 orang dari populasi sebanyak 68 orang dengan luas lahan garapan yang bervariasi yaitu berkisar dari 0,07 ha sampai 2,0 ha.


(41)

Analisis data dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi

Cobb-Douglass, yaitu Y = α.X1β1 . X2β2 . X3β3 X4β4 X5β5. eu dimana : Y =

Produksi, α = Intersep/konstanta, X1 = Lahan, X2 = Bibit, X3 = Pestisida, X4 =

Tenaga Kerja, X5 = Pupuk, βI = Koefisien regresi variabel bebas ke-i, dan u = Faktor kesalahan. Analisis data menggunakan program SPSS 13.0. Untuk mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan masing-masing faktor produksi yaitu dengan menghitung ratio nilai produk marjinal suatu input Xi dengan harga input tersebut. Apabila dirumuskan secara matematis (Soekartawi 1993) yaitu : Eff = (dy/y) / (dx/x).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan faktor produksi lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien, dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, (2) faktor produksi bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui batas efisiensi, sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, dan (3) Pergerakan usaha tani di daerah penelitian berada pada skala usaha tani menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093.

3. “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani Bawang Putih”. (Claudio Satrya Widyananto)

Penelitian Claudio ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih di Kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo.


(42)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang berjumlah 99 orang. Metode analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk menganalisis data penelitian ini.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua variabel yang secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), dan variabel tenaga kerja (X5) signifikan dalam mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Sehingga nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu dengan adanya kondisi usaha tani yang menunjukan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa kondisi usaha tani bawang putih didaerah penelitian ini layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan.

4.Efisiensi Produktifitas Sistem Usaha Tani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis”. (Dewi sahara dan Idir)

penelitian efisiensi produksi sistem usaha tani padi sawah telah dilakukan dilahan sawah irigasi teknis dikecamatan Uepai, kabupaten Konawe, sulawesi tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dengan mengunakan regresi linear berganda, dilanjutkan dengan uji efisiensi olokatif. Hasil analisi positif terhadap produksi menunjukan


(43)

bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut, hasil uji efisiensi alokatif menunjukan bahwa untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal petani perlu mengurangi penggunaan pupuk sp-36. Oleh karena itu untuk mencapai produksi yang optomal dan keuntungan maksimal maka perlu memperluas arel panen, penambahan pestisida dan tenaga kerja serta mengurangi jumlah pupuk SP-36.

5. “Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi Teknis”, (Ketut Sukiyono)

Penelitian Ketut Sukiyono ini bertujuan untuk mengestimasi fungsi produksi dan efisiensi teknis cabai merah di Kecamatan Selupu Reja, Kabupaten Rejang Lebong dengan mengunakan responden sebanyak 60 orang yang dipilih dengan mengunakan metode acak sederhana. Fungsi produksi Frontie digunakan dan diestimasi dengan mengunakan metode MLE dan dengan asumsi bahwa Cobb-Douglass adalah bentuk fungsional dari fungsi produksi usaha tani cabai merah didaerah penelitian. Penelitian ini menunjukan bahwa manyoritas variabel bebas adalah signifikan dan mempunyai tanda yang sesuai dengan yang diharapkan kecuali tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa efisiensi teknik yang dicapai oleh petani antara 9,01% hingga 99,55% dengan rata-rata 61,20% lebih jauh, lebih dari 60% petani menjalankan usaha taninya diatas 50% efisiensi teknik.


(44)

2.10 Kerangka Berfikir

Tanaman kelapa adalah tanaman perkebunan unggulan di Kecamatan Jatinegara, yang menjadi sumber pendapatan para petani, dimana pada beberapa kurun waktu tertentu berturut-turut mengalami penurunan produktivitas karena kurangnya perhatian khusus dan pengolahan yang baik terhadapa produksi kelapa, dengan adanya itu dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kabupaten Tegal mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu bagi para petani kelapa, yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas kelapa dan menambah pendapatan petani kelapa.

Untuk lebih jelasnya, hubungan tersebut dapat ditunjukan pada bagan kerangka berfikir berikut ini:

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir

Efektif 1. Produktivitas Meningkat 2. Efisiens

Kelapa sebagai sektor ungulan tanaman perkebunan di Kecamatan Jatinegara mengalami penurunan produksi

Kelompok Tani

Tidak Efektif 1. Produktivitas tidak

meningkat 2. Tidak Efisien Program

pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu


(45)

2.11

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari yang ingin kita pelajari.

1. Ho : �1 = �2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah

sama )

Ha : �1 ≠ �2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah

beda )

2. Ho: Terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa

di Kecamatan Jatinegara.

Ha: Tidak terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antara variabel yang diteliti.

3.2

Populasi

Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal yang berjumlah 149 orang petani dari 3 kelompok tani.yaitu terdiri dari kelompok tani Sari Mukti, kelompok tani Tirtoyoso, dan kelompok tani Makmur Tani.

3.3

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

mengunakan metode Purposive clusster area sampling. Metode sampling ini diberi


(47)

nama demikian karena didalam pengambilan sampel peneliti dengan sengaja memilih para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dianggap mengetahui secara detail usaha tani kelapa, dari penanaman hingga produksi. Yaitu diambil secara acak 90 petani dari tiga kelompok tani yang ada di Kecamatan Jatinegara yang berjumlah 149 petani. Berikut distribusi sampel dimasing-masing kelompok tani :

Tabel 3.1

Distribusi Sampel Peserta Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu

No Kelompok Tani Desa Jumlah peserta Jumlah Sampel

1. Sari Mukti Sitail 64 39

2. Tirtoyoso Sumbarang 53 32

3. Makmur Tani Cerih 32 19

Jumlah 149 90

3.4

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dalam perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :

(a) Jumlah produksi atau output (Y),yaitu jumlah buah kelapa yang dihasilkan oleh

petani dalam satuan butir dan rupiah (Rp).

(b) Luas lahan (X1), adalah luas tanah garapan yang digunakan dalam usaha tani

kelapa diukur dalam satuan hektar (Ha)

(c) Bibit (X2), yaitu jumlah pemakaian pada usaha tani kelapa dalam satuan batang

dan rupiah (Rp)

(d) Pupuk (X3), yaitu jumlah pemakaian pupuk kandang pada usaha tani kelapa


(48)

(e) Tenaga Kerja (X4), yaitu jumlah petani yang dipekerjakan dalam usaha tani kelapa baik dalam penanaman maupun perawatan.

3.5

Metode Pengumpulan Data

Didalam suatu penelitian, data mutlak diperlukan karena data tersebut dipergunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data yang obyektif dalam penelitian diperlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik sebagai berikut :

3.5.1 Metode Kuesioner

Metode Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data dari responden yang terkait dengan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamtan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Dengan menyebarkan 90 angket secara acak di tiga kelompok tani di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, yang sebelumnya mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu..

3.5.2 Metode Wawancara

Metode ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang hendak diteliti. Metode ini digunakan didalam menentukan permasalahan yang ada di Kecamatan Jatinegara disamping itu juga digunakan untuk membantu menjelaskan kepada responden apabila respnden kurang jelas dan tidak bisa menjawab angket yang dikarenakan buta huruf ataupu keterbatasan didalam memahami pertanyaan.


(49)

3.5.3 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data atau sumber-sumber data yang terkait dengan Program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini analisis deskriptif menggambarkan bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program Pengembangan dan pengolahan Kelapa Terpadu dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, baik proses, mekanisme maupun peran program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana pendapat petani kelapa tentang program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.

3.6.2 Uji t

Uji t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji sampel berpasangan : yaitu uji untuk mengetahui perbedaan hasil pada satu kelompok orang antara sebelum dan sesudah diberi perilakuan atau pada satu kelompok tersebut dilakukan pengukuran dua kali pada karakteristik yang sama tapi beda subjek.

Dalam penelitian ini pengujiannya seperti uji satu sampel untuk selisih dua kegiatan atau pengukuran tersebut, dengan test value diberi 0. Maka dalam uji


(50)

sampel berpasangan ini rumus yang digunakan sama dengan rumus uji t satu sampel yaitu :

= ×−�0

Dimana :

= yang dihitung

× = Rata-rata �i

�0 = Nilai yang dihipotesiskan

= Simpangan baku = Jumlah anggota sampel

Uji ini digunakan untuk menjawab penelitian yang pertama yaitu adakah perubahan produktivitas kelapa setelah di adakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.yaitu dengan dengan perbandingan produktivitas petani kelapa sebelum dan setelah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa.

3.6.3 Uji Efisiensi

Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah input atau faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) yang digunakan pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal sudah efisien atau belum. Uji efisien meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi.

3.6.3.1Efisiensi Teknis

Guna menjawab tujuan penelitian yang kedua, yakni untuk melihat tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan


(51)

Jatinegara, Kabupaten Tegal digunakan pengukuran tingkat efisiensi teknis yang

dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan bantuan software Frontier Version

4.1c.

Justifikasi nilai efisiensi teknis adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu, maka penggunaan input atau

faktor produksinya sudah efisien.

2. Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (tidak sama dengan satu), maka

penggunaan input atau faktor produksinya tidak efisien.

Dalam penelitian ini, perbedaan pengelolaan dan hasil efisiensi adalah bagian terpenting karena kekhususan dalam pengelolaan. Selanjutnya analisis tersebut untuk mengidentifikasi pengaruh-pengaruh dari perbedaan beberapa faktor.

Untuk mendapatkan efisiensi teknis (TE) dari usaha tani kelapa dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

TE = exp [E(i | ei)]

Dimana 0  TEi 1 dan exp [E(i | ei)] adalah stochastic production frontier.

Jika nilai TE semakin mendekati 1 maka usaha tani dapat dikatakan semakin efisien secara teknik dan jika nilai TE semakin mendekati 0 maka usaha tani dapat dikatakan semakin inefisien secara teknik

3.6.3.2Efisiensi Harga

Efisiensi merupakan upaya penggunaan input sekcil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi harga tercapai apabila


(52)

perbandingan antara nilai produktivitas marginal (NPMx) sama dengan harga input

tersebut (Px), (Nicholson, 1995). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

NPMx = Px atau

X X P NPM = 1 X P Y b. .. y

= Px atau

X y P X P Y b . . . = 1 dimana: b = koefisien Y = produksi kelapa

PY = harga produksi kelapa

X = jumlah faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)

Px = harga faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)

Jika

X X P NPM

> 1 maka penggunaan input x belum efisien. untuk mencapai efisiensi,

input x harus ditambah. Jika

X X P NPM

< 1 maka penggunaan input x tidak efisien.

untuk mencapai efisien input x perlu dikurangi. Efisiensi harga tercapai apabila

perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input (NPMXi)

dengan harga inputnya (Vi) sama dengan satu. (Nicholson, 1995) kondisi ini menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi.


(53)

3.6.3.3Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input. Efisiensi ekonomi usaha tani kelapa dapat dinyatakan sebagai berikut:

EE = ET.EH

Dimana: EE = Efesiensi Ekonomi ET = Efisiensi Teknis EH = Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usaha tani yang dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi. Menurut Suryawati dalam Yulianik

(2006), efisiensi ekonomi merujuk kepada produksi dengan ongkos terendah (

least-cost production). Dengan kata lain, pada jumlah output tertentu, produsen mencapai efisiensi ekonomi dalam produksinya jika dan hanya jika produsen menggunakan faktor-faktor produksi (input) pada rasio tertentu di mana ongkos (per unit input) untuk sejumlah output tersebut adalah paling rendah.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program Pengembangandan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan obyek penelitian berupa para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang terdiri dari tiga kelompok tani dari tiga desa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, berikut data kelompok tani di Kecamatan Jatinegara yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.

Tabel 4.1

Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara

No Kelompok Tani Desa Jumlah peserta Jumlah Sampel

1. Sari Mukti Sitail 64 39

2. Tirtoyoso Sumbarang 53 32

3. Makmur Tani Cerih 32 19

Jumlah 149 90

Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Tegal


(55)

Jumlah petani yang dijadikan sampel adalah sebanyak 90 orang. Dimana

dalam penentuan sampel peneliti menggunakan metode purposive cluster random

sampling. Yang berarti bahwa jumlah petani yang dijadikan sampel diambil acak di tiap-tiap kelompok tani. Petani di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal yang menjadi sampel umumnya menjadikan kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pertanian juga mereka gunakan sebagai alat tabungan mereka di masa depan. Para petani umumnya berpendidikan rendah. Dimana kebanyakan mereka hanya tamat Sekolah Dasar. Hal ini yang dimungkinkan menjadikan pola pikir mereka menjadi sederhana dan terbiasa hidup dengan keras.

Berikut adalah tabel jumlah petani bedasarkan lama sekolah mereka.

Tabel 4.2

Petani Berdasarkan Tingkat pendidikan

No. Tamatan Sekolah Jumlah (Orang) Persentase

1. 0-6 tahun (SD/MI) 42 46,67

2. 7-9 tahun (SMP/MTs) 22 24,44

3. 10-12 tahun (SMA/MAN) 19 21,11

4. >12 tahun >SMA 7 7,78

Jumlah 90 100

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa ternyata jumlah petani responden kebanyakan berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah ditunjukan dengan lamanya waktu menempuh sekolah yang sangat singkat. Kebanyakan hanya 6 tahun saja.


(56)

Pekerjaan di sawah untuk usaha tani kelapa termasuk pekerjaan yang berat dan cenderung mengunakan tenaga, para petani penggarap sawah umumnya didominasi oleh laki-laki dengan usia yang berkisar antara 41-50 tahun. Berikut adalah tabel petani kelapa yang menjadi responden menurut usianya :

Tabel 4.3

Jumlah Petani Kelapa Yang Menjadi Responden Dirinci Menurut Usianya

No. Usia Jumlah (Orang) Persentase

1. 20-30 tahun 5 5,56

2. 31-40 tahun 29 32,22

3. 41-50 tahun 31 34,44

4. 51-60 tahun 15 16.67

5. <60 tahun 10 11,11

Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer diolah

Selain didominasi dengan petani yang berumur 41-50 tahun, selain itu juga banyak yang berumur 31-40 tahun yaitu sebagai umur produktif petani untuk bekerja. Selain itu aspek pengalaman juga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk

mengembangkan usaha tani kelapa. Berikut rata-rata pengalaman bertani kelapa responden

Tabel 4.4

Pengalaman Bertani Responden

No. Pengalaman Bertani Jumlah (Orang) Persentase

1. 6-10 tahun 6 6,67

2. 11-15 tahun 15 16,67

3. 16-20 tahun 21 23,33

4. 21-25 tahun 20 22,22

5. 20-30 tahun 16 17,78

7. 31-35 tahun 12 13,33

Jumlah 90 100


(57)

Dari tabel diatas dapat diketahui pengalaman petani membudidayakan kelapa berkisar antara 6 tahun sampai 35 tahun. kebanyakan petani berpengalaman selama 16-20 tahun mencapai 23 %, kemudian 6,67% petani mempunyai pengalaman 6-10 tahun, dan 12 petani atau 13,33% petani memiliki pengalaman 31-35 tahun.

Dari hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama membudidayakan kelapa. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi petani dalam membudidayakan kelapa, karena dengan pengalaman tersebut petani dapat menghadapi berbagai hambatan dalam budidaya kelapa. Selain itu petani dapat mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi.

4.1.2 Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu

Pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dikuti oleh tiga kelompok tani yang berasal dari tiga desa yang terdiri dari desa Cerih, desa Sitail dan juga desa Sumbarang yang dalam pelaksanaan program tersebut yang pertama yaitu Penyuluhan tentang pembudidayaan kelapa dan pelatihan penanaman kelapa. Yaitu pemberian penyuluhan cara pemeliharaan tanaman kelapa yang sudah ada agar dapat memproduksi kelapa lebih baik lagi dan pelatihan penanaman kelapa dengan baik dan benar, dari pembuatan benih, pemilihan benih, pengolahan tanah, hingga penanaman. Kemudian yang kedua yaitu pelaksanaan Pelatihan pengolahan kelapa menjadi berbagai produk. Yaitu pelatihan yang diberikan kepada petani kelapa akan pemanfaatan kelapa menjadi berbagai produk olahan yang bernilai ekonomis tinggi, diantaranya yaitu proses pembuatan kelapa menjadi VCO,


(58)

pengolahan sabut kelapa, pengolahan tempurung kelapa mencadi arang/briket, pengolahan tempurung kelapa menjadi asam cair, pelatihan pembuatan nata de coco.

Setelah pemberian penyuluhan dan pelatihan terhadap tiga kelompok tani yang dikuti 149, kemudian diadakan pembentukan GAPOKTAN (gabungan kelompok tani) yaitu sebagai pusat pengolahan petani. Dimana GAPOKTAN sebagai penampung hasil pertanian petani kelapa yang kemudian akan di proses menjadi produk olahan berbagai produk, selain itu sebagian hasil pertanian petani kelapa dijual langsung ke pasar atau tengkulak.berikut bagan mekanisme pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara


(59)

PROGRAM PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA

TERPADU

 Penyuluhan

pembudidayaan kelapa dan pelatihan penanaman kelapa

 Pelatihan mengolah kelapa

menjadi bebagai produk

KELOMPOK TANI I

Produksi kelapa

KELOMPOK TANI II

Produksi Kelapa

KELOMPOK TANI III

Produksi kelapa

GAPOKTAN PENGOLAHAN KELAPA

TERPADU

 Poduksi minyak

kelapa

 Produksi nata de

coco

 Produksi

arang/briket

 Pengolahan sabut

kelapa.

PASAR TENGKULAK


(60)

Berikut presentase penyaluran hasil produksi kelapa ketempat penjualan :

Tabel 4.5

Tempat Penjualan Petani Kelapa

No. Tempat Jumlah (Orang) Persentase

1. Gapoktan dan Pasar 32 35,56

2. Gapoktan dan

Tengkulak 34 37,78

3. Pasar dan Tengkulak 13 14,44

4. Gapoktan, Pasar, dan

tengkulak 11 12,22

Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer diolah

Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa petani banyak memilih menjual hasil pertanian kelapanya di Gapoktan dan para tengkulak yaitu sebesar 37,77% petani, 35,56% petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan dan pasar, kemudiam 14,44% petani memilih menjual hasil panennya di pasar dan tengkulak, dan 12,22% petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan, pasar, dan tengkulak. Pemilihan prersentasi penyaluran hasil panen kelapa, petani memilih menjual atau disalurkan melalui Gapoktan, pasar dan tengkulak, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas penerimaan Gapoktan yang masih terbatas dan jarak tempat Gapoktan dari petani, menjadikan petani memilih menyalurkan atau menjual juga hasil panen kelapnya kepada tengkulak dan menjualnya langsung ke pasar. dilihat dari data diatas banyaknya petani lebih memilih menjual hasil panennya di Gapoktan dan tengkulak, karena di Gapoktan harga jualnya lebih tinggi, dan memilih tengkulak karena dengan menjual ditengkulak petani tingal menerima hasil bersihnya tanpa repot memikirkan masalah transportasi dan pemasaran.


(61)

4.1.3 Dampak Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kelapa.

4.1.3.1Dampak Terhadap Produktivitas Petani Kelapa

Dari hasil tabel pendapatan dan biaya usaha tani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang terlampir dalam lampiran satu dan dua, dapat diketahui produktivitas petani kelapa baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dihitung dengan rumus :

Poduktivitas = Jumlah pendapatan usaha tani kelapa

Jumlah pengeluaran faktor produksi usaha tani kelapa

Berikut disajikan tabel jumlah prduktivitas petani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.

No Nama Produktivitas A

(Rp)

Produktivita B (Rp)

1 Mustajid 3.269798658 4.228893905

2 Ahmad Atoil 4.602888087 6.259927798

3 Munawar 4.612716763 3.856716418

4 Mukhtarom 3.449531738 5.413111342

5 Miftahul Falah 4.115853659 5.908536585

6 Fahrudin Muroh 3.74278481 4.101935484

7 Abdul Gofar 3.698275862 3.880115274

Tabel 4.6

Produktivitas Usaha tani Kelapa Sebelum Dan Sesudah Adanya Program Pengembangan Dan


(62)

8 Fakhuri 4.015748031 3.277108434

9 M. Sujat 4.102564103 4.756125356

10 Muhchidin Jani 3.292682927 3.731707317

11 Kharisah 3.484513274 2.920245399

12 Warjiin 3.506493506 6.358441558

13 Kamin 4.2 4.08

14 Abdul Jamil 4.417177914 4.740740741

15 Mukhwan 3.409090909 3.422818792

16 Muhkhasan 3.805970149 4.313432836

17 Ubaidillah 4.005235602 3.695652174

18 Hambali Kebagusan 3.489473684 5.475789474

19 M. Nasucha 4.235880399 4.352409639

20 Kasron 3.964757709 5.991189427

21 Satori 4.591836735 4.364864865

22 Rahman Sulim 4.087248322 4.181696429

23 Jurip 3.953488372 6.080841639

24 Zaenal Arifin 4.590163934 4.565371025

25 M. Chasan 4.565217391 5.028169014

26 Abdul Hadi 4.602739726 4.744186047

27 M. Sahar 4.21875 4.340425532

28 Maghfuri 3.337912088 3.571984436

29 Masruri H 4.323725055 4.365192582

30 Yusup Azis 5.254901961 5.051531151

31 Hj. Mu'addah 3.75 4.235294118

32 Ahmad Khasan 3.75 3.95890411

33 Jauhari 3.75 4.197530864

34 Nasri Adi 4.431818182 4.44966443

35 Slamet Dihu 4.393700787 3.792169312

36 Khaeri 4.151291513 4.722222222

37 Syakron 4.166666667 4.518987342

38 Nardi 4.294605809 4.273224044

39 Patoni 5.090497738 5.158959538

40 A. Khasan 3.789473684 3.980487805

41 Solikhah 4.090909091 6.490909091

42 Sahiri 4.136029412 4.068010076

43 Bazro 4.281376518 3.97983871

44 Sudijah 3.428571429 3.709090909

45 Patoni 4.120879121 4.057788945

46 Sakur 4.939849624 5.301359223

47 Warya 4.182692308 4.268398268

48 Thulab 4.422604423 4.705107084

49 Thobiin 4.864864865 4.703170029

50 Muhkhidin 4.151291513 4.292929293


(63)

Sumber : Data primer diolah (data secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran 3 dan 4).Keterangan : Produktivitas A (produktivita sebelum adanya program) Produktivitas B (produktivitas sesudah adanya program)

52 Mawah 4.5 6.8

53 Tarom 4.930434783 4.332134831

54 Nur Shodiq 4.5 4.646666667

55 Suyati 4.272151899 3.862660944

56 Abrori 5.1 4.533333333

57 Mas'ul 4.591836735 4.824324324

58 Farikhin 4.090909091 4.25

59 Masruroh 4.948453608 4.62585034

60 Saprozi 5.012068966 5.601156069

61 Rachmudin 6.818181818 7.400768246

62 Sukur Rahmat 3.170984456 5.390673575

63 H. Suyat 4.362017804 4.18359375

64 wahrad 4.086826347 6.056886228

65 Budi Sutomo 3.535353535 6.410774411

66 Rahmat Suhadi 3.624161074 5.818791946

67 Sabudin 3.410526316 3.278571429

68 Santoso Hermawan 4.20233463 4.328912467

69 Ramun 4.971671388 4.839416058

70 Khusnul khotimah 3.923076923 4.509473684

71 Kamat Sujati 4.090909091 4.0375

72 Wage 5.018587361 7.962825279

73 Ahmad Tholib 4.585597826 6.929347826

74 Durmadi 4.757462687 7.189054726

75 Arifin 4.811320755 7.270440252

76 Arif Makmuri 4.424157303 4.482109228

77 M. Tofiq 5.361702128 5.563636364

78 Suwarto 5.333333333 4.857142857

79 M. Wasroni 5.307692308 4.798387097

80 Sarifin H 5.032894737 4.652818372

81 Slamet riyadi 4.510613208 6.816037736

82 Muhwat Azis 4.76 5.165106383

83 Zaenal Makhrobi 5.20123839 4.779116466

84 Rahmat 1.313594662 1.73216885

85 Sarwadi 4.442508711 6.041811847

86 Wasnari 4.357541899 4.387096774

87 Kamari 4.885057471 6.83908046

88 Kamun 4.935483871 5.966451613

89 Sukuri 4.027237354 4.094240838

90 Ridwan 4.872611465 6.258598726


(1)

44 0.87252496E 45 0.86343616E 46 0.99506020E 47 0.88928608E 48 0.96015977E 49 0.87377687E 50 0.91018424E 51 0.89826666E 52 0.92959101E 53 0.77996905E 54 0.99358660E 55 0.91995111E 56 0.91018424E 57 0.97747103E 58 0.98080620E 59 0.82917624E 60 0.98470890E 61 0.94164883E 62 0.88897702E 63 0.80522887E 64 0.78814309E 65 0.84650839E 66 0.79890230E 67 0.67834016E 68 0.89966564E 69 0.89157693E 70 0.96489212E 71 0.86343616E 72 0.98687931E 73 0.87154610E 74 0.93031513E 75 0.97586365E 76 0.89469875E 77 0.96594867E 78 0.94891955E 79 0.79641121E 80 0.84635133E 81 0.97586365E 82 0.92470036E 83 0.92784392E 84 0.92784392E 85 0.87827728E 86 0.83500027E 87 0.93404290E 88 0.79020180E 89 0.80016595E 90 0.82948410E


(2)

KUISIONER UNTUK PETANI DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU

TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGUNAAN FAKTOR-FAKTOR

PRODUKSI DI KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL Oleh : Nendi Fatkhur Rahman

I. IDENTITAS (diisi oleh enumerator)

1. Nama Responden :... 2. Nama Kelompok Tani :... 3. Alamat :... 4. Tanggal Wawancara :...

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN

5. Umur :... 6. Jenis Kelamin : L / P

7. Status : Menikah / Belum Menikah / Janda / Duda 8. Pendidikan Terahir : SD / SMP / SMA / PT

9. Jumlah anggota keluarga yang membantu bekerja di lahan usahatani kelapa :... 10. Apakah usahatani kelapa adalah sumber utama pendapatan keluarga

( a )Ya ( b )Tidak

Bila Ya, Sebutkan pekerjaan sambilan anda:... Bila Tidak, Sebutkan Pekerjaan Utama anda :...

III. USAHATANI KELAPA

11. Pola tanam kelapa yang dilakukan : ... 12. Jenis benih yang digunakan : ... 13. Alasan Tanam Kelapa : ... 14. Lama bertani kelapa :...Tahun 15. Apa saja imput yang anda butuhkan untuk memproduksi kelapa?

No. Input Jumlah Harga Total (Jumlah x

Harga) 1 Pembelian Bibit :...Batang Rp... Rp... 2 Pembelian Pupuk :

... ... ... :...Kg :...Kg :...Kg Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... 3 Biaya Lain-lain

... ... :... :... Rp... Rp... Rp... Rp...


(3)

No. Keterangan Jumlah Orang

Upah Hari Total (Jumlah x Harga) 1 Masa Penanaman

Jumlah Tenaga Kerja

... Rp... .

... Rp... 2 Masa Perawatan

Jumlah Tenaga Kerja

... Rp... .

... Rp... .

17. Berapa jumlah benih yang hidup dan tumbuh besar:... 18. Berapa produksi kelapa sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa

Terpadu (Produksi sebelum tahun 2008)

No Keterangan Jumlah Harga Jual Total 1 Produksi Kelapa

(butir) ... Rp... ...

19. Berapa produksi kelapa sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu (Produksi sekarang)

No Keterangan Jumlah Harga Jual Total 1 Produksi Kelapa

(butir) ... Rp... ...

20. Status lahan anda

No Luas Lahan Status Pajak Tanah Sewa

1 Produksi Kelapa

(butir) Rp... Rp... Rp...

IV. LAIN-LAIN

21. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu:

... ... 22. Penjualan hasil panen : ( a ) di Pasar; ( b )Tengkulak, ( c ) di Gapoktan

23. Informasi harga jual kelapa diperoleh dari... 24. Penentu harga jual... 25. Wilayah pemasaran kelapa...


(4)

FOTO PENELITIAN Foto Lahan Kelapa


(5)

(6)