12
B. Televisi di Indonesia
Televisi adalah sebuah media penangkap siaran
audio-visual
atau suara dan gambar. Kata televisi berasal dari kata
tele
dan
vision
; yang memiliki arti masing- masing jauh tele dan tampak vision. Melalui penyampaian siaran
audio-visual
ini disinyalir akan mempermudah masyarakat dalam memahami informasi yang disampaikan. Karena tidak hanya mendengarkan, masyarakat dapat menyaksikan
secara langsung gambar-gambar mendukung yang mengekspresikan dari suara yang didengarnya. Meski televisi baru mulai muncul setelah radio, namun tanpa
membutuhkan waktu lama, televisi mampu mempunyai andil dan pengaruh yang cukup besar terhadap kemajuan bangsa terutama di Indonesia.
Secara umum, televisi
4
bisa dikatakan sebagai media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh data dari
pendidikan jurnalisme TV, Universitas Indonesia tahun 2004 yang menyebutkan jumlah televisi yang beredar di Indonesia saat itu mencapai angka 30 Juta. Jumlah
tersebut diperkirakan terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Bukti itu kemudian diperkuat oleh data Nielsen Media Research, yang pada tahun
2004 yang menyebutkan; penetrasi media televisi di Indonesia mencapai 90,7, sedangkan radio 39, suratkabar 29,8, majalah 22,4, internet 8,8, dan orang
menonton bioskop sebesar 15. Singkatnya, televisi sudah menjadi bagian dari
4
Menurut Effendy, 1993, p.148, Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” vision yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan sisi
penglihatannya oleh gambarnya. Perpaduan radio broadcast dan film moving picture ini membuat penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran TV, kalau tidak ada unsur-unsur
radio. Dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak tanpa pada layar pesawat TV , jika tidak ada unsur film
13 sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan keberadaannya
telah jauh melampaui media lain.
5
Tiga karakteristik televisi yang paling menonjol adalah : 1.
Audiovisual : Televisi memiliki kelebihan dapat didengar audio dan dilihat visual. Karena sifat audiovisual ini, selain kata-kata televisi
juga menampilkan informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni
rekaman peristiwa. 2.
Berpikir dalam gambar : Ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses ini, Pertama ; visualisasi, yaitu menterjemahkan kata-kata
yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua ;
penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasiancara kerja yang kompleks : Dibandingkan dengan media
radio, pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih banyak melibatkan orang. dikutip dari Dasar-dasar Penyiaran, karya Riswandi,
Universitas Mercu Buana, Graha Ilmu 2009 Sebagai media audio visual, televisi tidak membebani banyak syarat bagi
audience
-nya. Setiap orang dari berbagai tingkat usia, pendidikan, status sosial dan ekonomi dapat menikmatinya tanpa perlu keahlian khusus. Tidak seperti
media cetak yang mengharuskan konsumennya untuk dapat membaca. Ditambah
5
Wirodhono, Sunardian. 2006. Matikan TV-mu Jogjakarta: Resist Book
14 pula, budaya lisan yang akrab dengan bangsa Indonesia cenderung lebih dekat
dengan budaya audio visual ketimbang budaya membaca. Sehingga praktis, masyarakat Indonesia lebih memilih media audio visual alih-alih menggunakan
media cetak atau suara. Selain itu, televisi dapat menyajikan pesanobjek yang sebenarnya
termasuk hasil dramatisir secara audio visual dan unsur gerak
live
dalam waktu bersamaan
broadcast
.
6
Pesan yang dihasilkan televisi dapat menyerupai bendaobjek yang sebenarnya. Sehingga efek yang diakibatkan media ini sungguh
memeras perhatian kebanyakan indera kita. Semakin banyak indera yang dilibatkan dalam suatu proses komunikasi, mengakibatkan komunikasi menjadi
semakin efektif. Bahkan kini, televisi sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial
masyarakat Indonesia. Hal ini karena kegiatan menonton televisi bukanlah aktivitas soliter, sendiri dan terpisah dari aktivitas lainnya. Sebaliknya, menonton
televisi merupakan aktivitas sosial yang jalin-menjalin dengan tanggung jawab dan tugas-tugas rutin pengelolaan rumah tangga sehari-hari.
7
Sehingga seseorang tetap dapat melakukan kegiatan sehari-hari sambil tetap menikmati tayangan
televisi. Seperti digambarkan oleh Don De Lillo, dalam bukunya berjudul
White
6
Dede Mulkan, dosen di Jurusan Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Padjadjaran, Pengajar mata kuliah bidang televisi.dalam artikelnya berjudul Televisi dan Proses
Pembelajaran Anak di www.kangdekanwebblog.wordpress.com di kutip pada 180708
7
Budiman, Kris. 2002. Di depan kotak ajaib: Menonton Televisi Sebagai Praktik Konsumsi, Yogyakarta:Galang Press.
15
Noise
1985 yang artinya;
“ Untuk sebagian besar orang, hanya ada dua tempat terpenting di dunia, yaitu tempat mereka hidup dan tempat televisi diletakkan
“
8
Dilihat dari
sisi masyarakat,
naiknya pertumbuhan
ekonomi, kesejahteraan, dan daya beli masyarakat Indonesia mengakibatkan media
komunikasi elektronik ini nampak semakin terjangkau. Kini televisi bukan merupakan barang mewah lagi. Hal ini didukung oleh produsen-produsen televisi
yang tidak henti-hentinya melakukan ekspasi pasar secara besar-besaran. Televisi dibuat dengan berbagai tipe, ukuran, dan harga yang bermacam-macam. Ia dapat
dengan mudah diperoleh di toko-toko elektronik dekat rumah kita. Salah satu unsur penting lain yang tidak dapat dilepaskan dari
meningkatnya penggunaan teknologi penyalur informasi dengar pandang ini dalam masyarakat Indonesia adalah keberadaan stasiun televisi sebagai penyedia
jasa komunikasinya. Hal ini karena, tanpa stasiun televisi, televisi tidak lebih dari sekedar barang rongsokan. Keduanya saling melengkapi. Acara televisi yang
menarik akan secara otomatis membuat orang ingin menonton televisi. Ini artinya, kebutuhan informasi masyarakat melalui televisi pada dasarnya ada pada jenis
program acara yang disajikan oleh stasiun-stasiun televisi yang mengudara. Dewasa ini pula perkembangan pertelevisian di Indonesia sudah cukup
maju. Meski di negara-negara besar lainnya seperti Jepang, Amerika dan Eropa sudah mulai menggunakan teknologi televisi digital, sedang di Indonesia masih
menggunakan teknologi televisi analog, namun kretifitas para pekerja penyiaran tidak berhenti sampai disitu.
8
dikutip oleh Garin Nugroho, 1995.dikutip kembali oleh Masduki, dosen tamu di Jurusan Komunikasi Fisipol UPN Yogyakarta dalam artikel berjudul Televisi, Keluarga, dan Hak Anak.
16 Industri pertelevisian rupanya selain memiliki pengaruh terhadap
kecenderungan pola pikir atau animo masyarakat terhadap informasi yang mereka dapatkan, ternyata juga sangat berpengaruh di dunia perekonomian. Sudah banyak
stasiun-stasiun televisi yang bermunculan, mulai dari yang bertaraf nasional sampai daerah. Bahkan hampir di setiap kota di seluruh propinsi di Indonesia
memiliki stasiun televisi lokal. Ini membuktikan bahwa televisi juga dapat menjadi ladang mata pencaharian yang menjanjikan.
Dalam sebuah stasiun televisi, pendapatan terbesar biasanya datang dari sponsor yang menggunakan jasa iklan. Para sponsor tersebut akan melakukan
seleksi kepada setiap stasiun televisi yang dipercaya dapat menyampaikan informasi mengenai produk yang dimilikinya dengan baik sampai kepada calon
konsumen. Tolak ukur yang mereka gunakan adalah
share
acara yang dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama
people meter
pada beberapa responden. Dari situ akan diketahui seberapa besar sebuah stasiun televisi
memiliki penggemar yang senantiasa mengikuti tayangan-tayangannya.
C. Program Acara Televisi