Memulai dengan menjadi member, kemudian ikut mempromosi, memperkenalkan, serta memasarkan produk, yang berawal hanya mengisi waktu luang, hingga
akhirnya terjun serius didalamnya. Keseriusan semangat wirausaha itu akhirnya membawa para ibu rumah tangga menjadi bagian dari PT Tupperware Indonesia
Cabang Medan Maimun, dengan memiliki ruang lingkup kerja yang meliputi kelompok inti dalam pelaksanaan tujuan perusahaan.
Pengamatan awal peneliti terhadap komunikasi kelompok di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun adalah bahwa aktifitas dan interaksi
yang terjadi dalam komunikasi kelompok di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun memiliki pengaruh dalam motivasi kerja setiap anggota kelompok
yang ada. Namun sejauhmana komunikasi kelompok kecil tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja setiap anggota kelompok. Hal ini menjadi penyebab
ketertarikan peneliti untuk mengetahui komunikasi kelompok terhadap motivasi kerja karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun. Di sini terjadi
pembagian ruang kerja yang terpisah-pisah pada tempat dan kondisi yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih dalam mengenai Sejauhmana Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT Tupperware Indonesia Cabang
Medan Mimun.
I.2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelititan yang telalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut: 1.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
2. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
komunikasi kelompok kecil yang dilakukan di antara kelompok kerja yang ada di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun.
Universitas Sumatera Utara
3. Objek penelitian ini adalah seluruh pegawai inti yang bergabung dalam
kelompok kerja di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun. 4.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012.
I.3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelititan agar lebih terarah dan tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan
yang telah ditentukan. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah penelititan ini adalah sebagai berikut: “Sejauhmana Komunikasi
Kelompok Kecil berpengaruh terhadap Motivasi Kerja Pegawai di PT Tupperware Indonesia Cabang medan Maimun?”
I.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi kelompok yang dilakukan oleh
pegawai di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun. 2.
Untuk mengetahui motivasi kerja para pegawai di PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun.
3. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi kelompok yang
berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun.
I.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di
lingkungan FISIP USU khususnya bagi Departemen Ilmu Komunikasi. 2.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995:39. Wilbur Scrhramn menyatakan bahwa
teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi dan daripadanya proposisi bila dihasilkan dan diuji secara
ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai prilaku dalam Effendi, 2003:241.
Dengan adanya kerangka teori maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada
penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah Komunikasi Organisasi,
Format Interaksi Komunikasi Organisasi, Komunikasi Kelompok Kecil, dan Motivasi Kerja.
II.1.1 Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pentingnya komunikasi tidaklah dapat dipungkiri begitu juga dengan halnya organisasi. Dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi
dapat macet atau berantakan. Di dalam sebuah organisasi, komunikasi merupakan aktivitas yang menghubungkan antarmanusia dan antarkelompok dalam organisasi
tersebut. Reeding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang temasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan
Universitas Sumatera Utara
kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama
leveltingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program dalam Muhammad,
2007:65. Di dalam organisasi baik itu organisasi bisnis maupun organisasi non
bisnis, komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya. Oleh akrena itu
komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi baik itu organisasi bisnis maupun organisasi non
bisnis. Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil
sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi, komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia,
dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi Mulyana, 2005:25. Komunikasi organisasi dapat didefenisikan
sebagai pertunjukan dan panfsiran pesan diantar unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-
unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dnegn yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi
kapanpun juga, setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan pesan Pace dan Don F,
2005:31. Organsiasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai difrensiasi
peranan, atau kelompok yang sepakat untuk mematuhi seperangkat norma-norma. Kata Pauce dan Faules, istilah organisasi sosial merajuk kepada pola-pola interaksi
sosial, frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang; kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama; perasaan
tertarik, yang teramati dan perilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi
Universitas Sumatera Utara
sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologi atau psikologi mereka sebagai individu dalam Liliweri, 2004:1.
Menurut Goldhaber 1986 komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi orgisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi
manajemen dalam suatu perusahaan yaitu: 1 Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.
2 Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya dengan cara efektif. 4 Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang
menimbulkan keinginan orang untuk memberi kontribusi. 5 Mengendalikan prestasi dalam Purba, 2006:112-113
Menurut Muhammad 2007: 74-80, untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan makro,
mikro dan individual. Masing-masing dari pendekatan ini akan dijelaskan berikut ini:
1. Pendekatan makro, dalam pendekatan makro organisasi dipandang
sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti
memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.
2. Pendekatan mikro, pendekatan ini terutama memfokuskan kepada
komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas
kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim komunikasi, komunikasi
Universitas Sumatera Utara
dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.
3. Pendekatan individual, pendekatan ini berpusat pada tingkah laku
komunikasi individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada kedua pendekatan yang tedahulu akhirnya diselesaikan
oleh komunikasi individual satu sama lainnya. Komunikasi individual ini ada beberapa bentuknya di antaranya berbicara dalam kelompok
kerja, mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan mengonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya.
Melalui pendekatan komunikasi organisasi, interaksi yang terjadi di dalam sebuah organisasi dapat dilihat. Maka komunikasi merupakan unsur penting bagi
ekstensi organisasi khususnya dalam komunikasi antar anggota kelompok dalam membahas tugas kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam penelitian ini, yang akan dilihat lebih lanjut adalah pendekatan mikro pada komunikasi organisasi kelompok kecil karyawan PT Tupperware
Indonesia Cabang Medan Maimun. Penelitian akan berfokus pada komunikasi yang terjadi di dalam unit dan subunit masing-masing anggota karyawan.
1 Jaringan Komunikasi Formal
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan,
pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin
hanya di antara dua orang, 3 atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dan jaringan itupun juga akan berbeda-
beda Muhammad, 2007:102. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi
organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi
yaitu Muhamamd, 2007:108. a “Downward communication” atau komunikasi kepada bawahan.
b “Upward communication” atau komunikasi kepada atasan. c “Horizontal communication” atau komunikasi horizontal.
a Komunikasi ke Bawah
Menurut Lewis 1987 komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubahbsikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan
kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan dalam Muhammad, 2007:108. Secara umum, Muhammad 2007:108-109 menyebutkan bahwa
komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu: 1 Instruksi Tugas
Instruksi tugaspekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya. Pesan itu bervariasi bisa berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu
melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. 2 Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi arau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pipmpinan
mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan
memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan
Universitas Sumatera Utara
menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.
3 Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan
rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan-pesan
ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas dan motivasi.
4 Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktik-praktik organisa, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan intruksi dan
rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.
5 Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu
dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan
pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjannya sudah memuaskan. Tetapi
apabila hasil pekerjaannya karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu
bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut turut. Yang perlu diperhatikan oleh juga ketika pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah, pimpinan hendaklah
mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Katz dan Kahn 1966 menambahkan, ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan kepada bawahan yaitu:
1 Informasi bagaimana melakukan pekerjaan 2 Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3 Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi 4 Informasi mengenai kinerja pegawai, dan
5 Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas sense of mission.
dalam Pace dan Don F, 2005:185 : Menurut Liliweri 2004:86 dalam hal informasi yang dikomunikasikan
ke bawah ada beberapa hal masalah yang harus diperhatikan kebawah antara lain yaitu:
1 Kekurangsadaran beberapa manajer tidak tahu persis tentang tipe komunikasi atas-bawah itu lalu memberikan instruksi secara alamiah
saja, banyak fungsi tidak dijelaskan dengan rinci, umpan balik yang tidak dikehendaki terjadi namun acapkali didiamkan saja.
2 Pesan yang tidak lengkap dan tidak jelas. 3 Kelebihan pesan sehingga membuat orang bingung.
4 Transmisi serial, pesan melewati banyak bagian yang tidak memiliki persepsi yang sama terhadap pesan.
Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang
efektif. Davis 1976 memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut: 1 Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan
apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dan
berjanji akan mencarikannya.
Universitas Sumatera Utara
2 Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan okeh karyawan. Pimpinan hendaklah membantu karyawan merasakan
bahwa diberi informasi. 3 Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi,
sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan
pengelolaan yang mempengaruhi mereka. 4 pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara
pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya
persetujuan diperlukan anatara bawahan dan atasan dalam Muhammad, 2007:112
b Komunikasi ke Atas
Pentingnya komunikasi ke atas disebabkan beberapa alasan, menurut Sharma 1979 aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk
pembaharuan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. Sedangkan menurut Planty dan Machaver 1952
komunikasi ke atas menambahkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan
menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi dalam Pace dan Don F, 2005:190.
Menurut Pace 1989 komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu, fungsinya sebagai berikut:
1 Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana
baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan. 2 Arus komunikasi ke atas memberi informasi yang berharga bagi
pembuatan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
3 Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk
menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
4 Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
5 Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dimaksudkan dari arus informasi
yang ke bawah. 6 Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas- tufasnya dan organisasi dalam Muhammad, 2007:117.
Smith 1986, mengatakan komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang
disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan departemennya
atau organisasinya dalam Muhammad, 2007:117. Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke
atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:
1 Apa yang dilakukan bawahan, perkerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.
2 Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.
3 Menwarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya amsing-masing atau organisasi secara keseluruhan.
4 Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi Muhammad, 2007:118.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan.
Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma mentakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai
berikut: 1 Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan
pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya
menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan supervisornya.
2 Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan
mereka tidak perhatian terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan
menahan beberapa komuniaksi ke atas, karena akan membaut pemimpin kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.
3 Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Seringkali supervisor pimpinan tidak
memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.
4 Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.
Supervisor terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk mendengarkan atau karyawan susah menemuinya dalam
Muhammad, 2007:118. Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan tersebut menjadikan
penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan. Disamping sulitnya mendapatkan komunikasi ke atas,
komunikasi yang disampaikan itupun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor lain. Muhammad 2007:119 menyebutkan di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1 Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pda waktunya.
2 Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat komunikasi yang bersifat negatif.
3 Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru.
4 Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.
5 Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pedan sari bawahan
lebih siap diterima jika mereka setuju. Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam
membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan
mereka, mengenai teman-temannya yang sama dan mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi perlu memprogramnya.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa komunikasi ke atas ini penting untuk pembuatan keputusan maka agar komunikasi ini berjalan lancar dan memberikan
informasi seperti yang diharapkan maka perlu diprogramkan secara khusus. Untuk menyusun program ini ada prinsip-prinsip yang perlu dipedomani oleh pimpinan.
Prinsip-prinsip tersebut menurut Planty dan Mchaver Pace, 1989 adalah sebagai berikut:
1 Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. 2 Progran komunikasi ke atas berlangsung terus menerus.
3 Program ke atas yang efektif menggunakan saluran yang rutin. 4 Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan dan
penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
5 Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang objektif.
6 Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tindakan berespons terhadap masalah.
7 Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam- macam media dan metode untuk memajukan arus informasi dalam
Muhammad, 2007:120-121.
c Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut
fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi,
pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Muhammad 2007:121-122 menyebutkan bahwa komunikasi horizontal
mempunyai tujuan sebagai berikut: 1 Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu
organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan, untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam
mencapai organisasi. 2 Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide
dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pada ide satu orang. Oleh akrena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk
mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program dengan masyarakat , anggota-anggota dari bagian perlu
saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan.
3 Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam
Universitas Sumatera Utara
memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dari moral karyawan.
4 Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian
konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.
5 Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-
unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk itu mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk
mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut. 6 Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari
waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini
akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan
mengembngkan rasa sosial dan emosional karyawan. Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak
interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antaranya bentuk yang seringkali terjadi adalah rapat-rapat komite, interaksi informal pada waktu jam
istirahat, percakapan telepon, memo dan nota, aktivitas sosial, dan kelompok mutu. Hubungan sesama karyawan di tempat kerja perlu diciptakan agar iklim
kerja dalam organisasi menjadi kondusif. Pimpinan, manajer, ataupun karyawan perlu memahami bahwa mereka memiliki peran dalam menciptakan situasi yang
penuh dengan pengelolaan emosi secara efektif. Memiliki keterampilan dan cara berkomunikasi yang baik dan efektif dan produktif dapat menciptakan hubungan
yang baik pula dan akan mudah dalam mencapai tujuan organisasi. Agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis dalam organisasi, maka
dapat dilakukan hal-hal seperti menciptakan lingkungan kerja yang mendukung sinergi dan partisipasi karyawan, menyusun kebijaksanaan yang layak dan adil
Universitas Sumatera Utara
yang tidak menimbulkan pertentangan antar karyawan, menghilangkan bias prasangka terhadap karyawan satu sama lain, meluangkan waktu untuk
mempelajari aspirasi-aspirasi emosional karyawan dan bagaimana mereka berhubungan dalam kerjasama pekerjaan, memilih orang yang sesuai untuk peran
dalam tim yang memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional baik, memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, membersihkan
perusahaan dari pengaruh negatif, menyusun nilai inti dan standar prilaku yang bisa diterima oleh karyawan satu sama lain, menciptakan suasana saling memperhatikan
dan memotivasi kreativitas, dan pengembangan mentalitas dan pelayanan sepenuh hati dalam hubungan karyawan satu sama lain da dengan konsumen.
Setiap karyawan harus dapat membangun dan mengelola hubungan kerja yang baik satu sama lain, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan karyawan
dalam sebuah organisasi dalam mengelola hubungan yang baik, seperti pengaturan waktu, tahu posisi diri, adanya kecocokan, menjaga keharmonisan, pengendalian
desakan dalam diri, memahami dampak kata-kata atau tindakan diri pada diri orang lain, jangan mengatur orang lain sampai diri sendiri dapat diatur dengan baik, tidak
mengumbar kemarahan kepada yang lain, dan bersikap bijaksana
II.1.2 Format Interaksi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin bersifat formal, semakin terstruktur
pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan
komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi,
komunikasi intrapribadi dan terkadang komunikasi public juga muncul didalamnya Vardiansyah, 2004:32-33.
Berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi organisasi, komunikasi tersebut dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara
dua orang yang dapat langsung diketahui belikannya. Komunikasi interpersonal yang efektif telah lama dikenal sebagai salah satu dasar
untuk berhasilnya suatu organisasi. Karena itu adalah perlu bagi seorang pimpinan untuk mengetahui konsep-konsep dasar dari komunikasi agar
dapat membantu dalam mengelola organisasi dengan efektif. 2.
Komunikasi Kelompok Kecil Menurut Shaw 1976 ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu
kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan,
terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang, individu yang terikat tidaklah berkomunikasi
dalam kelompok kecil. 3.
Komunikasi Publik Yang dimaksud dengan komunikasi publik adalah pertukaran pesan
dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam bagian
ini yang akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara organisasi dan lingkungan eksternalnya dan di antara satu orang anggota
organisasi dengan sejumlah besar anggota organisasi yang sama. Brooks menguraikan tipe komunikasi publik ini sebagai monological karena
hanya seorang yang biasanya terlibat dalam mengirimkan pesan kepada publik. Muhammad, 2007: 159-197.
Dari ketiga kategori komunikasi tersebut, maka penelitan ini memilih kategori komunikasi kelompok kecil yang terjadi pada pegawai PT tupperware
Indonesia Cabang Medan Maimun. Penelitian akan berfokus pada kumpulan
Universitas Sumatera Utara
individu yang saling mempengaruhi dan berinteraksi untuk beberapa tujuan demi kepuasan satu sama lain.
II.1.3 Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil smallmicro group communication ialah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung
secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau fikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, rapat
dsb. Oleh sebab itu logika sangat berperan penting, komunikan akan dapat menilai logis tindakannya uraian komunikator. Cirri komunikasi kelompok kecil antara lain
prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular, umpan balik feedback terjadi secara verbal dan komunikan dapat menanggapi uraian
komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dan dapat menyanggah jika tidak setuju.
Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil antara lain, seperti telah disinggung di atas: rapat rapat kerja, rapat pimpinan,
rapat mingguan kuliah, ceramah, brifing, penataran, lokakarya, diskusi panel, forum, symposium, seminar, konferensi kongres, curah saran brainstorming dan
lain-lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok kecil, diantaranya adalah variabel yang berhubungan dengan input kelompok dan proses
transformasi kelompok. Muhammad 2007:188-195 menyebutkan beberapa di antara factor kunci tersebut sebagai berikut ini:
a. Peranan berdasarkan fungsi. Brune dan Sheats merinci tugas dalam
komunikasi kelompok yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.
b. Kepemimpinan.
c. Jaringan dan ekologi kelompok.
d. Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
e. Kepatuhan akan norma kelompok.
f. Konflik.
g. Besar kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam organiasasi sering ditemui adanya komunikasi dalam kelompok- kelompok kecil, seperti dalam rapat-rapat, konferensi, dan komunikasi dalam
kelompok kerja. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa kebanyakan organisasi menggunakan kelompok-kelompok dalam pekerjaannya sehari-hari.
Menurut tilman dalam Muhammad, 2007:181, kelompok adalah bagian integral dari semua organisasi. Rata-rata anggota pimpinan tingkah menengah dan atas
menghabiskan seperempat atau sepertiga dari waktu kerja mereka sehari-hari untuk berdiskusi. Ini tidak termasuk aktivitas sosial dan aktivitas lainnya dalam
masyarakat. Ratia-rata dari pimpinan tingkat atas menghabiskan 60 dari waktunya dengan berkomunikasi dan mayoritas dari kegiatan itu adalah berdiskusi.
Karena diskusi kelompok kecil dan rapat-rapat dalam berbagai bentuk kelihatan lazim dalam semua aspek masyarakat dan khususnya organisasi, adalah bermanfaat
untuk mempelajari komunikasi kelompok kecil tersebut. Menurut Shaw 1976 ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu
kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika
salah satu dari komponen ini hilang, individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil dalam Muhammad, 2007:182.
Komunikasi kelompok kecil mungkin dapat digunakan untuk bermacam- macam tugas atau untuk memecahkan masalah. Tapi dari semua tujuan itu dapat
dikategorikan atas dua kategori yaitu untuk tujuan personal dan tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
1 Tujuan Personal Alasan orang untuk mengikuti kelompok dapat dibedakan atas empat
kategori utama yaitu hubungan sosial, penyaluran, kelompok terapi dan belajar. Berikut empat kategori utama tersebut, antara lain:
a. Hubungan sosial. Hubungan sosial bertujuan untuk memperkuat hubungan interpersonal dan menaikkan kesejahteraan kita.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyaluran. Penyaluran ini dilakukan dalam suasana yang mendukung adanya pertukaran pikiran atau pertengkaran sengit
dalam diskusi keluarga, dimana keterbukaan diri adalah tepat. c. Kelompok terapi, biasanya digunakan untuk membantu orang
menghilangkan sikap-sikap mereka, atau tingkah laku dalam beberapa aspek kehidupan mereka.
d. Belajar. Alasan umum orang mengikuti kelompok kecil adalah belajar dari orang lain. Belajar terjadi dalam bermacam-macam
setting. Asumsi yang mendasari belajar kelompok adalah ide dari dua arah.
2. Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan Komunikasi kelompok kecil sering digunakan untuk menyelesaikan dua
tugas utama yaitu pembuatan keputusan dan pemcehan masalah. a. Pembuatan keputusan, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang
berkumpul bersama-sama dalam kelompok untuk membuat keputusan mengenai sesuatu. Mendiskusikan alternatif dengan orang lain
membantu orang memutuskan nama pilihan terbaik untuk kelompok. b. Pemecahan masalah yang mereka usahakaan penyelesaiannya
mencakup bagaimana menyempurnakan produksi, bagaimana menyempurnakan hubungan yang kurang baik Muhammad, 2007:182-
184
.
Adapun beberapa dari karakteristik kelompok kecil yang membuatnya unik dari bermacam-macam konteks komunikasi lainnya. Berikut beberapa karakteristik
kelompok kecil tersebut, yaitu: 1. Mempermudah pertemuan ramah tamah, dapat dilakukan untuk
menyalurkan energi yang mungkin tidak dapat disalurkan bila orang itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Personaliti kelompok adalah bila sekelompok orang datang bersama maka mereka membentuk identitas diri yang menjadikan personaliti
kelompok. 3. Kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan
keinginan mereka untuk bersatu. 4. Komitmen terhadap tugas. Aktivitas individu lainnya dalam kelompok
yang dekat hubungannya dengan komitmen adalah motivasi. 5. Besarnya kelompok kelihatannya cukup sederhana tapi besarnya
kelompok itu mempunyai beberapa pencabangan penting dalam kelompok.
6. Norma kelompok, adalah aturan dan pedoman yang digunakan oleh sekelompok itu sendiri, maupun beberapa faktor eksternal di luar
kelompok. 7. Saling bergantung satu sama lain. Yang paling penting adalah anggota
kelompok bergantung satu sama lain untuk beebrapa tingkatan tertentu, dan paling kurang pada seorang lainnya Muhammad,
2007:185-188.
II.1.4 Motivasi Kerja
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mampu bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan
keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, dorongan individu dalam konteks pekerjaan menimbulkan sebuah perilaku dan upaya untuk
mencapai kebutuhan individualnya yang disebut dengan motivasi kerja. Berikut ini adalah pengertian-pengertian motivasi ekrja menurut para ahli, diantaranya yaitu:
1 Siagian 2002 mengemukakan defenisi motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para
anggota organisasi yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2 Samsudin 2005 memberikan perngertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau
kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.
3 Danim 2004, motivasi kerja adalah dorongan yang muncul pada diri individu untuk secara sadar melakukan perkerjaan yang dihadapi.
4 Drd. Malayu S.P. Hasibuan memberikan defenisi bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau berkerja sama, berkerja efektif dan terintegritas dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
5 Wayne F.Cascio mengemukakan perngertian motivasi sebagai suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan
kebutuhannya misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat. 6 Stephen P. Robbins mendefenisikan motivasi sebagai suatu kerelaan
untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa
kebutuhan individu. 7 Wahjono 2010 mendefenisikan motivasi sebagai kesediaan individu
untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual. Berdasarkan pengertian diatas, maka motivasi merupakan respon karyawan
terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri karyawan agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan uang dikehendaki
oleh akryawan tercapai. Pencapaian tujuan tersebut dapat berupa uang, keselamatan, penghargaan, dan lain-lain. Dengan demikian, kekayaan, rasa aman
keselamatan, status, dan segala macam tujuan lain hanya merupakan hiasan semata-mata untuk mencapai tujuan akhir setipa orang, yaitu menjadi dirinya
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
1 Tujuan Pemberian Motivasi kerja
Mulai dari adanya manusia dimuka bumi, motivasi tersebut sudah ada bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya selama manusia hidup.
Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi, pada masa sekarang ini motivasi tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi, dan karenanya
menjadi perhatian dari para pimpinan dalam hal mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset penting bagi organisasi.
Oleh karena itu, pimpinan organisasi harus berusaha keras mempengaruhi motiasi seluruh individu organisasi agar mereka memiliki motivasi kerja. Dengan
demikian, pencapaian kinerja organisasi dapat dicapai secara maksimal. Untuk memahami lebih baik bagaimana proses motivasi dapat diperhatikan pada gambar
di bawah ini: GAMBAR 1
PROSES MOTIVASI INDIVIDU
n
Sumber: Mangkunegara. 2008. Perilaku dan Budaya Organisasi. Hal: 18
Disamping itu juga terdapat bebrapa hal yang dapat dijadikan alat pemotivasian karyawan atau perkerja sehingga mereka dapat terdorong dan
semangat dalam melaksanakan pekerjaannya. Hasibuan 2005:98 mengatakan bahwa terdapat beberapa asas-asas motivasi dalam memotivasi kerja karyawan
diantaranya adalah:
Karyawan Kebutuhan yang tidak dipenuhi
Kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh karyawan
Mencari Jalan untuk memenuhi kebutuhan
Imbalan atau hukuman Perilaku yang berorientasi
pada tujuan Hasil karya Evaluasi dari tujuan
yang tercapai
Universitas Sumatera Utara
1 Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan
pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. 2 Asas komunikasi, yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan
yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.
3 Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja
yang dicapai. 4 Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberikan kewenangan
dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
5 Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.
6 Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan
jenis motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, meski memiliki tautan dalam konteks kerja dan interaksi antar manusia organisasional.
Keith Davis dalam Danim, 2004:18 mengemukakan bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi hanya melahirkan perilaku yang kacau, tidak teratur, dan tidak akan
dapat melahirkan perilaku bertujuan. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan
tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut tujuan pemberian motivasi kerja kepada karyawan sebagai anggota kelompok kerja
Hasibuan, 2005:97, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1 Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan 2 Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3 Meningkatkan produktivitas kerja karyawan 4 Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5 Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan 6 Mengefektifkan pengadaan karyawan
7 Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 8 Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan
9 Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 10Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
2 Teori Motivasi
Tahun 1950an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Teori-teori yang berkembang pada masa ini adalah hirarki teori kebutuhan dan teori
dua faktor. Teori-teori kuno dikenal karena merupakan dasar berkembangnya teori yang ada hingga saat ini yang digunakan oleh manajer pelaksana di organisasi-
organisasi di dunia dalam menjelaskan motivasi karyawan. Ada beberapa teori motivasi yang dibuat oleh beberapa ahli, yaitu:
a Teori Hierarki Kebutuhan Jenjang Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow dalam Thoha, 1996:193 telah mengembangkan suatu konsep teori motivasi yang dikenal dengan hirarki kebutuhan hierachy of needs.
Menurut Maslow, nampaknya ada semacam hirarki yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan manusia ini. Dalam proses pemenuhan kebutuhan,
perilaku individu akan didominasi dan ditentukan oleh jenis kebutuhan yang belum terpenuhi. Perilaku pada dasarnya dimotivasi oleh suatu keinginan mencapai
tujuan. Kebutuhan yang telah terpenuhi akan berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi individu tersebut untuk mencari tujuan guna
memenuhinya. Maslow, 1970, dalam Wahjono, 2010:81 menghipotesiskan bahwa di
dalam diri manusia terdapat lima kebutuhan yang berjenjang. Mulai dari kebutuhan tingkat dasar yang berupa fisiologi yang bersifat oemuasan ragawi tentang
Universitas Sumatera Utara
makanan, minum dan seks. Kebutuhan akan keamanan dan rasa aman, kebutuhan akan sosial, kebutuhan akan penghargaan, sampai pada kebutuhan tertinggi yang
dimiliki manusia yaitu kebutuhan akan aktualisasi. Hanya akan timbul kebutuhan yang diatasnya manakala kebutuhan di bawahnya telah terpuaskan, begitu
seterusnya sampai pada jenjang tertinggi yaitu aktualisasi diri. Berikut selengkapnya terlihat pada gambar di bawah ini bahwa Maslow
mengemukakakn kebutuhan manusia dalam organisasi terdiri dari lima macam kebutuhan yang tingkatannya digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Aktualisasi Diri pemenuhan Diri Self actualization needs
Teoritis: penggunaan potensi diri, pertumbuhan, dan pengembangan diri.
Terapan: menyelesaikan penugasan yang bersifat menantang, melakukan pekerjaan kreatif,
pengembangan keterampilan.
Kebutuhan Harga Diri e steem needs
Teoritis: status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasim apresiasim kehormatan diri,l dan
penghargaan.
Terapan: Kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status symbol, pengakuan, jabatan, penghargaan.
Kebutuhan Sosial social needs
Teoritis: cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok, kekeluargaan, asosiasi.
Terapan: kelompok kerja formal dan informal, kegiatan yang disponsori perusahaan, acara-acara peringatan.
Kebutuhan Keamanan dan rasa Aman s afety and security needs
Teoritis: perlindungan dan stabilitas Terapan: pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana
senioritas serikat kerja, tabungan, uang pesangon, jaminan pensiun, asuransi, sistem penanganan keluhan.
Kebutuhan Fisiologi p hisiological needs
Teoritis: makan, minum, perumahan, seks, istirahat. Terapan: ruang istirahat, istirahat makan siang, udara bersih untuk bernafas, air untuk
minum, liburan, cuti, balas jasa dan jaminan sosial, periode istirahat on the job.
Gambar 2 Jenjang Kebutuhan Maslow
Sumber: Wahjono. 2010. Perilaku Organisasi. Hal. 82
Universitas Sumatera Utara
b Teori Dua Faktor Herzberg
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor
Cushway and Lodge, 1995 : 138. Ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas motivation factor yang disebut juga
dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan hygienes yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing- masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Menurut Herzberg faktor hygienisextrinsic factor akan mendorong minat para pegawai untuk berforma baik,
akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu
dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial Cushway Lodge, 1995 : 139. Faktor motivationintrinsic factor merupakan faktor yang mendorong
semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi faktor motivasi lebih memungkinkan seseorang untuk
berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah hygienis Leidecker Hall dalam Timpe, 1999 : 13.
Menurut Robbins dalam Wahjono, 2010:84, teori Herzberg ini juga sering disebut teori motivasi-higiene. Kebutuhan motivator berkaitan dengan kesempatan
untuk maju, promosi jabatan, pengakuan, tanggung jawab dan pekerjaan itu sendiri yang mempengaruhi kepuasan kerja. Sedang higiene faktor adalah hal-hal yang
mempengaruhi kepuasan kerja yang terdiri dari supervisor, kondisi kerja, gaji, hubungan interpersonal dan kebijakan perusahaan.
Pemahaman yang benar tentang hal-hal yang merupakan faktor pemotivasi dan hal-hal yang merupakan faktor pemeliharaan sangat diperlukan untuk dapat
memotivasi karyawan dengan benar. Herzberg mengatakan gaji dan upah bukanlah pemotivator melainkan pemelihara, oleh karena itu janganlah memotivasi karyawan
dengan gaji. Seseorang yang dinaikkan gajinya mungkin akan bekerja lebih giat
Universitas Sumatera Utara
sebagai tanda termotivasi tetapi tidak dalam jangka panjang. Manakala merasa gajinya secara relatif “kurang” maka karyawan menjadi tidak puas.
Sehingga gaji hanyalah satu faktor higiene yang memelihara kepuasan karyawan, dalam arti manakala gajinya dibayarkan tepat waktu, sesuai dengan
pengorbanan yang diberikan karyawan, sesuai dengan kemampuan perusahaan, sesuai dengan standar kemampuan karyawan, maka gaji tersebut akan memelihara
kepuasan karyawan. Berbeda dengan kesempatan untuk maju dan pemberian tanggung jawab, menurut Herzberg merupakan faktor pemotivasi. Kesempatan
untuk maju akan membuat karyawan akan terpuaskan. Pemberian tanggung jawab yang lebih besar atau pemberian pekerjaan yang lebih beragam akan memotivasi
karyawan karena dengan itu karyawan akan mendapat pemerkayaan tugas job- enrichment sehingga merasa penting dan berarti.
Selain ketiga teori ini, masih ada beberapa teori motivasi, seperti teori motivasi ekspentasi, teori motivasi harapan, teori motivasi klasik, teori kebutuhan
ERG Aderfe, teori evaluasi kognitif, teori penentuan tujuan, teori penguatan, dan teori keadilan.
II.2 Kerangka Konsep