5
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah  :
1.  Sebagai  bahan  masukan  dan  menambah  pengetahuan  bagi  penulis  dan
pembaca  khususnya  yang  berkaitan  dengan  ketimpangan  distribusi pendapatan.
2.  Sebagai referensi bagi penulis lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan.
3.  Diharapkan  dapat  menjadi  bahan  masukan  bagi  pemerintah  dalam  hal pemerataan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Pendapatan  merupakan  suatu  gambaran  tingkat  kemampuan  seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya per
bulan.  Tingkat  pendapatan  ini  sering  dihubungkan  dengan  suatu  standard kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan
dapat  diperoleh  seseorang  dari  mata  pencaharian  utama  dengan  atau  tanpa  mata pencaharian  lain.  Dengan  demikian  seseorang  diharapkan  mampu  meningkatkan
kesejahteraan keluarganya. Distribusi  pendapatan  pada  dasarnya  merupakan  suatu  konsep  mengenai
penyebaran  pendapatan  di  antara  setiap  orang  atau  rumah  tangga  dalam masyarakat. Konsep pengukuran distribusi pendapatan dapat ditunjukkan oleh dua
konsep pokok, yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep ketimpangan relatif. Ketimpangan  absolut  merupakan  konsep  pengukuran  ketimpangan  yang
menggunakan  parameter  dengan  suatu  nilai  mutlak.  Ketimpangan  relatif merupakan  konsep  pengukuran  ketimpangan  distribusi  pendapatan  yang
membandingkan  besarnya  pendapatan  yang  diterima  oleh  seseorang  atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total pendapatan yang diterima
oleh masyarakat secara keseluruhan Ahluwalia dalam Sukirno,2006. Distribusi  pendapatan  merupakan  salah  satu  indikator  pemerataan.
Pemerataan  akan  terwujud  jika  proporsi  pendapatan  yang  dikuasai  oleh sekelompok  masyarakat  tertentu  sama  besarnya  dengan  proporsi  kelompok
Universitas Sumatera Utara
7 tersebut. Alat yang lazim digunakan adalah Gini Ratio dan cara perhitungan yang
digunakan oleh Bank Dunia Hasrimi, 2010. Distribusi  pendapatan  merupakan  salah  satu aspek kemiskinan yang  perlu
dilihat  karena  pada  dasarnya  merupakan  ukuran  kemiskinan  relatif.  Ada  dua kategori  tingkat  kemiskinan  yaitu  kemiskinan  absolut  dan  kemiskinan  relatif.
Kemiskinan  absolut  adalah  kondisi  di  mana  tingkat  pendapatan  seorang  tidak cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  pokok  seperti  pangan,  sandang,  papan,
kesehatan  dan  pendidikan.  Kemiskinan  relatif  adalah  perhitungan  kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan daerah Sukino, 2013.
Distribusi  pendapatan  nasional  adalah  mencerminkan  merata  atau timpangnya  pembagian  hasil  pembangunan  suatu  negara  di  kalangan
penduduknya Dumairy, 2004. Distribusi  pendapatan  dibedakan  menjadi  dua  ukuran  pokok  yaitu
distribusi  ukuran  adalah  besar  atau  kecilnya  bagian  pendapatan  yang  diterima masing-masing orang  dan  distribusi  fungsional atau distribusi kepemilikan  faktor
faktor produksi Todaro, 2006. Dari  dua  definisi  diatas  maka  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  distribusi
pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah  atau  negara  baik  yang  diterima  masing-masing  orang  ataupun  dari
kepemilikan  faktor-faktor  produksi  dikalangan  penduduknya.  Ketimpangan pendapatan  lebih  besar  terjadi  di  negara-negara  yang  baru  memulai
pembagunannya,  sedangkan  bagi  negara  maju  atau  lebih  tinggi  tingkat pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya rendah.
Universitas Sumatera Utara
8 Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris  dalam Arsyad 2010 ada
8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang :
1.  Pertumbuhan  penduduk yang tinggi    mengakibatkan  menurunnya pendapatan perkapita.
2.  Inflasi  dimana  pendapatan  uang  bertambah  tetapi  tidak  diikuti  secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3.  Ketidakmerataan pembangunan antar daerah. 4.  Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal Capital
Insentive,  sehingga  persentase  pendapatan  modal  dari  kerja  tambahan  besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah.
5.  Rendahnya mobilitas sosial. 6.  Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga  barang  hasil  industri  untuk  melindungi  usaha-usaha  golongan kapitalis.
7  Memburuknya  nilai  tukar  term  of  trade  bagi  negara  sedang  berkembang dalam
perdagangan dengan
negara-negara maju,
sebagai akibat
ketidakelastisan  permintaan  negara-negara  maju  terhadap  barang-barang ekspor negara sedang berkembang.
8.  Hancurnya  industri  kerajinan  rakyat  seperti  pertukangan,  industri  rumah tangga, dan lain-lain.
Todaro    2006,  menyatakan  bahwa  semakin  tidak  merata  pola  distribusi pendapatan,  semakin  tinggi  pula  laju  pertumbuhan  ekonomi  karena  orang-orang
kaya  memiliki  rasio  tabungan  yang  lebih  tinggi  dari  pada  orang  orang  miskin sehingga akan meningkatkan aggregate saving rate yang diikuti oleh peningkatan
investasi  dan  pertumbuhan  ekonomi.  Jika  laju  pertumbuhan  PDRB  merupakan satu-satunya  tujuan  masyarakat,  maka  strategi  terbaik  adalah  membuat  pola
distribusi pendapatan setimpang  mungkin. Dengan  demikian,  model  Kuznets  dan Kaldor  menunjukkan  adanya  trade  off  atau  pilihan  antara  pertumbuhan  PDRB
yang lambat tatapi dengan distribusi pendapatan yang lebih merata.
Universitas Sumatera Utara
9 Dua  model  ketimpangan  yaitu  teori  Harrod-Domar  dan  Neo-Klasik
memberikan perhatian khusus  pada  peranan kapital yang dapat  direpresentasikan dengan  kegiatan  investasi  yang  ditanamkan  pada  suatu  daerah  untuk  menarik
kapital  kedalam  daerahnya,  hal  ini  jelas  akan  berpengaruh  pada  kemampuan daerah  untuk  tumbuh  sekaligus  menciptakan  perbedaan  dalam  kemampuan
menghasilkan  pendapatan. Investasi akan lebih menguntungkan  bila  dialokasikan pada  daerah-daerah  yang  dinilai  mampu  menghasilkan  pengembalian  return
yang  besar  dalam  jangka  waktu  yang  relatif  cepat.  Mekanisme  pasar  justru  akan menyebabkan  ketidakmerataan,  dimana  daerah-daerah  yang  relatif  maju  akan
bertumbuh  semakin  cepat  sementara  daerah  yang  kurang  maju  tingkat pertumbuhannya  justru  relatif  lambat.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  timbulnya
ketimpangan pendapatan antar daerah, sehingga diperlukan suatu perencanaan dan kebijakan dalam mengarahkan alokasi investasi menuju suatu kemajuan ekonomi
yang lebih berimbang diseluruh wilayah dalam negara. Terjadinya ketimpangan antar daerah juga diterangkan oleh Mydral 1957
membangun  teori  keterbalakangan  dan  pembangunan  ekonominya  disekitar  ide ketimpangan  regional  pada  taraf  nasional  dan  internasional.  Untuk  menjelaskan
hal  tersebut,  beliau  memakai  ide  “spread  effect”  dan  “backwash  effect”  sebagai bentuk  pengaruh  penjalaran  dari  pusat  pertumbuhan  ke  daerah  sekitar.  Spread
effect dampak sebar didefinisikan sebagai  suatu pengaruh yang  menguntungkan favorable  effect,  yang  mencakup  aliran  kegiatan-kegiatan  investasi  di  pusat
pertumbuhan  kedaerah  sekitar.  Backwash  effect  dampak  balik  didefinisikan sebagai  pengaruh  yang  merugikan  infavorable  effect  yang  mencakup  aliran
Universitas Sumatera Utara
10 manusia  dari  wilayah  sekitar  atau  pinggiran  termasuk  aliran  modal  ke  wilayah
inti,  sehingga  mengakibatkan  berkurangnya  modal  pembangunan  bagi  wilayah pinggiran  yang  sebenarnya  diperlukan  untuk  dapat  mengimbangi  perkembangan
wilayah inti. Terjadinya ketimpangan regional menurut Mydral 1997 disebabkan oleh
besarnya  pengaruh  dari  backwash  effect  dibandingkan  dengan  spread  effect dinegara-negara  terbelakang.  Perpindahan  modal  cenderung  meningkatkan
ketimpangan  regional,  permintaan  yang  meningkat  ke  wilayah  maju  akan merangsang  investasi  yang  pada  gilirannya  meningkatkan  pendapatan  yang
menyebabkan  putaran  kedua  investasi  dan  seterusnya,  lingkup  investasi  yang lebih  baik  pada  sentra-sentra  pengembangan  dapat  menciptakan  kelangkaan
modal di wilayah terbelakang.
2.2. Pengukuran Ketimpangan Pendapatan