BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Trembesi
Tanaman trembesi Samanea saman Jacq. Merr. merupakan tanaman asli Amerika Selatan bagian utara yang merupakan daerah tropis dan sekarang
dibudidayakan secara luas di daerah tropis, seperti Asia Tenggara. Tanaman trembesi mempunyai batang yang besar, bulat dan tinggi antara 10-20 meter.
Permukaan batangnya beralur, kasar, dan berwarna coklat kehitam-hitaman dengan bentuk pohon seperti kanopi. Trembesi memiliki daun majemuk dengan
panjang tangkai sekitar 7-15 cm dan menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan
tepi daun rata Staples and Elevitch, 2006. Warna daun hijau dengan permukaan daun bagian bawah memiliki beludru.
Tanaman trembesi juga merupakan tanaman berbunga dan berbuah musiman yang umumnya berlangsung pada bulan Mei dan Juni. Bunga trembesi
berwarna putih gradasi merah muda pada bagian ujung atasnya dengan panjang mencapai 10 cm dari pangkal bunga hingga ujung bulu bunga. Tabung mahkota
berukuran 3,7 cm dan memiliki kurang lebih 20-30 benang sari dengan panjang 3- 5 cm. Buah trembesi berbentuk polong coklat kehitaman dengan panjang 10-20
cm, mempunyai lebar 1,5-2 cm, dan tebal sekitar 0,6 cm. Buah yang berbentuk polong mengandung sekitar 5-25 biji dengan panjang 1,3 cm. Karakteristik
tanaman trembesi seperti terlihat pada Gambar 2.1. 6
Gambar 2.1 Karakteristik Bagian Tanaman Trembesi a pohon, b bunga, c daun, d buah
berbentuk polong Staples and Elevitch, 2006 Ciri-ciri daun trembesi dengan bentuk tulang daun menyirip menunjukkan
bahwa trembesi termasuk ke dalam keluarga tanaman polong-polongan Fabaceae atau Leguminosae dengan klasifikasi berikut Staples and Elevitch, 2006.
Kerajaan : Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Fabales Famili
: Fabaceae Subfamili : Mimosoideae
Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman; Nama binomial: Samanea saman Jacq. Merr.
a b
c d
Tanaman dari keluarga Leguminosae telah diketahui mengandung berbagai senyawa aktif yang secara farmakologi memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi, antirematik, antidiare, antimikroba, dan antimuntah Trease and Evans, 1987 dalam Ferdous et al., 2010. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ferdous et al. 2010, fraksi karbon tetraklorida dari ekstrak metanol trembesi diketahui memiliki beberapa aktivitas diantaranya antimikroba terhadap
beberapa jenis bakteri gram negatif dan gram positif, serta jamur. Aktivitas antibakteri dan antijamur dari fraksi karbon tetraklorida tersebut memiliki daya
hambat sedang terhadap E. coli dan S. aureus dengan zona penghambatan masing- masing 7 mm dan 8 mm pada konsentrasi 1,5. Sebagai antijamur, fraksi karbon
tetraklorida pada konsentrasi yang sama yaitu 1,5 menghasilkan zona hambat 7 mm pada C. albicans
Kumar et al. 2013 telah melakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol daun trembesi dengan hasil positif terhadap alkaloid, flavonoid,
karbohidrat, glikosida, dan tanin. Prasad et al. 2008 juga telah melakukan skrining fitokimia dan uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus serta jamur Candida albicans dari ekstrak air daun trembesi. Skrining fitokimia menunjukkan adanya tanin, flavonoid, saponin,
steroid, glikosida kardiak, dan terpenoid dalam ekstrak air daun trembesi. Hasil terhadap uji antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak air daun trembesi dapat
menghambat pertumbuhan semua bakteri uji. Daya hambat terhadap pertumbuhan E.coli dapat terjadi pada konsentrasi minimal 5 mgmL namun daya hambat
terhadap S. aureus and C. albicans dapat terjadi pada konsentrasi minimal 10 mgmL.
Raghavendra et al. 2008 melaporkan bahwa ekstrak air daun trembesi dapat menghambat
bakteri patogen tanaman Xanthomonas pathovars, Xanthomonas axonopodis pv. malvacearum, dan Xanthomonas campestris pv.
vesicatoria dan 14 bakteri patogen pada manusia. Thippeswamy et al. 2011 melaporkan aktivitas antibakteri dari enam ekstrak daun trembesi dengan pelarut
yang berbeda terhadap 21 mikroorganisme, dengan hasil menunjukkan ekstrak metanol memiliki aktivitas antibakteri dengan zona inhibisi mulai dari 11 mm
hingga 3.5 mm pada konsentrasi 1 mgmL. Ekstrak etanol memberikan hasil maksimal untuk uji antijamur dengan persentase penghambatan mulai dari 20,4
hingga 81,6 pada konsentrasi 1 mgmL Aktivitas trembesi sebagai antibakteri juga telah dilaporkan oleh Arulpriya
dan Hemalatha 2010, trembesi yang diekstrak dengan pelarut petroleum eter, etil asetat, kloroform, dan larutan HCl difraksinasi menggunakan asam klorida,
diklorometana, heksana, dan aseton. Keempat fraksi yang diperoleh tersebut diujikan pada bakteri E.coli dan S. aureus, serta jamur Aspergillus flavus dan
Candida albicans. Fraksi diklorometana menunjukkan aktivitas antimikroba terbaik terhadap E. coli dan S. aureus. Sedangkan fraksi kloroform dan fraksi
diklorometana menunjukkan aktivitas yang baik terhadap Aspergillus niger. Sebaliknya semua fraksi ini menunjukkan aktivitas baik terhadap Candida
albicans.
2.2 Kandungan Kimia Tumbuhan