umum digunakan untuk praktik klinik adalah N
2
O, haloten, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran Latief dkk, 2001.
2.5.1. Cara Pemberian anestetik inhalasi Ada beberapa cara pemberian anestetik ihalasi menurut Oloan 2009.
1. Tehnik Open-drop tetesan pada kain kasa yang terbuka. Disini zat
anestesi yang berupa cairan diuapkan pada lembaran kain kasa yang ditutup oleh kawat halus berupa masker open mask.
2. Tehnik Insufflasi, pada tehnik ini gas anestesi dan uap zat anestesia
dicampur dengan oksigen dan dimasukkan dalam mulut pasien dengan sauatu tube anestesi yang terbuat dari karet melalui 1 oropharynglal air-
way 2 kateter yang dimasuukan dalam nasopharynx 3 kateter yang difiksasi pada sudut mulut.
3. Semi Closed System, udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni yang dapat ditentukan kadaranya, kemudian dilewatkan pada vaporizer
sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dikeluarkan akan dibuang ke udara luar.
4. Closed method, cara ini hampir sama seperti semiclosed, hanya udara
ekspirasi dialirkan melalui NaOH yang dapat mengikat CO
2
, sehingga udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
2.6 Anestesi Lokal
Obat yang mampu menghambat hantaran saraf secara reversible pada bagian tubuh tertentu. Adapun anestesi lokal yang ideal tidak merusak jaringan secara
permanen, batas keamanan lebar, onset cepat, durasi lama, larut air, stabil dalam bentuk larutan, tidak rusak karena proses penyaringan Bakhriansyah, 2005.
Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan Latief dkk, 2001 : 1. Golongan ester
Kokain , benzokain americain, ametocaine, prokain novocain, tetrakain pontocaine, kloroprokain nesacaine.
Universitas Sumatera Utara
2. Golongan amida
Lidokain xylocaine, lihnocaine, mepivakain carbocaine, prilokain citanest, bupivacain marcaine, etidokain duranest, dibukain nupercaine,
ropivakain naropin
2.7. Terapi Cairan pada Pembedahan
Terapi cairan dibutuhkan, kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus
puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya.
Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75 berat badan, usia 1 bulan 65, dewasa pria 60 dan wanita 50, sisanya ialah zat padat seperti protein, lemak,
karbohidrat dan lain-lainya. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraselular 40 dan ekstraselular 20. Esktraselular dibagi lagi menjadi antarsel
15 dan plasma 5. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan,
lengan bawah atau daerah kubiti. Gambar di bawah ini melukiskan tujuan terapi cairan Latief dkk, 2001.
Terapi Cairan
Resusitasi Rumatan
Penggantian defisit Kristaloid
Koloid Kebutuhan normal
Harian kristaloid Mengganti kehilangan akut
dehidrasi, syok hipovolemik Memasok
Kebutuhan harian
Gambar 2.1 Tujuan terapi cairan
Universitas Sumatera Utara
2.8 . INTENSIVE CARE UNIT UNIT PERAWATANTERAPI INTENSIF
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit, memiliki staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi. Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau berpengalaman dalam Intensive Care perawatanterapi intensif yang
mampu memberikan pelayanan 24 jam, dokter ahli atau berpengalaman intensivis sebagai kepala ICU; tenaga ahli laboratorium diagnostik, teknisi alat-
alat pemantauan, alat untuk menopang fungsi vital dan alat untuk prosedur diagnostik Murdyanto, 2008.
2.8.1 Indikasi Masuk dan Keluar ICU
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multiple organ
atau sistem dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif. Selain adanya indikasi medik
tersebut, masih ada indikasi sosial yang memungkinkan seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU Nugroho, 2009.
2.8.2 Tidak Perlu Masuk ICU
Pasien mati batang otak dipastikan secara klinis dan laboratorium kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ. Pasien menolak terapi bantuan
hidup. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi contoh: karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan
vegetatif Nugroho, 2009.
2.8.3. Indikasi Keluar ICU
Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan memburuk serta
manfaaat terapi intensif sangat kecil. Dalam hal yang kedua perlu persetujuan dokter yang mengirim. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak
Universitas Sumatera Utara
memerlukan tindakan atau terapi intensif lebih lama. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi Nugroho, 2009.
2.9. Keperawatan Gawat Darurat
Fokus mata kuliah keperawatan gawat darurat ditujukan pada pemberian pelayanan asuhan keperawatan pasien yang mempunyai masalah aktual dan
potensial yang mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak dapat diprakirakan dan tanpa atau disertai lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dan dikembangkan untuk mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi menggunakan pendekatan
sistem, holistik dan penggunaan teknologi maju diberikan berdasarkan pada pendekatan proses keperawatan: pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan yang komprehensif dan berlandaskan pada aspek etik dan legal keperawatan Krisanty, 2009.
2.9.1. Prioritas dan Prinsip Penatalaksanaan Kedaruratan
Tujuan utama dari penatalaksaan medis kedaruratan adalah untuk mempertahankan hidup, mencegah kedaan memburuk sebelum penanganan pasti
dapat diberikan dan untuk memulihkan pasien agar dapat hidup berguna. Pada saat pasien masuk ke departemen kedaruratan, tujuan utama yang ingin dicapai
adalah untuk menentukan luasnya cedera atau sakit sehingga pasien akan mendapat prioritas untuk memulai penatalaksaan Smeltzer, Bare, 2002. Prinsip
berikut dapat diaplikasikan pada penatalaksanaan kedaruratan dari beberapa pasien yaitu, memelihara jalan napas dan menyediakan ventilasi yang adekuat,
melakukan resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dada dan obstruksi jalan napas, kontrol Pendarahan dan konsekuensinya, evaluasi dan pemulihan curah
jantung, mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi, mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus-menerus, menentukan pasien apakah dapat
mengikuti perintah, mulai pantau EKG jika diperlukan, melindungi luka dengan balutan steril, mulai mengisi lembar alur tanda vital, tekanan darah dan status
neurologik
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat dalam pembuluh darah. Akibatnya perfusi jaringan menurun
sehingga menimbulkan respon syok secara umum. Pengkajian tahap awal yakni kehilangan cairan sebanyak 15 = 750mL, mekanisme kompensasi dengan
meningkatkan CO, Pasien belum menunjukkan gejala, tahap kompensatori yakni kehilangan volume cairan sebanyak 15-30 = 750-1500mL. Heart rate
meningkat akibat perangsangan saraf simpatis, tekanan nadi dan tekanan darah meningkat akibat vasokonstriksi pembuluh darah, urine output berkurang, kulit
pucat dan dingin, turgor 2 detik, penurunan tingkat kesadaran, disorientasi, bingung , gelisa dan cemas, tahap progresif yakni kehilangan volume cairan 30-
40 atau 1500-2000 ml, oliguria 100cc, kulit dingin dan berkeringat, turgor lambat, letargi, tahap refraktori yakni kehilangan volume cairan 40 2000ml,
mekanisme kompensasi seluruhnya menurun, gagal organ terjadi, takikardi hebat dan hipotensi terjadi, turgor tidak ada, sianosis Setiawan, 2007.
2.9.2. Gagal Nafas Akut
Gagal Nafas akut GNA bukan merupakan penyakit melainkan dampak dari beberapa penyakit akibat disfungsi pernafasan. Gagal nafas akut dapat terjadi
akibat Hipoventilasi, gangguan difusi gas, dan ventilation-perfusion mismatch. Medikasi dapat diberikan Beta- adrenergik atau antikolinergik, kortikosteroid
mengurangi edema jalan nafas, antibiotic mengatasi infeksi, sedasi dan analgesia mengurangi nyeri dan cemas pada saat pemasangan ventilator, Neuromuscular
blocking agent untuk paralisi otot pernafasan. Manajemen jalan nafas dapat dilakukan tindakan Pemasangan ETT jika didapati obstruksi jalan nafas dan
trakeostemi untuk dukungan ventilatory jangka panjang. Ventilasi mekanik digunakan jikan ventilasi alveolar tidak adekuat Tanjung, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.9.3. Kegawat Darurat Gangguan Sistem Pencernaan. Akut Abdomen
Akut abdomen adalah suatu keadaan dalam rongga abdomen intraabdomen mengalami gangguan dan memerlukan tindakan segera. Organ yang terdapat pada
intraabdomen yaitu hepar, lien, gaster, usus halus dan sebagian besar usus besar kolon, sedangkan organ yang terdapat pada ekstra abdomen adalah kedua ginjal
dan ureter, pankreas, duodenum, sebagian kecil kolon terutama rektum serta buli-buli vesika urinaria dan uterus Krisanty, 2009.
2.9.3.1. Survei Primer dan Resusitasi Pada Klien Akut Abdomen
Airway diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, harus memprioritaskan airway dan breathing
terlebih dahulu. Breathing, kaji ventilasi apakah adekuat dan berikan oksigen aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Circulation, Kebanyakan pada
trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada pra RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan yang segera. Disability, akut
abdomen yang mengalami gangguan kesadaran terjadi pada klien trauma abdomen yang disertai trauma kapitis Zafar, 2007.
2.9.3.2. Survei Skunder Pada klien Akut Abdomen
Kaji adanya nyeri abdomen, perhatikan sifat, progresivitas dan lokasi nyeri, kaji adanya anoreksia, nausea dan vomitis, kaji adanya diare : diare biasa menyertai
apendiksitis, kaji adanya konstipasi dan keluhan tidak dapat flatus biasanya pada
obstruksi usus, kaji adanya demam susanto,2009.
2.9.4. Askep Klien Gastro Entritis Dehidrasi Ged
GED adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus dan menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi BAB lebih dari 3x yang dapat
menyebabkan timbulnya dehidrasi Krisanty, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.9.4.1 Survai Primer dan Resusitasi
Airway, Periksa kelancaran jalan nafas, gangguan jalan nafas sering terjadi pada klien dengan GED yang mengalami syok karena klien ,emgalami gangguan
kesadaran, sehingga kemungkinan lidah jatuh kebelakang lebih besar. Breathing, kaji ventilasi apakah adekuat da observasi pernafasan klien. Circulation , Segera
tangani syok dengan tepat, dengan memasang IV line untuk mengoreksi cairan yang hilang. Disability. Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat
kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serat tanda-tanda vital Krisyanti, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2 Definisi Operasional 3.2.1. Tingkat Pengetahuan