social-politik yang terbesar dengan 5 kali menang dalam pemilu 1971, 1977, 1982, 1992.
60
Perwakilan dalam pengertian bahwa seseorang ataupun sekelompok orang yang berwenang menyatakan sikap atau melakukan tindakan baik yang
diperuntukkan bagi, maupun yang mengatasnamakan pihak lainnya. Kenyataan menunjukkan bahwa semua atau setidak-tidaknya sebagian besar
pimpinan teras golkar di masing-masing tingkat di pimpin oleh ABRI yang masing- masing aktif dalam kesatuannya masing-masing. Baru di tahun-tahun terakhir ini di
haruskan menanggalkan baju militer dengan dipensiunkan terlebih dahulu sebelum diterjunkan ke golkar. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sebenarnya golkar
pun di dominasi oleh ABRI.
4. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Negara demokrasi adalah negara tersebut haruslah memiliki lembaga perwakilan rakyat yang pengisiannya berdasarkan pemilihan umum. Dalam
perkembangan sejarah demokrasi, lembaga perwakilan sudah merupakan bagian dari perjalanan demokrasi itu sendiri.
Pengertian perwakilan di sini adalah perwakilan politik. Pengertian ini merupakan pengkhususan dari pendapat arbi sanit yang menyatakan;
61
60
Drs. Porwantara.ibid. hal 88
61
Arbi Sanit.Perwakilan Politik di Indonesia. Jakarta; Rajawali. 1985. hal 23.
Artinya yang menjadi fokus perhatian dalam hal perwakilan di sini adalah hal-
hal yang ada kaitannya dengan aspirasi politik. Di Indonesia lembaga perwakilan rakyat tersebut diberi nama Dewan Perwakilan Rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah anggota DPR adalah 460 orang terdiri atas 360 dipilih dan 100 diangkat. Anggota yang diangkat berasal dari golongan karya angkatan bersenjata,
dan golongan karya bukan ABRI. Kemudian jumlah anggota golongan karya ABRI dan bukan ABRI yang diangkat tersebut ditetapkan oleh presiden.
Adanya anggota DPR yang berasal dari ABRI dan non-ABRI merupakan hasil dari undang-undang yang berlaku, yang kemudian melahirkan adanya Golongan
Karya Politik dan Golongan karya Non politik yang berpolitik Non ABRI yang kemudian bergabung dalam fraksi yang sama yakni fraksi karya pembangunan.
Adanya pengangkatan dari golongan karya ABRI dan non ABRI, hal ini dapat dilihat dari penjelasan UU No. 16 tahun 1969;
1. Mengingat dwifungsi sebagai alat Negara dan kekuatan sosial yang harus
kompak bersatu dan merupakan kesatuan untuk dapat menjadi pengawal dan pengamalan pancasilaUUD 1945 yang kuat dan sentosa, maka ABRI
diadakan ketentuan tersendiri. 2.
Fungsi dan tujuan seperti tersebut diatas tidak akan tercapai jika anggota ABRI ikut serta dalam pemilihan umum, yang berarti bahwa anggota ABRI
berkelompok-kelompok, berlain-lain pilihan dan pendukung terhadap golongan-golongan dalam masyarakat.
3. Karena itu, maka anggota-anggota ABRI tidak menggunakan hak memilih
dan dipilih, tetapi mempunyai wakil-wakilnya dalam Badan permusyawaratanperwakilan rakyat dengan melalui pengangkatan.
Dalam pengambilan keputusan DPR, anggota DPR yang berasal dari ABRI ABRI aktif dan purnawirawan pada fraksi ABRI dan FKP cukup dominan. Alasan
Universitas Sumatera Utara
lain yang melatarbelakangi pengangkatan itu adalah menjaga agar UUD 1945 tidak diubah. Hal ini tampak dalam pernyataan yang merupakan hasil temuan FH UI;
Sampai tiga kali pemilihan umum, nampaknya hadirnya golongan karya ABRI di DPR sebagai hasil pengangkatan masih dapat diterima, karena
menurut penjelasan umum UU no. 16 tahun 1969, pengangkatan untuk kelompok ABRI sebagai pengawas dan pengaman pancasila dan UUD 1945.
62
Pada bulan juli 1967 Soeharto mengambil inisiatif, tanpa melalui panitia parlemen khusus, dan berhasil mencapai persetujuan dengan para pemimpin partai
tentang hal-hal berikut ini; 1. pemilihan akan diadakan dengan menggunakan sistem list seperti dikehendaki oleh para politisi partai; 2. keanggotaan DPR diperbesar dari
347 menjadi 460 anggota; 3. pemerintah berhak mengangkat 100 anggota DPR 75 mewakili kepentingan militer dan 25 mewakili kepentingan sipil non partai dan 13
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu sistem Negara yang dibentuk dalam
UUD berdasarkan permusyawaratan perwakilan. Sejak presiden Soekarno, membubarkan konstituante dan DPR hasil pemilu
1955 pada awal periode terpimpin, tidak ada lagi badan legislatif yang bebas dan kritis di Indonesia. Lebih dari pada itu keika Soeharto berhasil membenruk DPR-GR
dan sebuah MPRS, dengan anggota yang diangkat sendiri, maka Soeharto telah membentuk suatu tradisi baru dimana badan eksekutif langsung mengendalikan
politik legislative. Hasilnya adalah suatru parlemen yang umumnya tanggap terhadap perintah lembaga eksekutif dan dengan patuh terhadap perintah itu.
62
Muchtar Pakpahan.ibid. hal 205
Universitas Sumatera Utara
anggota MPR; 4. para anggota ABRI melepaskan hak pilih mereka dalam pemilihan umum.
Dalam undang-undang dasar Republik Indonesia UUD 1945 dan penjelasannya terdapat beberapa ketentuan tentang DPR. Di samping presiden ada
Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, sedangkan dpr tidak dapat dibubarkan oleh presiden. Presiden memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dengan pesetujuan DPR, juga dalam menentukan anggaran pendapatan Negara dan belanja Negara. Setiap undang-undang harus ada
persetujuan dari DPR. Presiden harus bekerjasama dengan DPR, dan harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Anggota-anggota DPR semuanya
merangkap jabatan menjadi anggota MPR; oleh karena itu DPR senantiasa mengawasi tindakan-tindakan presiden dan jika DPR menganggap, bahwa presiden
sungguh melanggar haluan Negara yang telah ditetapkan oleh undang-undang dasar atau oleh MPR, maka MPR itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar
supaya bisa minta pertanggungjawaban dari Presiden. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa DPR itu mempunyai
tiga tugas pokok; pertama, bersama pemerintah membuat undang-undang, kedua, bersama pemerintah menetapkan APBN, dan ketiga, melakukan pengawasan terhadap
pemerintah. Susunan dan kedudukan DPR selanjutnya diatur dalam Undang-undang No.16 tahun 1969 yang telah beberapa kali di ubah, terakhir dengan undang-undang
No. 2 tahun 1985. Untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang dasar 1945, DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut;1 hak meminta
Universitas Sumatera Utara
keterangan kepada Presiden, 2 hak mengadakan penyelidikan, 3 hak mengadakan perubahan atas suatu rancangan undang-undang, 4 hak mengajukan pendapat, 5
hak mengajukanmenganjurkan seseorang jika ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan, dan 6 hak mengajukan rancangan undang-undang. Selain
hak-hak tersebut, anggota DPR mempunyai; 10 hak mengajukan pertanyaan, 20 hak protokol, dan 30 hak keuangan administratif.
Keanggotaan DPR terdiri atas wakil-wakil dari organisasi peserta pemilihan umum, yakni organisasi kekuatan sosial-politik Golongan karya Golkar, partai
persatuan pembangunan dan partai demokrasi Indonesia PDI serta wakil golongan karya ABRI. Perwakilan dari keempat kekuatan politik tersebut dalam DPR
berbentuk fraksi; dengan demikian ada empat fraksi yakni dari Golkar bernama Fraksi karya pembangunan FKP dengan 299 anggota, dari PPP bernama fraksi
persatuan pembangunan FPP dengan 91 anggota, dari PDI bernama fraksi PDI FPDI dengan 40 anggota dan dari golongan karya ABRI bernama fraksi ABRI
FABRI dengan 100 anggota
63
63
jumlah anggota FKP,FPP, FPDI hasil pemilu 1987.
. Untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya secara tertib, teratur, dan berlanjut, maka MPR, DPR, dan DPRD mempunyai wewenang
untuk menyusun tata tertibnya sendiri pasal 37 UU No.16 Tahun 1969 Jo UU No. 2 Tahun 1985, sedangkan tiap fraksi juga mempunyai tata tertib atau tata kerjanya
masing-masing yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan fraksinya. Dapat dilihat dalam tabel 1.2 dibawah ini mengenai Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia Masa Orde Baru :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan 1971 – 1977
1977 – 1982
1982 - 1987 1987 – 1992
1992 - 1997
1997 - 1998
Peserta pemilu
9 partai politik dan
1 Golongan Karya
2 partai politik dan
1 Golongan karya
2 partai politik dan
1 Golongan karya
2 partai politik dan
1 Golongan karya
2 partai politik
dan 1 Golongan
Karya 2 partai
politik dan 1
Golong an
Karya
Jumlah anggota
DPR 460 orang
yang terdiri dari: 360
dipilih dan 100 orang
diangkat 75 orang
dari Golongan
Karya ABRI, dan
25 orang dari
Golongan Karya non
ABRI 460 orang
yang terdiri dari: 360
dipilih dan 100 orang
diangkat 75 orang
dari Golongan
Karya ABRI, dan
25 orang dari
Golongan Karya non
ABRI 460 orang
yang terdiri dari: 360
dipilih dan 100 orang
diangkat termasuk 4
orang wakil dari
propinsi Timor
Timur 500 orang
yang terdiri dari 400
orang dipilih dan
100 orang diangkat.
500 orang yang
terdiri dari 400
orang dipilih
dan 100 orang
diangkat. 500
orang yang
terdiri dari 425
orang dipilih
dan 75 orang
diangka t.
Sumber : MTIMedia Transparansi Edisi 11Agu 1999[Media Transparansi Online
Fraksi ABRI sebagai pelaksana fungsi sosial politik ABRI di lembaga permusyawaratanperwakilan rakyat merupakan ujung tombak ABRI untuk
memperjuangkan konsepsi-konsepsinya tentang pembangunan nasional di segala bidang, dan oleh karenanya dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada
pimpinan ABRI. Ia mewakili golongan karya ABRI dan seperti halnya dengan fraksi- fraksi lain juga mewakili rakyat Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
fraksi ABRI harus dapat meningkatkan dan memperkokoh ketahanan nasional dengan ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai masalah kenegaraan dan
pemerintahan, menembangkan demokrasi pancasila dan kehidupan konstitusional
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional.dalam Tata Tertib dan Tata Kerja Fraksi ABRI tentang tugas
dan tanggungjawab seperti di jelaskan menjadi 1 mengamankan pancasila dan undang-undang dasar 1945, 2 memperjuangkan kosep-konsep ABRI dalam
pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang forum DPR, dan 3 membina, memberi penugasan dan mengarahkan kegiatan para anggotanya, agar setiap anggota
memiliki kemampuan yang memadai serta agar segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan berhasil dan berdaya guna.
Dalam pola politik legislatif yang menjadi salah satu ciri paling penting adalah mekanisme recall. Cara pendisiplinan ini memungkinkan pimpinan pusat
partai politik menarik wakilnya dari DPR karena tidak mengikuti petunjuk partai. Dalam prakteknya, pemerintahlah-melalui pimpinan pusat partai- yang melakukan
atau memanfaatkan aturan ini untuk mengendalikan tingkah laku para anggota legislatifnya.
Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi dalam bernegara.
DPR sebagai lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan fungsi penyeimbang checks and balances dalam prakteknya hanya sebagai pelengkap dan
penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan hanya untuk memperkuat posisi presiden yang saat itu dipegang oleh Soeharto.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS PERANAN MILITER DALAM POLITIK