Deportasi dan Hak Asasi Manusia

10 Dengan demikian, menjadi semakin jelas bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat dilakukan oleh tenaga kerja asing di Indonesia.

2.2. Deportasi dan Hak Asasi Manusia

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human RightsUDHR secara umum dianggap sebagai sumber penting dalam Hukum HAM Internasional karena memuat prinsip-prinsip fundamental HAM yang bersifat universal 30 dan menjadi dasar bagi perlindungan dan pemajuan HAM di seluruh dunia dan didukung semua negara termasuk Indonesia 31 serta telah menjadi kewajiban moral untuk diterapkan oleh seluruh negara anggota PBB. 32 Mengenai deportasi, Pasal 9 UDHR menyebutkan “ No one shall be subjected to arbitrary arrest, detention or exile ”. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak seorangpun dapat dipaksa pergi dari suatu tempat tertentu secara sewenang-wenang. Ketentuan ini sesungguhnya dapat dikaitkan dengan Pasal 13 UDHR yang menyatakan bahwa setiap orang bebas untuk bergerakpergi menuju dan tinggal di dalam batas-batas wilayah setiap negara 33 serta memiliki hak untuk meninggalkan suatu negara, termasuk negaranya, dan kembali ke negaranya. 34 Secara argumentum a contrario , ketentuan ini dapat diartikan sebagai adanya hak yang dimiliki setiap orang untuk tidak kembali ke negaranya atas alasan apapun, termasuk karena paksaan. Selain UDHR, ada sejumlah perjanjian internasional utama di bidang HAM core human rights treaties yang juga berkaitan dengan isu deportasi. Apabila UDHR memiliki karakter soft law , berbeda halnya dengan sejumlah perjanjian internasional berikut yang memiliki kekuatan hukum mengikat bagi negara yang meratifikasinya. International Covenant on Civil and Political Rights ICCPR, sesungguhnya menegaskan substansi yang terdapat di Pasal 13 UDHR dengan menyatakan bahwa setiap orang yang secara sah berada di dalam wilayah suatu Negara, berhak atas kebebasan untuk bergerak dan kebebasan untuk memilih tempat tinggalnya di wilayah tersebut. 35 Ketentuan yang spesifik mendekati isu deportasi dapat dilihat dalam Pasal 13 ICCPR yang berbunyi sebagai berikut: 30 Lihat Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peran, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, PT. Alumni, Bandung, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, 2011, h. 679-68. 31 Yahya Ahmad Zein, 2012, Problematika Hak Asasi Manusia HAM, Liberti, Yogyakarta, h. 16. 32 Max Boli Sabon, 2014, Hak Asasi Manusia: Bahan Pendidikan untuk Perguruan Tinggi, Universitas atma Jaya, Jakarta, h. 17 33 Pasal 13 ayat 1 Universal Declaration of Human Rights 34 Pasal 13 ayat 2 Universal Declaration of Human Rights 35 Pasal 12 1 International Covenant on Civil and Political Rights 11 “ An alien lawfully in the territory of a State Party to the present Covenant may be expelled therefrom only in pursuance of a decision reached in accordance with law and shall, except where compelling reasons of national security otherwise require, be allowed to submit the reasons against his expulsion and to have his case reviewed by , and be represented for the purpose before, the competent authority or a person or persons especially designated by the competent authority ” terjemahan: Orang asing yang berada secara sah di wilayah Negara Pihak pada Kovenan ini dapat diusir dari Negara tersebut hanya menurut keputusan yang dikeluarkan berdasarkan hukum dan, kecuali ada alasan-alasan kuat sehubungan dengan keamanan nasional, ia harus diberi kesempatan mengajukan keberatan terhadap pengusiran dirinya, dan meminta agar kasusnya ditinjau kembali dan diwakili untuk keperluan ini, oleh pihak yang berwenang atau orang-orang yang secara khusus ditunjuk oleh pihak yang berwenang Terlihat di dalam ketentuan di atas bahwasanya orang asing yang tinggal di suatu negara secara sah tidak dapat diusir dideportasi tanpa adanya keputusan yang dikeluarkan berdasarkan hukum. Dengan demikian, legalitas daripada suatu tindakan deportasi akan ditentukan oleh suatu prosedur berdasarkan hukum, bukan berdasarkan kepentingan politik yang berpotensi sewenang-wenang. Penting juga untuk mengutip kesimpulan kritis yang diambil Sarah Joseph Jenny Schultz, and Mellissa Castan dalam mengomentari Pasal 13 ICCPR tersebut yang menyatak an sebagai berikut, “ Article 13 does not provide aliens with a guarantee against expulsion. Indeed, its procedural nature may mean that is not even a comprehensive guarantee against arbitrary expulsion ”. 36 Kesimpulan ini tentu mereduksi pandangan bahwa Pasal 13 ICCPR merupakan dasar hukum yang kuat untuk menjustifikasi adanya pelanggaran HAM dalam tindakan deportasi. Selanjutnya, ada dua konvensi hak asasi manusia internasional yang menentukan pembatasan tindakan deportasi dengan alasan bahwa tindakan tersebut justru kemungkinan membahayakan hidup pihak yang dideportasi. Hal ini dapat dilihat dalam Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment CAT yang secara tegas melarang suatu negara pihak untuk mengusir seseorang dari wilayah negaranya karena ada situasi yang meyakinkan bahwa orang tersebut akan disiksa di negara lain 37 serta di dalam International Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance CPED yang juga secara tegas melarang suatu negara pihak untuk mengusir seseorang dari wilayah negaranya karena ada situasi yang meyakinkan bahwa orang tersebut 36 Joseph, Sarah, Jenny Schultz, and Mellissa Castan, 2004, The International Covenant on Civil and Political Rights: Cases, Materials, and Commentary, Second Edition, Oxford University Press Inc., New York, h. 387 37 Pasal 3 ayat 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment 12 akan menghadapi situasi bahaya atau dapat dihilangkan secara paksa di negara lain. 38 Dalam hukum internasional, penghilangan paksa enforced disappearance dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap martabat manusia, 39 yang mana martabat manusia merupakan prinsip fundamental dalam HAM. 40 Terdapat pula pengaturan deportasi dalam kaitannya dengan HAM yang dimiliki seorang anak. Hal ini dapat dilihat di dalam Pasal 9 4 Convention on the Rights of the Child CRC yang secara explisit menyebut deportasi sebagai berikut: “ Where such separation results from any action initiated by a State Party, such as the detention, imprisonment, exile, deportation or death including death arising from any cause while the person is in the custody of the State of one or both parents or of the child, that State Party shall, upon request, provide the parents, the child or, if appropriate, another member of the family with the essential information concerning the whereabouts of the absent members of the family unless the provision of the information would be detrimental to the well-being of the child. States Parties shall further ensure that the submission of such a request shall of itself entail no adverse consequences for the persons concerned. ” Pengaturan hak asasi manusia internasional yang paling rinci mengenai deportasi dapat ditemukan dalam Pasal 22 International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families ICRMW yang menentukan hal-hal sebagai berikut: 1. Para pekerja migran dan anggota keluarganya tidak boleh menjadi sasaran kebijakan pengusiran secara massal. Setiap kasus pengusiran harus diperiksa dan diputuskan sendiri-sendiri. 2. Para pekerja migran dan anggota keluarganya hanya dapat diusir dari wilayah suatu Negara Pihak atas suatu keputusan yang diambil oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan hukum. 3. Keputusan tersebut wajib dikomunikasikan kepada mereka dalam bahasa yang mereka pahami. Atas permintaan mereka, kecuali merupakan kewajiban, keputusan itu wajib disampaikan secara tertulis dan, kecuali dalam keadaan terkait keamanan nasional, beserta alasan-alasannya. Orang-orang yang bersangkutan wajib diberi tahu mengenai hak-hak ini sebelum atau selambat-lambatnya pada saat keputusan itu diambil. 38 Pasal 16 ayat 1 International Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance 39 Smith, Rhona. K, 2010, Text and Materials on International Human Rights, Second Edition, Routledge, New York, h. 488. 40 Bantekas, Ilias and Lutz Oette, 2013, International Human Rights Law and Practice, Cambridge University Press, New York, h.74. 13 4. Kecuali, apabila suatu keputusan akhir telah ditetapkan oleh pengadilan yang berwenang, orang-orang yang bersangkutan harus memiliki hak untuk menyampaikan alasan-alasan mengapa mereka tidak boleh diusir dan untuk meminta kasusnya ditinjau kembali oleh pejabat yang berwenang, kecuali ditentukan sebaliknya, dengan alasan keamanan nasional. Selama menunggu peninjauan kembali, orang-orang yang bersangkutan harus memiliki hak untuk meminta penundaan keputusan pengusiran tersebut. 5. Apabila keputusan pengusiran yang telah ditetapkan kemudian dibatalkan, orang yang bersangkutan harus memiliki hak untuk menuntut ganti rugi menurut hukum, dan keputusan yang pertama tidak boleh dipergunakan untuk mencegahnya memasuki kembali negara yang bersangkutan. 6. Dalam hal pengusiran, orang-orang yang bersangkutan harus memiliki hak atas kesempatan yang cukup sebelum atau sesudah keberangkatannya, untuk menyelesaikan pembayaran gaji atau hak lain yang harus diberikan dan juga utang-utangnya. 7. Tanpa mengurangi pelaksanaan keputusan pengusiran, seorang pekerja migran atau anggota keluarganya yang menjadi sasaran keputusan tersebut dapat memohon untuk memasuki suatu negara yang bukan negara asalnya. 8. Dalam hal pengusiran seorang pekerja migran atau anggota keluargannya, biaya pengusiran tidak boleh dibebankan kepadanya. Orang yang bersangkutan dapat diminta untuk membayar biaya perjalanannya sendiri. 9. Pengusiran dari negara tempat bekerja tidak boleh mengurangi hak apa pun yang telah diperoleh pekerja migran atau anggota keluarganya sesuai dengan hukum negara tersebut, termasuk hak untuk menerima gaji dan hak lain yang harus diterimanya. Pengaturan mengenai deportasi dapat juga ditemui dalam sejumlah instrumen hak asasi manusia regional. Di kawasan Eropa Article 1 Protocol 7 European Convention on Human Rights merupakan instrumen yang menegaskan bahwa bahwa orang asing yang secara sah tinggal di suatu negara tidak dapat diusir kecuali berdasarkan suatu keputusan berdasarkan hukum. Me ngenai penggunaan kata „ expulsion ‟, Explanatory Report dari ketentuan ini menyebutkan bahwa istilah ini harus diartikan sebagai konsep otonom yang berbeda dari definisi yang dikenal di lingkup domestik. 41 Di kawasan Asia Tenggara, Pasal 15 ASEAN Human Rights Declaration tidak mengatur secara spesifik mengenai deportasi, tetapi hanya menyebut bahwa setiap orang memiliki hak untuk bergerak dan tinggal di dalam batas-batas suatu negara Every person has the right to freedom of movement and residence within the borders of each State . 41 Flinterman, Cees rev dalam Dijk, Pieter van, Fried van Hoof, Arjen van Rijn and Leo Zwaak Eds, 2006,, Theory and Practice of the ECHR, Intersentia, Antwerpen-Oxford, h. 966 14

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN