ANALISIS PERANAN MILITER DALAM POLITIK

BAB III ANALISIS PERANAN MILITER DALAM POLITIK

BERDASARKAN DWIFUNGSI ABRI

1. LEGALITAS DWIFUNGSI DALAM SISTEM POLITIK

Sejarah kehidupan politik Negara-negara lain memperlihatkan bahwa konsepsi-konsepsi politik lebih banyak dikembangkan oleh para negarawan atau kaum praktisi dari pada kaum teoritisi. Begitu juga halnya dengan konsep Dwifungsi ABRI. Pada waktu mendirikan Negara R.I tidak ada pemikiran mengenainya. Munculnya konsep dwifungsi ABRI juga bukan karena adanya konsepsi mengenainya dari seorang ilmuwan. Kelahirannya melekat bersamaan dengan kelahiran TNI ABRI sendiri yang lahir dari zaman revolusi, walupun bentuknya berbeda. Konsepsi fungsi sosial-politik ABRI sendiri bermula dan berkembang dari ucapan-ucapan tokoh-tokoh ABRI yang paling terkemuka dan kemudian mendapat legalisasi pada era orde baru. Dengan demikian dwifungsi ABRI tidak sekali jadi tetapi berkembang bersama sejarah. Panglima Besar Jenderal Sudirman, Bapak TNI, menegaskan mengenai siapa dan apa dan bagaimana TNI; a. TNI the Indonesian armed forces was born from the proclamation of independence, it has live with it, and has pleged to defend the sanctity of it . TNI lahir karena proklamasi hidup dengan proklamasi itu dan bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesucian proklamasi itu. b. The only national asset which is still intact and has never changed, although it has to face varios problems and changes, is the Indonesian armed forces . satu-satunya hak milik nasional republic yang masih tetap utuh tidak berubah-ubah meskipun harus menghadapi segala soal dan perubahan, adalah TNI. 64 64 A.S.S. Tambunan. Sosio-Political Functions of the Indonesian Armed Forces. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan. 1995. hal 21. Universitas Sumatera Utara Sementara itu letnan jenderal TNI Dr. T.B Simatupang mengatakan ; The birth of ABRI admindst the revolution created its dual character, and the doktine of total people’s defenca required ABRI’s officer to understand or utilize the political environment. Kelahiran ABRI ditengah revolusi menimbulkan dua karakter, tidak hanya sebagai alat di tangan pimpinan revolusi, melainkan juga sebagai pendukung dan pembela cita-cita revolusi?lingkungan Negara. 65 Dari perjuangan 1945 TNIABRI lahir sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, yang berkepribadian saptamarga, sesuai dengan UUD 1945………………..Dengan identitas demikian ABRI lahir tumbuh bukan sebagai militer, tetapi juga sebagai kekuatan sosial. Pendapat lain adalah berasal dari Jenderal Dr.A.H nasution yang dikemukakan dalam pidato dies natalis akademi militer nasional pada tahun 1958 menguraikan bahwa: 66 ABRI’s role differed from that in other countries. ABRI’s capability to participate in the national development was like a volcano, if supreesed it would explode. ABRI berbeda dengan Negara lain,.; ABRI perlu ikut dalam pembinaan Negara, karena kalau dibendung,adalah laksana gunung berapi yang suatu waktu akan meledak. 67 Ia adalah kekuatan sosial, kekuatan rakyat yang bahu membahu dengan kekuatan rakyat yang lain. 68 - Sudah sejak semula, angkatan darat tidak pernah merasa dirinya sebagai alat Negara belaka. Selaku unsur yang turut mencetuskan revolusi dan kemudian yang paling banyak berkorban dalam penyelamatan revolusi, sebagai pemegang saham yang dengan seluruh jiwa raganya turut bertanggung jawab Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani sewaktu melantik perwira di Bandung tahun 1962 juga ketika pidato pembukaan seminar TNI-angkatan darat pada tahun 1965 menegaskan : - TNI mempunyai dua fungsi yakni sebagai militer dan sebagaik golongan karya. 65 A.S.S. Tambunan. ibid. hal 22 66 Jenderal TNI A.H. Nasution.loc.cit. hal 19 67 lihat dalam A.S.S. Tambunan.op.cit. hal 22 68 Soebijono.loc.cit. Hal 86 Universitas Sumatera Utara pula atas jalannya revolusi. Dan selaku tentara rakyat secara intensif ia selalu mengemban apa yang kemudian disebut “amanat penderitaan rakyat. 69 Golongan-golongan dalam masyarakat hendaknya menilai dwifungsi itu dari sistem politik yang kita pakai sendiri, dari sejarah pertumbuhan bangsa kita sendri, jangan dengan kacamata yang lain yang berasal dari luar dan tidak objektif. Soeharto pada pidato peringatan hari ulang tahun ke-25 ABRI pada tanggal 5 oktober 1970, mengajak masyarakat sebagai berikut : 70 Kemudian kalimat wasiat Bapak TNI masih memerlukan waktu sembilan tahun untuk mencapai tempat yang lebih wajar yaitu dalam ketetapan MPR No. IVMPR1978. sebagaimana diketahui ketetapan MPR No.IVMPR1978 tentang Setelah perang rakyat, TNI seolah-olah telah mengalami penggodokan yang telah mendewasakannya tidak hanya dalam tugas pertahanannya tetapi juga dalam menangani masalah-masalah politik, sosial ekonomi dan pemerintahan yang sedang berjuang. Namun setelah waktu 20 tahun dan itupun sesudah mengalami keguncangan hebat akibat G30SPKI yang hamper saja membawa malapetaka bagi bangsa Indonesia dan Negara pancasila. Barulah kalimat wasiat tadi mendapat tempat dalam dunia perundang-undangan kita walupun masih dalam “halaman depan”, yaitu dalam penjelasan UU no. 15 tahun 1969 tentang pemilihan umum anggota-anggota badan permusyawaratan rakyatperwakilan rakyat serta UU no. 16 tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD. Rumusannya berbunyi : Mengingat dwifungsi sebagai alat Negara dan kekuatan sosial harus kompak bersatu dan merupakan kesatuan untuk dapat menjadi pengawal pancasila dan uud 1945 yang kuat dan sentosa. 69 Nogroho Notosusanto. Loc.cit. hal 169 70 70 Soebijono.op.cit. Hal 87 Universitas Sumatera Utara garis-garis besar haluan Negara telah mengukuhkan dwifungsi ABRI sebagai salah satu modal dasr pembangunan nasional : Modal dasar pembangunan nasional yang dimiliki oleh rakyat dan bangsa Indonesia adalah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai pertahan keamanan dan kekuatan sosial yang tumbuh dari rakyat bersama rakyat menegakkan kemerdekaan bangsa dan Negara. Sebagai kekuatan hankam, ABRI merupakan suatu unsur dalam lingkungan aparatur pemerintah yang bertugas di bidang kegiatan “melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia” bunyi anak kalimat dalam alinea ke- 4 pembukaan UUD 1945. Sebagai kekuatan sosial, ABRI merupakan unsur dalam kehidupan politik masyarakat infrastruktur masyarakat yang bersama-sama dengan kekuatan sosial lainnya secara efektif melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan nasional. Sebagai lanjutan ketetapan MPR No. IVMPR1078 pada tanggal 20 september telah diundangkan Undang-Undang nomor 20 tahun 1082 tentang ketentuan pokok pertanan keamanan Negara lembaran Negara tahun 1982 nomor 51 dan tambahan lembaran Negara nomor 323. Pasal 26 undang-undang itu secara jelas dan tegas merumuskan dwifungsi ABRI itu sebagai berikut : “Angkatan Bersenjata mempunyai fungsi sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai kekuatan sosial”. 71 71 UU RI No. 20 Tahun 1982. loc.cit.psl 26 Dalam penjelasan pasal ini dirumuskan : Fungsi angkatan bersenjata sebagai kekuatan sosial sudah ada sejak kelahirannya serta merupakan bagian dari hasil proses perjuangan dan pertumbuhan bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam Saptamarga dan dinyatakan sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional dalam garis-garis besar haluan negara. Universitas Sumatera Utara Fungsi pertama sebagai kekuatan pertahanan keamanan dirumuskan dalam pasal 27 sebagai berikut : 1 Angkatan bersenjata sebagai kekuatan pertahana keamanan negara adalah alat negara yang melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pasal 12 undang-undang ini. 2 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, angkatan bersenjata memelihara dan meningkatkan kemampuan komponen kekuatan pertahanan negara keamanan negara lainnya yang meliputi kekuatan didarat, laut,udara, serta penerbitan dan penyelamatan masyarakat. 72 2 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, angkatan bersenjata diarahkan agar secara aktif mampu meningkatkan dan memperkokoh ketahanan nasional dengan ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai masalah kenegaraan dan pemerintahan, mengembangkan demokrasi pancasila dan kehidupan konstitusional berdasar undang-undang dasar 1945 dalam segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional. Fungsi kedua sebagai kekuatan sosial dirumuskan dalam pasal 28 berikut ini: 1 Angkatan bersenjata sebagai kekuatan sosial bertindak selaku dinamisator dan stabilisator yang bersama-sama kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggung jawab mengmankan dan menyukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta meningkatkan kesejahteraan bagi seluiruh rakyat Indonesia. 73 Dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagai mana dimaksudkan diatas, angkatan bersenjata diarahkan agar mampu secara katif dan positif ikut serta memupuk serta memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa dan mampu berperan dalam pembangunan nasional kea rah terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh. Penjelasan pasal ini berbunyi: Sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia terbukti angkatan bersenjata perupakan pengawal dan pengamal pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang setia, sehingga dalam peranannya sebagai kekuatan sosial, angkatan bersenjata mendayagunakan kemmpuannua selaku dinamisator dan stabilisator dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab mengamankan dan mensukseskan perjuangan dalam mewujudkan tujuan nasional. 74 72 UU No.20 Tahun 1982. ibid. pasal 27 73 UU No.20 Tahun 1982. ibid. pasal 28 74 ibid penjelasan pasal 28. Universitas Sumatera Utara Dan Terakhir, UU No 2 Tahun 1988 Tentang Prajurit ABRI menegaskan dalam pasal 6-nya: Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia mengemban Dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yaitu sebagai kekuatan pertahanan Negara dan kekuatan sosial politik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dwifungsi ABRI mempunyai dasar hukum yang kuat sekali, baik dari segi teori hukum maupun dari segi hukum yang berlaku. Dan berdasarkan formula ini maka ABRI terutama para pemimpinnya dapat melakukan kekaryaan dalam sistem politik Indonesia.

2. IMPLEMENTASI DWIFUNGSI

Kontrol politik militer dijalankan juga melalui pengangkatan personil ABRI dalam berbagai posisi sipil mulai dari tingkat menteri hingga eselon empat dan mulai dari jabatan gubernur hingga kepala desa serta penempatan pada lembaga politik yang dianggap penting dalam proses pencapaian tujuan bangsa. Struktur komando militer juga dibuat serupa dengan strktur pemerintah daerah sehingga pengawasan territorial dilakukan dengan mudah. Para komando militer lokal juga diberi wewenang untuk menangani masalah sipil. Dan oleh karena itu dapat kita olihat bagaimana implementasi Dwifungsi ABRI dalam struktur politik orde baru, yaitu sebagai fungsi pertahanan dan keamanan dan funsi sosial-politiknya. 2.1. Fungsi Pertahanan Dan Keamanan Implementasi fungsi pertahanan dan keamanan yang dilakukan oleh militer ini sering disebut sebagai Pertahanan nasional. Konsepsi ketahanan nasional telah lahir sejak konsep tahun 1960-an, yang manna pada awalnya dilahirkan pemikiran di Seskoad di bandung yang selanjutnya sejak 1965 dikembangkan melalui Lemhanas. Universitas Sumatera Utara Yang mana telah diterima oleh rakyat Indonesia sebagai suatu konsep dan cara berfikir yang mana berisi tentang kondisi dinamis suatu bangsa, berisikan keuletan dan ketangguhan, yang mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi berbagai hambatan, rintangan dan tantangan dan ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan intregrasi, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya. 75 Dimana tentara nasional Indonesia atau TNI telah berperan besar dalam perwujudan konsep ketahanan nasional dan tentu diharapkan untuk dapat pula berperan besar dalam pelaksanaannya. 76 Ketika bangsa Indonesia melalui bung karno dan bung hatta memproklamirkan kemerdekaannya, maka rakyat dan khususnya para pemuda secara spontan membentuk pasukan-pasukan untuk mengadakan perebutan kekuasaan dari tangan tentara pendudukan jepang untuk menegakkan kekuasaan republic Indonesia Ada sebab-sebab logis mengapa TNI berperan besar dalam besar dalam perwujudan konsep ketahanan nasional. Seperti yang diketahui, TNI telah mengalami masa yang tidak sama dengan tentara-tentara lain di dunia. Umumnya satu tentara dibentuk oleh pemerintah satu Negara yang memerlukannya sebagai aparat untuk menjalankan pemerintahannya, khususnya dalam keperluan untuk menjamin keamanan dan kedaulatan Negara terhadap gangguan-gangguan dan ancaman- ancaman yang dating dari luar maupun dalam negei. TNI tidak lahir sepenuhnya seperti itu. 75 Soemarno Sudarsono. Ketahanan nasional._______; Penerbit Intermassa.1997. hal 23. 76 Sayidin Suryohadiprojo. Pancasila, islam dan ABRI. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan. 1992. hal. 184. Universitas Sumatera Utara dimana-mana. Sekaligus diusahakan perebutan senjata dari tentara jepang untuk mempersenjatai pasukan-paukan itu. Dan setelah kekuasaan dapat direbut dan bendera merah putih berkibar diatas gedung-gedung pemerintah, maka pasukan- pasukan itu melakukan pengmanan terhadap kedaulatan yang telah diperoleh itu. Jadi tak pernah pemerintah republik Indonesia yangberbentuk setetelah proklamasi kemerdekaan 1945 mengadakan penyusunan pasukan untuk membangun tentara, apalagi mengusahakan persenjataan dan peralatan bagi pasukan-pasukan itu. Baru kemudian pemerintah ri mengeluarkan maklumat berdirinya badan keamanan rakyat. Namun maklumat itu hakekatnya hanya memberikan legitimasi kepada pasukan – pasukan yang telah tersusun secara spontan oleh rakyat dan pemuda, dan yang kemudian menyusun dalam badan keamanan rakyat. Ini berarti bahwa TNI yang bersumberdari pasukan –pasukan yang berbentuk secara spontan itu, merupakan satu organisasi ketentaraan yang dijiwai oleh semangat perjuangan yang kuat. Jadi ia bukan sekedar aparat pertahanan-keamanan pemerintah seperti yang umumnya terdapat dinegara-negara lain. Oleh karena itu rasa tanggung jawab TNI terhadap keadaan Negara dan bangsa adalah senantiasaa kuat. Rasa tanggung jawab itu tidak semata-mata karena perintah atasan, melainkan merupakan pendirian yang dibentuk sendiri oleh TNI dalam menghadapi keadaan. Ini nampak antara lain jelas sekali, ketika panglima besar soedirman tidak mau bergabung dengan para pembesar RI yang lain yang berkumpul di istana kepresidenan yokyakarta, ketia belanda menyerbu yogyakarta pada permulaan perang kemerdekaan ke-2. Tetapi beliau justru bergerak ke luar kota Universitas Sumatera Utara dan memerintahkan kepada TNI untuk meneruskan perjuangan bersenjata terhadap belanda. Rasa tanggung jawab yang besar terhadap Negara dan bangsa serta hari depannya kemudiana tertuang dalam Dwi fungsi ABRI yang sekarang telah diakui oleh rakyat Indonesia melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat. Rasa tanggung jawab inilah yang mendorong TNI untuk mengambil prakarsa dalam penyusunan pemikiran dan konsep ketahanan nasional. Pengalaman- pengalaman yang telah dilaluinya sejak 1945 dan ditambah dengan pengetahuan yang diperolehnya mengenai bangsa-bangsa lain merupakan bahan dan pedomanan untuk pemikiran dan konsep itu. Pengalaman yang amat berharga adalah bahwa perjuangan bangsa itu merupakan satu keseluruhan dan tidak terpecah-belah dalam bagian-bagian yang tanpa ada hubungan satu sma lain. Memang dalam perjuangan bagsa ada aspek politiknya , ada pula aspek ekonominya atau aspek militernya, tetapi aspek-aspek itu meskipun dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan satu sama lain. Ini adalah pengalaman yang amat berharga sejak 1945, khususnya ketika TNI bersama rakyat melakukan perlawanan gerilya dalam perang kemerdekaan ke-2. sesudah kedaulatan RI sepenuhnya diakui oleh belanda dan dunia internasional lainnya, maka pengalaman Tni bertambah dalam operasi-operasi untuk menumpas berbagai pemberontakan dan perlawanan gerilya pihak-pihak lawan – Pancasila. Kembali dalam pengalaman itu TNI memperoleh kesadaran bahwa perjuangan bangsa merupakan satu keutuhan. Kalau sifat yang menyeluruh dan utuh dari perjuangan bangsa itu diabaikan, maka pasti akan dihadapi kegagalan dan kecewaan. Universitas Sumatera Utara Hal lain yang juga menjadikan kesadaran TNI adalah bahwa seluruh perjuangan bangsa harus dilandasi falsafah dan ideology pancasia. Apabila kita keluar dari garis pancasila, maka tentu timbul keretakan dalam barisan kita yang berakibat kegagalan. Sebaliknya apabila kita setia pada pancasila, betapun berat dan sulit rasanya tugas yang dihadapi pada permulaan, akhirnya akan selesai juga dengan baik. Ini dialami ketika menghadapi gerilya Darul islam, dan menghadapi kawan sendiri bekas TNI yang memberontak dalam PRRIPermesta serta menhadapi penghianatan dan pemberontakan GestapuPKI . Pengalaman-pengalaman itu, dan terutama pengalaman memperjuangkan republic Indonesia yang berdasarkan pancasila terhadap belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, membuat TNI benar-benar yakin akan pancasila sebagai falsafah dan ideology Negara dan bangsa. Jadi keyakinan itu bukan karena memperoleh penataran dan indoktrinisasi, melainkan karena kesadaran berdasarkan pengalaman. Itulah sebabnya TNI senantiasa memperjuangkan agar konsep untuk menjamin kehidupan bangsa didasarkan pancasila dan bukan didasarkan sistem lain. Pengalaman berikut bagi TNI adalah dalam setiap perjuangan bangsa harus ada persatuan yang seerat-eratnya dalam barisan pancasila, khususnya persatuan antara TNI dengan rakyat. T5anpa persatuan TNI dengan rakyat tidak akan mungkin dapat dilakukan perlawanan gerilya terhadap belanda, dan juga tidak mungkin akan ada kemampuan anti-gerilya yang mematahkan gerilya Daril Islam. Dalam persatuan TNI dengan rakyat itu, TNI menyadari bahwa ia harus dapat melindungi rakyat, pabila rakyat dalam bahaya. Sebaliknya, rakyat senantiasa membantu TNI dalam berbagai macam pelaksanaan tugasnya. Oleh sebab itu TNI tidak pernah menganggap Universitas Sumatera Utara dirinya unsur terpenting dalam masyarakat Indonesia, melainkan merupakan unsur yang justru harus mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Itu sebabnya mengapa TNI tidak keberatan ketika dalam permulaan pembangunan nasional titik berat anggaran pemerintah dituju8kan pada kesejahteraan, sehingga anggaran TNI relative terbatas dan belum dapat melakukan pembangunan militer. Justru waktu itu TNI berperan serta dalam pembagunan obyek-obyek non-militer. Memang pengalaman TNI kebanyakan adalah dalam perlawanan bersenjata. Namun dalam perlawanan bersenjata dengan pihak lawan itu juga timbul aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial di samping aspek militer. Karena itu prinsip-prinsip yang diperoleh dari pengalaman itu tidak hanya berlaku bagi militer saaja melainkan untuk seluruh perjuangan rakyat Indonesia. Maka dengan modal pengalaman-pengalaman TNI itu para pemikirnya telah berhasil memberikan sumbangannya kepada penysusunan konsep ketahanan nasional yang khususnya dilakukan dalam lingkungan Lembaga Pertahanan Nasional. Dalam implementasi konsep ketahanan nasional tentu dilakukan oleh militer sendiri dan peran serta rakyat dalam memberi dukungannya. Oleh karenanya sering sekali orang mengganggap “ketahanan” dan “pertahanan” merupakan konsep yang sama. Dan oleh karena dalam pelaksanaan ketahanan nasional ada pula aspek pertahanan-keamanan, maka khusus dalam bidang itu menjadi kewajiban TNI untuk dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip ketahanan nasional dengan sebaik- baiknya. TNI mempunyai doktrin yang bersangkutan dengan pelaksanaan aspek pertahanan-keamanan melalui ketahanan nasional, yaitu apa yang dinamakan doktrin Universitas Sumatera Utara Pertananan Keamanan Rakyat Semesta. Menjadi kewajiban TNI untuk mengadakan implementasi dari doktrin itu dan berdasarkan fungsinya yang pertama dalam Dwifungsi ABRI. 2.2. Fungsi Sosial-Politik Di Berbagai Bidang 2.2.1. Ideologi Peranan ABRI dalam pelaksanaan fungsi kekaryaan di bidang ideologi adalah peranan sebagai pengaman dan pengawal pancasila. Sebagai insan teladan pancasila, hal tersebut sesuai dengan marga ke satu dari Saptamarga ’Kami warga Negara kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila” Selain hal tersebut, peranan demikian sesuai dengan kenyataan bahwa ABRI mempunyai tugas pokok membela dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan Negara. Pendidikan dan pembinanaan mental ideologi ABRI diarahkan agar setiap prajurit memiliki sikap patriotisme sebagai prajurit pembela rakyat yang membela dan memperjuangkan ideology pancasila dan UUD 1945. Berkat pendidikan mental dan ideologi yang demikian dapat diharapkan bahwa nantinya prajurit ABRI dapat bertindak sebagai teladan dan pelopor dalam penghayatan dan pengamalan pancasila. Karena Pancasila telah kita akui dan terima sebagai Filsafah dan Pandangan Hidup Bangsa serta Dasar Negara RI, maka Pancasila harus menjadi landasan pelaksanaan demokrasi Indonesia. Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu ditegakkan, tetapi juga faktor kesejahteraan bagi orang banyak sebagaimana dikehendaki sila kelima Pancasila. Jadi demokrasi Indonesia bukan hanya demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Bahkan sesuai dengan Universitas Sumatera Utara Tujuan Bangsa dapat dikatakan bahwa demokrasi Indonesia adalah demokrasi kesejahteraan dan kebahagiaan. Karena demokrasi Indonesia adalah demokrasi kesejahteraan, maka wahana pelaksanaan demokrasi Indonesia tidak hanya partai politik. Banyak anggota masyarakat mengutamakan perannya dalam masyarakat sebagai karyawan atau menjalankan fungsi masyarakat tertentu untuk membangun kesejahteraan, bukan sebagai politikus. Mereka tidak berminat turut serta dalam partai politik. Karena kepentingan bangsa juga meliputi mereka, maka selayaknya mereka ikut pula dalam proses demokrasi, termasuk demokrasi politik. Oleh sebab itu di samping peran partai politik ada peran Golongan Fungsional atau Golongan Karya Golkar. 2.2.2. Sosial-Budaya ABRI merupakan kekuatan yang ikut serta dalam penyempurnaan watak dan kepribadian Indonesia yang bhineka tunggal ika demi pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara. Ini mengandung arti , bahwa ABRI ikut serta dalam pembentukan bangsa dan pembentukan watak nation and charater building, termasuk pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Identitas nasional sangat penting bagi suatu kesatuan bangsa indonesia dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa yang mendeka. Cara pengambilan tenaga terutama para perwiranya dari seluruh indonesia, pemusatan pendidikn di akademi ABRI, penempatan dan mutasi yang berdasarkan sistem pergantian tugas dan pertukaran wilayah tour of duty and area , penyusunan kesatuan-kesatuan berdasarkan atas anggota-anggota yang berasal dari berbagai daerah, bermacam suku bangsa, berlainan bahasa, agama, adat-istiadat tetapi tetap Universitas Sumatera Utara satu kesatuan yang bulat, sistem pendidikan yang tepat dengan pendidikan berjebjang teratur, semuanya itu merupakan faktor-faktor yang sangat membantu dalam rangka mengenal dan dikenal masyarakat di daerah-daerah dan sekaligus mereka mengghubungkan daerah satu dengan yang lain. Tentang peranan ABRI dalam rangka integrasi nasional juga dijelaskan bahwa komposisi ABRI sendiri adalah contoh integrasi nasional. 2.2.3 Bidang rohani agama Dalam bidang rohaniagama, ABRI merupakan pengawal dan pengamal serta menjamin kehidupan beragama berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan saling hormat-menghormati. Peranan ini bersumber pada kenyataan , bahwa dalam kesatuan-kesatuan ABRI yang terdiri atas anggota-anggota berbagai agamakepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa tetap terjamin suatu kehidupan yang rukun. Dalam kesatuan–kesatuan setiap pemimpin imam tentara,pastor tentara,pendeta tentara,pendada tentara dapat secara bebas melakukan kewajibannya memberikan pendidikan dan bimbingan kepada para penganut agama masing-masing. Dalam satu asrama kesatuan adakalanya terdapat tempat ibadah untuk penganut tiap- tiap agama. Sungguhlah benar bahwa di lingkungan ABRI terjamin adanya kerukunan hidup antarumat beragama berkat besarnya tolenansi dan disadarinya bahwa hal yang demikian mutlak demi perstuan dan kesatuan. Karenanya wajar bila setiap anggota ABRI dapat menjadi contoh dalam mempraktikkan kerukunan hidup antar umat beragam dimasyarakat luas. Universitas Sumatera Utara Nasionalisme kita, yang kemudian melahirkan negara dan bangsa Indonesia telah melalaikan satu unsur penting sebagai pendukungnya, yakni unsur kebudayaan. Keanekaragaman sosial yang terdapat di seluruhh penjuru tanah air, dengan segala perbedaan satu sama lain, baik bahasa, adat istiadat, sistem nilai, kebiasaan, cara pandang dan falsafah hidup, agama dan kepercayaan, tingkat pendidikan dan kesejahteraan, keterpencilan geografis dan sosial-demografis, merupakan ramuan yang sangat berpotensi untuk mencerai-beraikan negara kesatuan dan nasionalisme Indonesia yang masih muda usia ini. Cultural pluralism serta multi-ethnicities seperti yang kita miliki dengan potensi perpecahan yang menghantui eksistensi NKRI ini harus disikapi dengan penyusunan strategi kebudayaan yang tangguh. Karena kesejahteraan sosial yang sebenarnya mampu menjadi perekat nasionalisme tersebut ternyata tidak kunjung tiba, maka dengan sangat mudah kesadaran kesukuan dan kedaerahan ini berubah menjadi semangat untuk melepaskan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia. 2.2.4. Sosial-Politik Dalam bidang sosial-politik, ABRI merupakan kawan seperjuangan yang sejajar dengan kekuatan-kekuatan sosial lainnya dan benar-benar melaksanakan demokrasi pancasila. Dalam sistem politik demokrasi tidak dikenal kawan dan lawan. Kedudukan yang sejajar dalam diartikan bahwa ABRI, Parpol dan Golkar tidak saling membawahi dan tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi daripada yang lainnya. Dalam memperjuangkan konsepsi politiknya baik itu di DPR dan MPR. ABRI memerlukan dukungan dari kekuatan sosial-politik lainnya, disinilah letak dari posisi sejajar dimana, dalam memperjuangkan konsepsi tersebut, ABRI memerlukan Universitas Sumatera Utara dukungan pihak lain, dan hal itu akan lebih mudah diperoleh jika kedudukan antara 3 kekuatan tersebut sejajar. ABRI sebagai kekuatan sosial-politik, seperti halnya dengan kekuatan politik yang lain mempunyai konsepsi politik yang perlu diperjuangkan secara demokratis dan kontusional. Dalam memperjuangkan konsepsi politiknya, baik itu di DPR maupun MPR, ABRI memerlukan dukungan dari kekuatan sosial-politik lainnya. Adakalanya dukungan tersebutmudah diperoleh dengan adanya persamaan asas perjuangan atau persamaan konsepsi. Dan dalam melaksanakan sesuatu dalam proses memperjuangkan kepentingannya di lembaga-lembaga politik tersebut dilakukan sesuai dengan tata cara yang berlaku dengan lembaga yang bersangkutan atau dengan istilah lain sesuai Peraturan Tata Tertib lembaga yang bersangkutan yaitu yang lebih menekankan musyawarah untuk mufakat. Contoh-contoh kegiatan politik yang didalamnya ABRI menyalurkan dan memperjuangkan konsepsi dan aspirasinya dengan menerapkan cara-cara seperti yang telah diatur dalam Peraturan Tata Tertib dalam lenbaga politik yang dimasukinya yaitu dalam lembaga perwakilan politik baik itu MPR, DPR, DPRD I, DPRD II. 2.2.5. Sosial-Ekonomi Dalam bidang sosial-ekonom ABRI merupakan unsur Bantu yang aktif, kreatif dan produktif yang mampu mendobrak dan mematahkan segala macam kemacetan, demi kelancarandan kemajuan kehidupan ekonomi bangsa. Berbeda dengan peranan dibidang ideology dan politik, yang dapat kelihatan menonjol, dibidang ekonomi ABRI berperan sebagai “unsur bantu” apa yang telah disumbangkan ABRI dalam pembangunan ekonomi telah diuraikan dalam ikhtisari Universitas Sumatera Utara sejarahABRI didepan, antara lain tentang keikhlasan ABRI mengorbankan pembangunan dirinya selama pelita II dan dukungannya yang penuh terhadap diadakannnya pemerataan. Kita telah mengenal operasi bakti ABRI yang dilakukan oleh kesatuan- kesatuan,khusus ditujukan untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan. Ada beberapa pertimbangan untuk mengadakan operasi bakti, yaitu pertimbangan idiil : keinginann untuk membalas bakti masyarkaT dan ikut serta dalam pembangunan dan menunujkan bahwa ABRI tidak bersifat produktif dengan memberikan jasa dan baktinya kepada masyarakat. Ini sesuai dengan jiwa pengabdian ABRI kepada bangsa dan Negara dibidang pembangunan. Pertimbanagn lain ialah dari segi ekonomi untuk memanfatkan kemampuaan lebih idle capacity ABRI berupa tenaga manusia, peralatan serta fasilitas untuk pembangunan.pelaksanan tugas operasi bakti dalam rangka pembangunan tidak berdiri sendiri, tetapi terkaitdalam program pembangunan yang bersangkutan. Dalam hubungan ini perlu pula disebut program ABRI MASUK DESA AMD yang mulai dilaksanakan sejak 20 agustus 1980 dan selanjutnya akan dilembagakan tiap triwulan sekali dua minggu. Walaupun program ini termasuk dalam program ABRI sebagai kekuatan hankam dalam rangka sistem pertahanan keamanan rakyat semesta dan dilakukan oleh kesatuan-kesatuan ABRI, namun program itu sendiri mempunyai efek sampingan yang sangat berharga dibidang sosial –ekonomi dan sosial – budaya. Perlu dijelaskan bahwa program ABRI Masuk Desa tidak mengandung tujuan-tujuan politik. AMD adalah upaya untuk mencapai suatu kondisi yang benar- benar memungkinkan terciptanya perubahan sikap mental masyrakat dalam rangka Universitas Sumatera Utara memelihara dan meningkatkan kemanggulan ABRI dengan rakyat yaqng diwujudkan dengan kerja nyata, terutama dalam mempercepat pencapain tujuan nasional. 2.2.5. Peranan ABRI Sebagai Kekuatan Sosial –Politik Dalam Pemilihan Umum Betapa pentingnya pemiludalam kehidupan politik yang demokratis kiranya telah dimaklumi. Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, sarana pembangunan politik berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dalam kerangka siklus kepemimpinan nasional lima tahun, maka pemilu dapat dianggap sebagai langkah pertama, karena dengan pemilu dapatlah tersusun lembaga perwakilan rakyat yang selanjutnya akan menetapkan GBHN, memilih Presiden dan wakil presiden, dan lain-lain; dapat juga dikatakan bahwa pemilu adalah sarana untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional yang digariskan oleh GBHN. Anggota ABRI tidak menggunakan haknya untuk memilih dan dipilih; perwakilan ABRI di MPR, DPR dan DPRD III diperoleh melalui pengangkatan. Hal ini tidak berarti bahwa ABRI tidak berkepentingan dan tidak mempunyai keterikatan, kewajiban dan tanggungjawab dalam penyelengaraan pemilu yang berhasil. Sebagai kekuatan Hankam, ABRI mempunyai tugas pokok dan tanggungjawab mengadakan pengamanan fisik bagi suksesnya pemilu, baik secara langsung di sekitar TPS maupun secara tidak langsung menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang masa penyelengaraan pemilu terutama pada masa kampanye, hari pemungutan suara sampai dengan pelantikan anggota MPR, DPR dan DPRD. Sebagai kekuatan sosial-politik ABRI seperti halnya dengan kekuatan- kekuatan sosial-politik lainnya parpol dan Golkar, berkewajiban mensukseskan Universitas Sumatera Utara pemilu, sukses ini akan mulai tampak pada hari pemungutan suara, jika semua warga negara republik Indonesia berhak memilih datang secara tertib serta teratur dan dengan penuh kesadaran menggunakan hak pilih mereka sesuai dengan keinginan hati nurani mereka, secara rahasia dan bebas, tidak merasakan adanya tekanan ataupun paksaan. Peranan ABRI dalam ikut mensukseskan pemilu telah dilaksanakan dengan berhasil dalam pemilu tahun 1971 sampai dengan pemilu 1997. Ada beberapa bentuk partisipasi ABRI sebagai kekuatan sosial-politik dalam ikut mensukseskan pemilu. Pertama ialah dengan duduknya anggota-anggota ABRI dalam badan-badan penyelengraaan pemilu mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah melalui kecamatan, yaitu dalam lembaga pemilu, panitia penyelenggara pemilu baik tingkat kecamatan maupun tingkat kotamadyakabupaten, penitia pemungutan suara, termasuk juga panitia pengawas pelaksanaan pemilu mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kecamatan. Hal yang mendapat sorotan masyarakat ialah bahwa dalam pemilu 1971 dan 1977, ABRI ‘membantu’ salah satu kontestan yaitu Golkar. Kerangka peranan ABRI sebagai pelopor dan pendukung utama orde baru yang selalu bergandengan tangan dan memperoleh bantuan terutama dari golkar. Dengan kenyataannya ada juga anggota-anggota ABRI lain yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pemilu, atau melakukan kegiatan-kegiatan di luar batas yang wajar. Hal-hal demikian merupakan ‘ekses-ekses’ yang tidak dikehendaki, namun tidak dapat dihindari. Setelah pemilu 1971, dikeluarkan kebijaksanaan MenhankamPangab bahwa anggota-anggota ABRI aktif tidak boleh lagi merangkap jabatan pimpinan Golkar baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Juga Universitas Sumatera Utara anggota-anggota ABRI aktif jika dicalonkan oleh Golongan Karya atau ingin berkampanye, dibebaskan dari status ABRI-nya atau dipensiunkan dahulu. Sehingga terjadi sedikit perubahan pada pemilu berikutnya. 2.3. Dwifungsi diakhir Orde Baru. Format dan konstelasi politik yang terjadi di Indonesia pada periode 1998 mengalami perubahan yang relative signifikan, menyusul dipaksa mundurnya soeharto dari panggung politik setelah mengalami desakan yang sangat besar dari masyarakat.perubahan ityu ditandai dengan terjadinya liberalisasi politik yang sekaligus menjadi awal datangnya masa transisi menuju apa yang disebut dengan era reformasi. Seperti kebanyakan Negara dalm era transisi politik pasaca-reformasi, fragmentasi 77 a. keprihatian mereka yang semakin mendalam tentang semakin merosotnya kredibilitas militer di mata masyarakat. pelaku politik berdasarkan golongan pembaharu reformist untuk menandingi golongan lama yang sudah mapan pro status Quo, juda mendominasi konstelasi politik di indoneia yang terjadi antara dua golongan itu, namun juga antar faksi dalam kedua golongan itu sendiri. Pandangan-pandangan para revisionis dalam tubuh militer, oleh para militer yang berpikir “reformis” ini dikarenakan : b. Perjuangan kekuasaan yang tengan mereka lakukan melawan para perwira militer yang ditempatka sebagai struktur patrimonial soeharto. 77 fragmentasi merupakan kekuasaan dibagi dan ditukarkan oleh kelompok-kelompok dengan kepentingan yang bermacam-macam dan saling bersaing. Universitas Sumatera Utara Sehingga terjadi apa yang dikatakan dengan perubahan ataupun transformasi yang dilakukan oleh militer mengenai fungsi gandanya. Dalam Tap MPR Nomor VI2000, pada konsideran menimbang dinyatakan : Bahwa salah satu tuntutan reformasi dan tantangan masa depan adalah dilakukannya demokratisasi, maka diperlukan reposisi dan restrukturisasi angkatan bersenjata republic Indonesia. 78 Paradigma yang dilandasi berpikir yang bersifat analitik dan perspektif ke masa depan berdasarkan pendekatan komprehensif yang menendang TNI sebagai bagian dari sistem nasional. Paradigma ini dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk sebagai berikut; merubah posisis dan metode tidak hartus didepan. Hal ini mengandung arti bahwa kepeloporan dan keteladananm TNI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa yang dudlu amat mengemuka dan secara kondisi obyektif memang diperlukan pada masa itu, kini dapat berubah untuk memberikan jalan guna dilakukannya insitusi fungsional. Sehinga ABRI mengubah paradigmanya dalam format yang berbeda seperti yang tertulis dalam buku yang diterbitkan Mabes TNI Tentang Redefenisi, Reposisi Dan Reaktualisasi Peran ABRI Dalam Kehidupan Bangsa, yaitu : 79 78 Kontras. Politik militer dalam transisi demokrasi Indonesia;pasca perubahan rezim 1998. Jakarta; Kontras. 2005. hal 7 79 lihat dalam ABRI Abad XXI; Redefenisi, Reposisi dan Reaktualisasi peran ABRI dalam kehidupan bangsa. Markas besar ABRI. 1998. hal 17 Dalam ungkapan singkat, paradigma baru itu dirumuskan dalam jargon, “tidak harus selalu didepan, tidak lagi menduduki tetapi mempengaruhi, tidak lagi mempengaruhi secara langsung tetapi tidak langsung, siap membagi peran dengan pihak sipil dalam pengam,bilan keputrusan penting dengan komponen bangsa yang lain ”. Jargon baru ini menggantikan yang lama yang lebih fuul-power yaitu “TNI sebagai stabilisator dan dinamisator ”. Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain TNI dengan paradigmanya tidak mengubah secara signifikan budaya dan postur dari TNI dalam ruang sosial politik. Dengan paradigma barunya TNI tetap berada pada ruang konservatisme dengan kepercayaan ABRI merupakan bagian dari rakyat. Sehingga paradigma itu terasa gamang dalam mengambil sikap untuk berjarak dengan aktifitas politik praktis. Hal ini terlihat pada makin meluasnya jumlah kodam yang semua 10 menjadi 12 serta tingginya amino purnawirawan militer dalam kegiatan-kegiatan politik khususnya pada pemilihan umum. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP