Kemandirian Belajar KAJIAN PUSTAKA

19 6. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan – gagasan kreatif. 7. Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi program yang lebih terbuka seperti Universitas Terbuka sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan program – program inovatif lainnya. Dalam keseharian siswa sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Song dan Hill 2007, menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1. Personal Attributes Personal attributes merupakan aspek yang berkenaan dengan motivasi dari siswa, penggunaan sumber belajar, dan strategi belajar. Personal attributes juga mempengaruhi penggunaan ketrampian dan pengetehuan yang dimiliki siswa. Motivasi belajar merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Ciri-ciri kemandirian belajar menurut Worrel dan Stillwell dalam Harliana 1998 antara lain: a. Tanggung jawab mereka yang memiliki motivasi belajar merasa bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak meninggalkan tugasnya sebelum berhasil menyelesaikannya, 20 b. Tekun terhadap tugas berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak mudah menyerah, c. Waktu penyelesaian tugas berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan waktu secepat dan seefisien mungkin, d. Menetapkan tujuan yang realitas mampu menetapkan tujuan realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai. Dalam belajar, sumber belajar yang digunakan siswa tidak terbatas, asalkan sesuai dengan materi yang dipelajari dan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi belajar adalah segala usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai materi yang sedang dipelajari, termasuk usaha yang dilakukan apabila siswa tersebut mengalami kesulitan. 2. Processes Processes berhubungan dengan otonomi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajarnya. lebih spesifik lagi otonomi pembelajaran ini meliputi kegiatan perencanaan, monitoring, dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan proses belajar meliputi: a. Mengelola waktu secara efektif pembuatan jadwal belajar, menyusun kalender studi untuk menulis atau menandai tanggal- tanggal penting dalam studi, tanggal penyerahan tugas makalah, 21 tugas PR, dan tanggal penting lainnya, mempersiapkan peralatan belajar, b. Menentukan prioritas dan menata diri mencari tahu mana yang paling penting dilakukan terlebih dahulu dan kapan mesti dilakukan. Kegiatan monitoring dalam pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving meliputi, a. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, b. Meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran, c. Aktif bertanya saat menemui kesulitan, d. Membuat catatan bila diperlukan. Sedangkan yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran antara lain, a. Memperhatikan umpan balik dari tugas yang diberikan sehingga mengetahui letak kesalahannya, b. Mengerjakan kembali soal tes dirumah, dan c. Berusaha memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. 3. Learning Context Fokus dari learning context adalah faktor lingkungan dan bagaimana faktor tersebut mempengaruhi tingkat kemandirian belajar siswa. Ada beberapa faktor dalam konteks pembelajaran yang dapat mempengaruhi pengalaman mandiri siswa antara lain, structure dan nature of task. Struktur dan tugas dalam konteks pembelajaran ini 22 misalnya, siswa belajar dengan struktur cara kerja metode problem solving dan mengerjakan tugas. Dari pengertian-pengertian belajar mandiri di atas, maka dapat dirangkum bahwa kemandirian belajar adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri dengan penuh tanggung jawab.

E. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang tema yang peneliti lakukan, di antaranya yang dilakukan oleh Desi Susilawati dalam penelitian nya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan Menggunakan LKS” pada tahun 2009. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kemandirian belajar siswa dengan menggunakan LKS di SMA N 1 Gamping, mengalami peningkatan. Peningkatan kemandirian siswa ditandai dengan presentase jumlah siswa yang tergolong dalam kategori minimal baik dari 40,91 menjadi 72,73. Sedangkan kemampuan matematika ditandai dengan meningkatnya presentase pada siklus I dari 81,82 menjadi 100 pada siklus II. Penelitian lain yang memiliki kesamaan variabel dengan penelitian peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kurniawati dengan judul 23 “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Terstruktur Pada Siswa SMP N 2 Sewon B antul” pada tahun 2010. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Kepala Bernomor Terstruktur di kelas VIII D SMP N 2 Sewon dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa, hal ini ditunjukkan dari: a pada lembar observasi kemandirian, rata-rata kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan dari 63,57 di siklus I menjadi 81,34 di siklus II; b pada lembar angket, rata-rata kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan dari 66,82 di siklus I menjadi 73,11 di siklus II; c hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur, siswa merasa senang belajar menggunakan model pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur karena dengan berdiskusi siswa merasa lebih mudah menyelesaikan tugas, terlatih dalam menyampaikan gagasan matematis, terjalin ketergantungan positif, dan siswa memiliki tanggung jawab perseorangan . Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Shanti Nugroho Sulistyawati yang berjudul “Penerapan metode pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran pada standar kompetensi bekerjasama dengan kolega dan pelanggan Studi pada siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 2 Nganjuk ” pada tahun 2009. Hasil penelitian penerapan metode 24 pembelajaran problem solving dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran pada standar kompetensi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan di SMK Negeri 2 Nganjuk adalah sebagai berikut: Pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran problem solving pada standar kompetensi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dapat berjalan dengan baik, peneliti sebagai guru standar kompetensi dapat menerapkan metode pembelajaran dengan baik dan mendapat respon positif dari guru standar kompetensi Bekejasama dengan Kolega dan Pelanggan SMK Negeri 2 Nganjuk. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan hal tersebut dapat ditandai dengan meningkatnya hasil pre test siklus II 60,5 dan post test siklus II 80,25 dibandingkan dengan hasil pre test siklus I 53,25 dan post test siklus I 77,5, dengan hasil ini guru standar kompetensi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan antusias dan mendapat respon positif. Berdasarkan hasil penyebaran angket respontanggapan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran problem solving menunjukkan respon dengan kriteria sangat kuat. Mereka mengakui pembelajaran yang dilaksanakan lebih menyenangkan dan cocok apabila diterapkan pada standar kompetensi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan, hal ini mendapat respon positif karena siswa lebih aktif dan kreatif. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rita Dwi Astuti yang berjudul “Implementasi Pendekatan Problem Solving dengan Bantuan Media Pictorial Riddle untuk Meningkatkan Minat dan Hasil

Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Pengaruh penerapan model pembelajaran problem-based learning terhadap motivasi belajar siswa (studi terhadap siswa smk negeri 1 cilaku-cianjur kelas x tgb 2 dan x tgb 3 pada mata pelajaran mekanika teknik).

0 2 32

Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X TGB B pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Sukoharjo.

0 0 20

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TPHP 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA MATA DIKLAT SANITASI INDUSTRI DENGAN MODEL PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN METODE DISKUSI.

6 43 152

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 DEPOK PADA MATA PELAJARAN ILMU UKUR TANAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.

0 7 244

PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN KKPI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI MENGOPERASIKAN SOFTWARE SPREADSHEET DI SMK NEGERI 1 DEPOK.

0 2 228

KARAKTER KREATIF PADA PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TGB DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN.

0 0 83

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 DEPOK PADA MATA PELAJARAN ILMU UKUR TANAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.

0 0 244

PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN KKPI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI MENGOPERASIKAN SOFTWARE SPREADSHEET DI SMK NEGERI 1 DEPOK.

0 0 1

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK - repo unpas

0 0 31