13
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Anak Berkesulitan Belajar
1.
Pengertian anak berkesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang memiliki kemampuan berada di bawah teman-teman sekelas tanpa kelainan dan
adanya perbedaan antara potensi dengan prestasi yang ditunjukkan. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris yakni
learning disability
. Samuel A. Kirk dalam Mulyono Abdurahman, 2003: 6 menyebutkan kesulitan belajar sebagai konsep multidisipliner yang
menyatukan nama-nama gangguan anak seperti disfungsi minimal otak
minimal brain dysfunction
, gangguan neurologis
neurological disorders
, kesulitan membaca
dyslexia
, dan keterlambatan perkembangan fonologi
develompmental aphasia
untuk menjadi satu nama dalam payung kesulitan belajar
learning disability
. Konsep tersebut menekankan bahwa kesulitan belajar sebagai gangguan pada anak yang secara umum terjadi dalam
berbagai segi-segi perkembangan. Definisi kesulitan belajar oleh NJCLD dalam Mercer dan Pullen,
2009: 19 yakni suatu keadaan yang menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
penggunaan keterampilan dan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi
matematika. Gangguan tersebut timbul dari dalam diri anak dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu
14 kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain
yang menganggu misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial, dan emosional atau berbagai pengaruh lingkungan perbedaan
budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik, namun berbagai hambatan tersebut bukan sebagai penyebab atau pengaruh
langsung. Pokok definisi menurut NJCLD di atas yakni meliputi: a tidak adanya kaitan secara ekslusif dengan anak-anak; b tidak terdapat uraian
mengenai proses psikologis dasar; c mengeja menjadi hal yang menjadi satu dengan kesulitan dalam mengekspresikan bahasa tertulis; d tidak ada
penyebutan istilah lain seperti: gangguan perseptual, disleksia, dan DMO; dan e secara jelas menyatakan bahwa kesulitan belajar mungkin terjadi
bersamaan dengan kondisi lain sebagai hambatan serta bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Definisi secara spesifik yang dikemukakan oleh ACALD dalam Mercer dan Pullen, 2009: 19 mengenai berkesulitan belajar yakni suatu
kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif menganggu perkembangan, integrasi, danatau kemampuan verbal danatau
nonverbal. Kesulitan belajar muncul sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga
superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan
dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri,
15 pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan atau aktivitas kehidupan sehari-hari
sepanjang kehidupan. Ketiga definisi di atas memiliki keunikan tersendiri dalam
menguraikan konsep anak berkesulitan belajar. Pokok definisi NJCLD terletak pada kalimat pertama yakni adanya penekanan pada kesulitan yang
nyata dalam penggunaan berbagai kemampuan dasar. Pokok definisi ACALD terletak pada kalimat terakhir yang lebih jelas menyatakan bahwa
adanya gangguan kesulitan belajar mempengaruhi berbagai konteks nyata dalam kehidupan. Meskipun adanya variasi ketiga definisi di atas, namun
ketiganya memuat kesamaan konsep yang di antaranya: 1 kemungkinan adanya disfungsi neurologis; 2 adanya kesulitan dalam tugas-tugas
akademik; 3 adanya kesenjangan antara potensi dengan prestasi; dan 4 adanya pengaruh dari berbagai sebab atau gangguan yang lain.
2.
Karakteristik anak berkesulitan belajar
Karakteristik anak berkesulitan belajar sebagai ciri-ciri yang umumnya ditunjukkan dari seorang anak yang mengalami kesulitan belajar.
Lerner dan Kline 2006: 14-16 menyatakan bahwa karakteristik anak berkesulitan belajar di antaranya mengalami kekurangan dalam aspek
perhatian, kemampuan motorik, pengolahan psikologi, kesadaran fonetik, strategi kognitif untuk belajar, serta kesulitan dalam bahasa oral, membaca,
menulis, matematika, dan sosial. Karakteristik tersebut menyebutkan berbagai kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh anak
berkesulitan belajar. Salah satu kesulitan belajar yang spesifik namun sering
16 terjadi pada anak sekolah dasar yakni kesulitan membaca. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Harwell dan Jakson 2008: 8 bahwa 8 anak yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar memiliki masalah pada
area membaca. Hal tersebut membuktikan tingginya permasalahan membaca pada anak berkesulitan belajar.
Terkait dengan kesulitan membaca, Smith dan Tyler 2010: 161 mengungkapkan bahwa anak berkesulitan belajar membaca sebagai suatu
istilah yang digunakan ketika kemampuan membaca pada anak jauh di bawah teman sekelas dengan tanpa cacat serta di bawah yang diharapkan
atas dasar kemampuan lain. Harwell dan Jackson 2008: 8 menjelaskan bahwa pada anak kesulitan membaca tampak kekurangan dalam pengolahan
fonologi yang mendasari kesulitan pada belajar membaca
.
Istilah berkesulitan belajar membaca dalam penelitian ini juga mengacu pada
ketidakmampuan anak dalam belajar membaca. Kesulitan membaca bermanifestasi ke dalam pembelajaran lainnya, sehingga anak berkesulitan
membaca merasa adanya ketidakmampuan dalam berbagai pembelajaran. Munawir, Sunardi, dan Mulyono 2003: 37 menyatakan bahwa anak
berkesulitan belajar membaca memiliki ciri-ciri: a tidak lancar dalam membaca, b sering banyak kesalahan dalam membaca, c kemampuan
memahami isi bacaan yang rendah, dan d sulit membedakan huruf yang mirip. Melalui pendapat tersebut diketahui bahwa kesalahan membaca
sebagai salah satu ciri anak berkesulitan membaca yang ditengarai dengan kesulitan anak dalam membedakan huruf yang memiliki kemiripan. Maka