pedagang melakukan bongkarmuat barang dagangan. Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat
perdagangan. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di
Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah kerajaan yang
mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil- hasil laut. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk
armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu mengawasi perairan di Nusantara. Hal ini
sekaligus merupakan jaminan keamanan bagi para pedagang yang ingin berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.
c. Perkembangan Budaya
Dalam kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya,
Candi Muara Takus, yang ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha.
Pada tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan
Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat. Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal yang ada
di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.
d. Keruntuhan
Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena beberapa hal antara lain :
a. Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan
pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya
tidak baik untuk perdagangan. b.
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal
ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatan laut
Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit. c.
Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan
dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat
serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu
diulangi, sehingga
Raja Sriwijaya,
Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan
Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah
Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit menyerang Sriwijaya Serangan ini mengakhiri riwayat
Kerajaan Sriwijaya.
C. METODE PEMBELAJARAN :
1. Scientific 2. Diskusi
3. Tanya Jawab 4. Penugasan
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN : Pendahuluan 20 menit
1. Memberikan senyum, salam, sapa, dan memimpin berdoa. Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar; kerapian
dan kebersihan ruang kelas, presensi absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan.
2. Guru menyampaikan top ik tentang “Kerajaan Sriwijaya”, dan memberi
motivasi pentingnya topik ini. 3. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai para
peserta didik.
Kegiatan Inti 45 menit
1. Guru memberikan pengantar mengenai materi masuknya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia dengan menggunakan media Power Point. Guru
juga menampilkan gambar-gamabr ilustrasi tentang materi Kerajaan Tarumanegara sehingga siswa tidak merasa bosan.
2. Menerangkan sedikit mengenai Kerajaan Sriwijaya kemudian berdiskusi 3. Kemudian guru membuat kelompok menjadi 4 kelompok untuk
mendiskusikan mengenai kelompok 1 yaitu, letak kerajaan Sriwijaya dan sumber sejarahnya; kelompok 2 mendiskusikan mengenai perkembangan