Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Medan
KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL DAN MOTIVASI KERJA (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil
terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Cabang Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh: HERA SUNDARI
070904040
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : HERA SUNDARI
NIM : 070904040
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi
Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Medan
Medan, 16 Juni 2011
Dosen Pembimbing
Dra. Fatmawardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001
Ketua Departemen
Dra. Fatmawardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001
Dekan
Prof. Dr. Badaruddin, M. Si NIP. 196805251992031002
(3)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok Kecil dan Motivasi Kerja. Sebuah studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap motivasi kerja karyawan PT Oriflame Cabang Medan. Metode yang digunakan adalah metode korelasional yakni untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap motivasi kerja karyawan PT Oriflame Cabang Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Oriflame Cabang Medan yang berjumlah 25 orang. Dalam pengambilan sampel digunakan rumus Arikunto yang mana apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan total sampling, artinya keseluruhan populasi dijadikan sampel yang berjumlah 25 orang. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Perhitungan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 13.0, dan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y, serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y juga menggunakan piranti lunak SPSS versi 13.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasil yang didapat 0,698 terletak antara 0,40-0,70, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Nilai probabilitas (sig. (2-tailed)) adalah 0,000 dengan demikian angka probabilitas yang didapat yaitu 0,000 adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat diambil keputusan bahwa hipotesis (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, yakni dimana terdapat hubungan positif antara Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Cabang Medan.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, sebab hanya karena ridho, rahmat, dan hidayah-Nya lah, peneliti mampu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang tidak sempurna, peneliti banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun peneliti bersyukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini hingga akhir. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Hendra Pranoto dan Ibunda Sulastri yang paling mengenal peneliti, mendoakan serta mendukung semua usaha peneliti dalam kuliah dan skripsi di setiap waktu.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing peneliti.
4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
(5)
5. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang baik hati dan sabar membantu semua urusan peneliti dalam penulisan skripsi ini.
6. Pak Hery Tong dan Mbak Fachrial yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PT Oriflame Cabang Medan.
7. Seluruh karyawan PT Oriflame Cabang Medan yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mengisi kuesioner penelitian.
8. Kak Hanim, Kak Puan dan seluruh staf Laboratorium Ilmu Komunikasi. 9. Kepada Kakak - kakak dan Abangku tercinta beserta keponakanku yang
telah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.
10.Buat Hensem yang selalu berusaha membantu, memberi dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Hendra Putra Buana Sembiring harus segera menyusul peneliti dalam menyelesaikan kuliah. Semangat! 11.Kepada sahabat – sahabatku, Harri, Arief, Reza, Mulya, Dhina, Wulan,
Nindy, Dwi, tante Devia, Sitong, Rival, dan yang tidak mungkin disebut satu persatu, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
12.Semua teman-teman peneliti, Nenda yang telah mengajarkan peneliti SPSS dan menemani peneliti mengambil kuesioner di lokasi penelitian, Ira, Bertha dan banyak lagi, dengan semangat yang tak tergoyahkan dan dorongan terus-menerus dari kalian kepada peneliti.
(6)
13.Keluarga, teman, sahabat, adik, seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang telah memotivasi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan cepat dan hasil yang maksimal. Khusus mahasiswa Ilmu Komunikasi 2007 yang luar biasa telah memberikan hubungan persahabatan yang kuat selama berkuliah dan kekompakan dalam segala hal yang tidak akan pernah tergantikan.
14.Semua pihak yang tidak bisa peneliti uraian satu persatu telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik disadari maupun tidak disadari.
Peneliti menyadari sepenuhnya tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi. Terima kasih.
Peneliti
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...i
ABTRAKSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 8
I.3 Pembatasan Masalah ... 8
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
I.4.1) Tujuan Penelitian ... 9
I.4.2) Manfaat Penelitian ... 9
I.5 Kerangka Teori ... 10
I.5.1) Komunikasi Organisasi ... 10
I.5.2) Format Interaksi Komunikasi Organisasi ... 14
I.5.3) Komunikasi Kelompok ... 15
I.5.4) Komunikasi Kelompok Kecil ... 17
I.5.5) Motivasi ... 18
I.5.6) Motivasi Kerja ... 19
I.6 Kerangka Konsep ... 24
I.7 Model Teoritis ... 25
I.8 Operasional Variabel ... 25
I.9 Defenisi Operasional Variabel ... 27
I.10 Hipotesis ... 29
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Organisasi ... 30
III.1.1) Komunikasi Organisasi Internal ... 33
III.1.2) Jaringan Komunikasi Formal ... 34
III.1.2) Bentuk Jaringan Komunikasi ... 43
II.2 Format Interaksi Komunikasi Organisasi ... 48
III.1.1) Komunikasi Antar Pribadi... 46
III.1.2) Komunikasi Kelompok Kecil ... 52
III.1.1) Komunikasi Publik ... 53
II.3 Komunikasi Kelompok ... 55
II.4 Komunikasi Kelompok Kecil ... 63
II.5 Motivasi ... 65
(8)
BAB III ORGANISASI PERUSAHAAN
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 79
III.1.1) Sejarah Berdirinya Oriflame ... 79
III.1.2) Visi, Misi dan Nilai Utama Orifalme... 82
III.1.3) Struktur Organisasi Oriflame ... 83
III.1.4) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Oriflame ... 86
III.2 Metodologi Penelitian ... 87
III.2.1) Metode Penelitian ... 87
III.2.2) Lokasi Penelitian ... 87
III.2.3) Populasi dan Sampel ... 88
III.2.4) Teknik Pengumpulan Data ... 89
III.2.5) Teknik Pengolahan Data ...90
III.2.6) Teknik Analisis Data ...90
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Analisis Tabel Tunggal ... 94
IV.1.1) Karakteristik Responden ... 94
IV.1.2) Analisis Komunikasi Kelompok Kecil ... 97
IV.1.3) Analisis Motivasi Kerja...108
IV.2 Analisis Tabel Silang...117
IV.3 Uji Hipotesis...123
IV.4 Pembahasan ...126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan...128
V.2. Saran...131
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 2. Kuesioner Penelitian
3. Tabel Front Cobol
4. Tabel Data Mentah Kegiatan Komunikasi Kelompok Kecil (X) dan Motivasi Kerja (Y)
5. Surat Izin Penelitian 6. Surat Balasan Penelitian 7. Biodata Penulis
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Operasional Variabel .. ... 4
2 Karakteristik Jaringan Komunikasi... ... 6
3 Pengandaian Teori X dan Teori Y ... 6
4 Jenis Kelamin ... 94
5 Usia ... 95
6 Pendidikan ... 95
7 Lama Bekerja...96
8 Pertemuan Antara Sesama Karyawan yang dilaksanakan oleh PT Oriflame Cabang Medan ...……….97
9 Intensitas Pertemuan Ramah Tamah ...98
10 Frekuensi Pertemuan Ramah Tamah ... 99
11 Intensitas Keikutsertaan dalam Pertemuan Ramah Tamah ... 99
12 Pertemuan Ramah Tamah Membantu Kedekatan anatar Karyawan ...100
13 Pelaksanaan pertemuan ramah tamah ...101
14 Personaliti Kelompok Kerja di antara masing-masing ...101
15 Hubungan antara Rekan Kerja di dalam Kelompok ...102
16 Kekompakkan antara Rekan Kerja... 103
17 Kesediaan Rekan Kerja dalam Menyelesaikan Masalah Pekerjaan...103
18 Komitmen terhadap Tugas...104
19 Jumlah Anggota Kelompok dalam Melaksanakan Pekerjaan...105
(10)
21 Rasa Saling Tergantung dalam Menyelesaikan Masalah...106
22 Hubungan Kerja dengan Rekan Kerja...107
23 Ketertarikan terhadap Pekerjaan yang Digeluti...108
24 Posisi Jabatan dengan Latar Belakang Pendidikan...108
25 Perolehan Imbalan dengan Pekerjaan yang Dilakukan...109
26 Iklim Kerja di PT Oriflame Cabang Medan...110
27 Rasa Aman dari Ketakutan akan Adanya Pemutusan Hubungan Kerja ...110
28 Pimpinan Menciptakan Lingkungan atau Suasana Kerja yang Baik dan Harmonis...111
29 Penghargaan terhadap Hasil Kerja...111
30 Keterlibatan dalam Mengambil Keputusan/Kebijakan di dalam Kelompok ... 112
31 Kesempatan dalam Mengembangkan Karir...113
32 Penambahan Gaji Atau Bonus kepada Karyawan yang Berprestasi ...114
33 Pemberian Promosi Jabatan bagi Karyawan yang Berprestasi ... 115
34 Kesempatan Pelatihan dan Pengembangan Diri ... 115
35 Hubungan Pelaksanaan Pertemuan Ramah Tamah dalam Iklim Kerja di PT Oriflame Cabang Medan ...116
36 Hubungan antara Rekan Kerja di dalam Kelompok terhadap Penghargaan terhadap Hasil Kerja ...119
37 Hubungan Komitmen terhadap Tugas terhadap Perolehan Imbalan ... 121
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1 Motivasi dalam Tentang Tingkah Laku... 19
2 Hirearki Kebutuhan dari Maslow ... 20
3 Hirearki Motivasi Kerja ... 22
4 Model Teoritis ... 25
5 Bentuk Jaringan Komunikasi ... 44
6 Proses Motivasi ... 67
7 Proses Motivasi Individu ... 72
8 Jenjang Kebutuhan Maslow ... 75
9 Struktur Organisasi PT Oriflame Cabang Medan ... 84
(12)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok Kecil dan Motivasi Kerja. Sebuah studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap motivasi kerja karyawan PT Oriflame Cabang Medan. Metode yang digunakan adalah metode korelasional yakni untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap motivasi kerja karyawan PT Oriflame Cabang Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Oriflame Cabang Medan yang berjumlah 25 orang. Dalam pengambilan sampel digunakan rumus Arikunto yang mana apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan total sampling, artinya keseluruhan populasi dijadikan sampel yang berjumlah 25 orang. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Perhitungan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 13.0, dan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y, serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y juga menggunakan piranti lunak SPSS versi 13.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasil yang didapat 0,698 terletak antara 0,40-0,70, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Nilai probabilitas (sig. (2-tailed)) adalah 0,000 dengan demikian angka probabilitas yang didapat yaitu 0,000 adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat diambil keputusan bahwa hipotesis (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, yakni dimana terdapat hubungan positif antara Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Cabang Medan.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia sehari-hari. Artinya, memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dalam mencapai suatu organisasi yang efektif, salah satu faktor penentu dan sangat diperlukan adalah proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mengubah sikap, mengubah opini/pandangan, mengubah perilaku, dan mengubah masyarakat (Purba, 2006:37).
Proses komunikasi pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan
antara manusia baik secara kelompok/lembaga maupun secara individual dari suatu pihak kepada pihak lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapainan titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian pesan yang berupa
(14)
lambang-lambang yang bermakana yang disampaikan oleh komunikator dan ditujukan kepada komunikan sebagai sasaran komnikasi.
Komunikasi penting dalam suatu organisasi, hal ini sering dilontarkan oleh mereka yang concern terhadap fenomena komunikasi maupun mereka yang tertarik pada gejala-gejala komunikasi keorganisasian. Dalam kenyataanya masalah-masalah keorganisasian yang muncul senantiasa berkaitan dengan proses komunikasi, bahkan boleh dikatakan organisasi tanpa komunikasi ibarat sebuah sepeda motor yang didalamnya terdapat rangkaian alat-alat otomotif yang terpaksa tidak berfungsi karena tidak adanya aliran fungsi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Menurut Condrad terdapat 3 (tiga) fungsi komunikasi organisasi yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi komando – Ada dua tipe komunikasi yang membentuk fungsi komando yaitu
a. Pengarahan atau direction yang terlaksana melalui instruksi dan publikasi. Fungsi pengarahan dalam bentuk persuasif dan pengaruh b. Feed Back (fungsi umpan balik) yang menunjukkan siapa yang
sudah mengikuti apa yang diperintahkan.
2. Fungsi relasi – Komunikasi organisasi juga bertujuan untuk memenuhi fungsi relasional. Tujuannya menciptakan relasi kerja bagi peningkatan produksi organisasi.
3. Fungsi mengelola suasana yang tidak pasti – Komunikasi organisasi berfungsi mendorong para pegawai untuk memilih keputusan \yang komplikatif dalam organisasi (dalam Liliweri, 2004: 67).
Di dalam suatu kelompok/organisasi selalu ada pemimpin kelompok yaitu orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku dan kayakinan kelompok. Seorang pemimpin tugas mengarahkan diri pada tercapainya tujuan kelompok. Seorang pemimpin sosial berusaha mempertahankan keselarasan dan semangat kelompok agar tetap tinggi. Orang yang menjadi pemimpin cenderung memiliki keunggulan dalam kemampuan-kemampuan yang membantu kelompok mencapai tujuannya, terampil sosial atau sangat termotivasi untuk menjadi
(15)
pemimpin menurut model kontigensi Fiedler, keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan (berorientasi tugas atau berorientasi hubungan) dengan sifat situasi (Sears, 1985:143).
Setiap organisasi terdiri dari pemimpin dan anggota karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya sebuah tujuan organisasi. Diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi menyelesaikan tugas bersama dengan orang laian secara kooperatif, membina keutuhan dan kekompakkan kelompok, tidak mendikte atau mendominasi kelompok, dan mau menerima pendapat orang lain. Hubungan yang terjadi dalam organisasi/kelompok merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Dalam mencapai hubungan tersebut, masing-masing individu tersebut membentuk sebuah kelompok atau di dalam organisasi, kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan pembagian kerja yang sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005: 74). Pada hakekatnya kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling bergantung dan berinteraksi antara satu dengan lain dan dengan tujuan menjalankan sesuatu aktivitas untuk mencapai tujuan dari
(16)
kesepakatan. Dengan defenisi itu, kelompok sangat berbeda prinsipnya dengan kumpulan individu yang menyaksikan pertandingan sepak bola atau yang sedang menunggu bis di halte, karena kedua kumpulan individu tersebut tidak mempunyai tujuan, tidak berinteraksi dan tidak mempunyai sasaran (Lubis, 2007:112).
Suatu survey yang dilakukan oleh Harver Business Review, menemukan bahwa komposisi kelompok yang terdiri dari 5 orang, paling efektif dalam tugas-tugas intelektual, analisis, dan informasi penilaian, dan pembuatan keputusan berkenaan dengan tindakan administratif yang tepat (Muhammad, 2007:186). Perwujudan kelompok di dalam organisasi disebabkan oleh beberapa masalah termasuk untuk menyempurnakan tugas, menyelesaikan masalah yang bersifat resmi dan masalah sosio-psikologi seperti menjaga hubungan antara bawahan-atasan. Kelompok juga terwujud atas sebab-sebab sosial, yaitu keinginan untuk bergaul dengan setiap anggota di dalam kepentingan status dan kekuasaan, dan untuk kepuasan diri apabila berada di dalam ruang lingkup kelompok tersebut. Di dalam sebuah organisasi, perlakuan dan motivasi kelompok memainkan peranan yang utama untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, pengurus seharusnya memahami proses yang mempengaruhi komunikasi kelompok untuk mencapai tujuan dengan memaksimumkan interaksi dan meminimumkan konflik yang ada. Pengurus juga sebaiknya mencari jalan untuk menengahi kehendak yang tidak sama antara seorang individu dengan seorang individu yang lain. Sekiranya tujuan kelompok itu tidak sejajar dengan tujuan organisasi maka akan terwujud keadaan yang berkepanjangan antara pekerja dan masalah ketidakpuasan
(17)
individu. Permasalahan ini akan menguraikan sekelumit tentang komunikasi kelompok dan hubungannya dengan organisasi yang ada.
Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat (dalam Wiryanto, 2005:56). Menurut Effendi, komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih adari dua orang (1993:75). Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok. Sekelompok orang yang menjadi komunikan dalam jumlah sedikit disebut komunikasi kelompok kecil (small group
communication), sedangkan jika jumlahnya banyak dinamakan komunikasi
kelompok besar (large group communication).
Dengan adanya komunikasi kelompok, setiap individu atau kelompok bukan saja dapat berinteraksi, memahami dan bertukar-tukar pesan antar satu dengan lainnya, tetapi juga dapat mewujudkan kerjasama yang berkesinambungan dikalangan anggota kelompok. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain dalam sebuah kelompok, setiap anggota kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbal balik ini merupakan hal penting bagi integritas suatu kelompok kecil.
PT Oriflame merupakan salah satu perusahaan yang melibatkan kelompok kecil untuk mencapai tujuan perusahaan melalui kelompok tugas/kerja sesuai dengan pembagian tugas setiap anggota kelompok. Melalui komunikasi,
(18)
kelompok kecil dapat berinteraksi dalam mendiskusikan tugas antara sesama anggota kelompok dan pimpinan. Komunikasi kelompok kecil yang efektif menghendaki Anda untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui tatap muka. Interaksi yang berarti dapat berlangsung jika komunikasi melibatkan hal berbicara dan mendengar dalam lingkungan yang umum. Komunikasi kelompok yang terbaik terjadi bila orang-orang dapat segera menanggapi komunikasi verbal dan nonverbal orang lain secara pribadi. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut. Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas. Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau bertindak sebagai penyimpan catatan. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para anggota dalam mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan kelompok.
Aktivitas dan interaksi individu atau anggota dalam kelompok dapat menumbuhkan motivasi. Adapun motivasi yang muncul pada setiap anggota kelompok dengan berbagai alasan seperti menumbuhkan semangat kerja, displin kerja dan sebagainya. Inti dari berbagai alasan yang ada menitikberatkan pada satu hal yaitu motivasi kerja. Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja individu yang berdampak
(19)
pada pencapaian tujuan dari organisasi. Disamping itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Sementara konflik juga terjadi dalam suatu organisasi, khususnya yang terjadi dalam kelompok yang memungkinkan kelompok terpecah-pecah, kurangnya aktivitas kelompok sehingga tidak terjadinya kordinasi dalam mencapai tujuan organisasi, dan menghasilkan sikap negatif terhadap produksi kelompok. Neilson (dalam Muhammad, 2007:194) mengemukakan bahwa konflik juga terjadi antara kelompok dalam organisasi. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan sifat pribadi, perbedaan interpretasi dari jumlah ganjaran/status yang didistrinbusikan melalui organisasi, perbedaan persepsi dan pengalaman dan kompetisi akan sumber-sumber yang langka dalam organisasi.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih PT Oriflame Cabang Medan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa PT Oriflame adalah perusahaan kosmetika dengan karakteristik semangat "saya-bisa", manajemen yang tersebar, dengan atmosfir muda dan kewirausahaan yang tinggi. serta memiliki ruang lingkup kerja yang meliputi kelompok-kelompok kecil dalam pelaksanaan tujuan perusahaan.
(20)
Pengamatan awal peneliti terhadap komunikasi kelompok di PT. Oriflame Cabang Medan adalah bahwa aktifitas dan interkasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok di PT. Oriflame Cabang Medan memiliki pengaruh dalam motivasi kerja setiap anggota kelompok yang ada. Namun apakah komunikasi kelompok kecil tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja setiap anggota kelompok. Hal ini menjadi penyebab ketertarikan peneliti untuk mengetahui komunikasi kelompok kecil terhadap motivasi kerja karyawan PT. Orifalme Cabang Medan. Di sini terjadi pembagian ruang kerja yang terpisah-pisah pada tempat dan kondisi yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai Sejauhmana Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT Oriflame Cabang Medan.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: “Sejauhmana Komunikasi Kelompok Kecil berpengaruh terhadap Motivasi Kerja Pegawai di PT Oriflame Cabang Medan?.
I.3 PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
(21)
2. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok kecil yang dilakukan di antara kelompok kerja yang ada di PT Oriflame Cabang Medan.
3. Objek penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap dan aktif yang tergabung dalam kelompok kerja di PT Oriflame Cabang Medan.
4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April-Mei 2011.
I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komunikasi kelompok kecil yang dilakukan oleh pegawai di PT Oriflame Cabang Medan
2. Untuk mengetahui motivasi kerja para pegawai di PT Oriflame Cabang Medan
3. Untuk mengetahui sejauhmana komunikasi kelompok kecil berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai di PT Oriflame Cabang Medan
I.4.2) Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya bagi Departemen Ilmu Komunikasi.
(22)
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.
I.5 KERANGKA TEORI
Setiap Penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,1995:39). Wilbur Scrhramn menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi dan daripadanya proposisi bila dihasilkan dan diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai prilaku ( dalam Effendi,2003:241).
Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah Komunikasi Organisasi, Format Interaksi Komunikasi Organisasi, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Kelompok Kecil, Motivasi dan Motivasi kerja.
I.5.1) Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam
(23)
komunikasi. Pentingnya komunikasi tidaklah dapat dipungkiri begitu juga dengan halnya organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi orrganisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, menurut Kohler (1981) para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (dalam Muhammad, 2007:1).
Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V. Hanney menyatakan : “ Organization consists of a number of people; it envolves
interpendence; interpendence calls for cordination; and coordination requires communication”. Atau dengan kata lain organisasi terdiri dari sejumlah orang; ia
melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan kordinasi; kordinasi mensyaratkan komunikasi ( dalam Effendy, 2003:146). Dalam berbagai literatur dapat dijumpai arti kordinasi, dimana disebutkan bahwa kordinasi bersumber pada perkataan bahasa Latin coordination yang berarti “kombinasi atau interaksi yang harmonis”. Interaksi yang harmonis diantara karyawan suatu organisasi, baik dalam hubungannya secara timbal balik, maupun secara horisontal diantara para karyawan secara timbal balik pula.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
(24)
kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program (dalam Muhammad, 2007:65)
Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Karena fokus disini adalah komunikasi di antara anggota suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem tersebut menyangkut pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara lusinan atau bahkan ratusan individu pada saat yang sama memiliki jenis-jenis hubungan berlainan yang menghubungkan mereka; yang pikiran, keputusan, dan perilakunya diatur oleh kebijakan-kebijakan, regulasi, dan “aturan-aturan”; yang mempunyai gaya berlainan dalam berkomunikasi, mengelola dan memimpin; yang dimotivasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang berbeda; yang berada pada tahap perkembangan berlainan dalam berbagai berbagai kelompok; yang mempersepsi iklim komunikasi berbeda; yang mempunyai tingkat kepuasan berbeda dan tingkat kecukupan informasi yang berbeda pula; yang lebih menyukai dan menggunakan jenis, bentuk, dan metode komunikasi yang berbeda dalam jaringan yang berbeda; yang mempunyai tingkat ketelitian pesan yang berlainan; dan yang menggunakan penggunaan tingkat materi dan energi yang berbeda untuk berkomunikasi efektif. Interaksi diantara semua faktor tersebut, dan mungkin lebih banyak lagi, yang disebut sistem komunikasi organisasi (Pace dan Don F, 2005 : 31 -32).
(25)
Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, penafsiran, dan penangganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Menurut Putnam (1983), bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai “suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah”. Dalam pandangan tersebut, menurut Farace, Mongel, dan Russel komunikasi tersebut yaitu lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integrasi, dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan ( dalam Pace dan Don F, 2005:34).
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan makro, mikro dan individual. Masing-masing dari pendekatan ini akan dijelaskan berikut ini: (Muhammad, 2007: 74-80)
1. Pendekatan makro, dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dlam berinterkasi ini organisasi melakukan aktivitas tetentu seperti memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.
2. Pendekatan mikro, pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim komunikasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.
3. Pendekatan Individual, pendekatan ini berpusat pada tingkah laku komunikasi individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada kedua pendekatan yang terdahulu akhirnya diselesaikan oleh komunikasi individual satu sama lainnya. Komunikasi individual ini ada beberapa bentuknya di antaranya berbicara dalam kelompok kerja,
(26)
mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan mengonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya.
Melalui pendekatan komunikasi organisasi, interaksi yang terjadi di dalam sebuah organisasi dapat dilhat. Maka komunikasi merupakan unsur penting bagi ekstensi organisasi khususnya dalam komunikasi kelompok antar anggota kelompok dalam membahas tugas kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
I.5.2) Format Interaksi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin bersifat formal, semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, komunikasi intrapribadi dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya (Vardiansyah, 2004:32-33).
Berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi organisasi, komunikasi tersebut dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu:
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi interpersonal yang efektif telah lama dikenal sebagai salah satu dasar untuk berhasilnya suatu organisasi. Karena itu adalah perlu bagi seorang pimpinan untuk mengetahui konsep-konsep dasar dari komunikasi agar dapat membantu dalam mengelola organisasi dengan efektif.
2. Komunikasi Kelompok Kecil
Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen
(27)
ini hilangindividu yang terikat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.
3. Komunikasi Publik
Yang dimaksud dengan komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara organisasi dan lingkungan eksternalnya dan di antara satu orang anggota organisasi dengan sejumlah besar anggota organisasi yang sama. Brooks menguraikan tipe komunikasi publik ini sebagai monological karena hanya seorang yang biasanya terlibat dalam mengirimkan pesan kepada publik (Muhammad, 2007: 159-197).
I.5.3) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005: 74). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Untuk memperoleh kejelasan mengenai pengertian kelompok ditinjau dari komunikasi baiklah terlebih dahulu dikalsifikasikan kelompok itu menjadi dua jenis, yakni kelompok kecil (small group, micro group) dan kelompok besar (large group, macro group). Perkataan kecil dan besar dalam pengertian itu bukan saja menunjukkan kecilnya atau besarnya jumlah orang yang bersama-sama berkumpul di suatu tempat, melainkan faktor psikologi yang mengikat mereka.
Menurut Robert F. Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis mendefenisikan kelompok kecil sebagai :
“Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan”.
(28)
Berdasarkan defenisi di atas sejumlah orang dalam situasi seperti itu harus berada dalam kesatuan psikologi dan interaksi.
Situasi dalam kelompok besar, misalnya sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang mendengarkan pidato berlainan dengan situasi dalam kelompok kecil. Mereka yang berkumpul di lapangan tadi bersifat crowd
oriented. Ditinjau dari ilmu komunikasi kontak pribadi antara orang yang sedang
pidato sebagai komunikator dan khalayak sebagai komunikan jauh lebih kurang dibandingkan demgan dalam situasi kelompok kecil. Anggota besar apabila memberikan tanggapan, sifatnya emosional. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang penting bagi kegiatan kelompok, apakah itu suatu pembicaraan tanpa akhir dalam rapat panitia, percakapan akrab antara dua teman, atau pertemuan keluarga untuk merencanakan liburan akhir minggu (Sears, 1985:109).
Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil (Goldberg, 1985: 6). Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat (dalam Wiryanto, 2005:56). Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
(29)
Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antarkomunikan. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga antarkelompok. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, sehingga teori komunikasi antarpribadi juga berlaku disini.
I.5.4) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) ialah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukan pesannya kepada benak atau fikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, rapat dsb. Oleh sebab itu logika sangat berperan penting, komunikan akan dapat menilai logis tindakannya uraian komunikator. Ciri komunikasi kelompok kecil antara lain prosesanya berlangsung secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular, umpan balik (feed back) terjadi secara verbal dan komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dan dapat menyanggah jika tidak setuju.
Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil antara lain, seperti telah disinggung di atas: rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat minggon) kuliah, ceramah, brifing, penataran, lokakarya, diskusi panel, forum, simposium, seminar, konferensi kongres, curah saran (brainstorming) dan lain-lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
(30)
komunikasi kelompok kecil, di antaranya adalah variabel yang berhubungan dengan input kelompok dan proses transformasi kelompok. Muhammad (2007:188-195) menyebutkan beberapa di antara faktor kunci tersebut sebagai berikut ini:
a. Peranan berdasarkan fungsi. Brune dan Sheats merinci tugas dalam komunikasi kelompok yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.
b. Kepemimpinan.
c. Jaringan dan ekologi kelompok.
d. Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan. e. Kepatuhan akan norma kelompok.
f. Konflik.
g. Besar kelompok.
I.5.5) Motivasi
Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Para ahli manajemen sepakat bahwa motivasi adalah serangkaian upaya untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dengan mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang membuat seseorang bergerak (Wahjono, 2009:79). Namun seseorang bergerak itu bergerak karena dua sebab yaitu kemampuan (ability) dan motivasi. Kemampuan dipengaruhi oleh kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan, dan pelatihan, serta dari gerak refleks secara biologis dan psikologi yang menjadi kodrat manusia. Lalu di mana letak motivasi itu. Menurut Landy dan Becker (dalam Wahjono, 2009:79) mempetakan dengan jelas letak motivasi di antara reflex dan kebiasaan seperti dalam gambar berikut:
(31)
Gambar 1
Motivasi dalam Rentang Tingkah Laku
Fokus dari teori motivasi
Sumber: Wahjono, 2010: hal.80
Oleh karena itu yang menggambarkan daerah perilaku manusia mana yang dipengaruhi atau diubah, sehingga daerah itulah yang difokuskan sebagai daerah pemotivasian. Menilik dari gambar diatas, sebenarnya daerah yang dapat dimotivasi adalah lebih luas daripada daerah refleks dan daerah kebiasaan. Ini menunjukkan begitu besarnya potensi pemotivasian.
I.5.6) Motivasi Kerja
Motivasi mempersoalkan bagaiman caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mampu bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mengwujudkan tujuan perusahaan. Motivasi kerja adalah dorongan yang muncul pada diri individu untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi (Danim, 2004:23). Senada dengan pernyataan Ernest J. McCormick (Mangkunegara, 2005:94) dalam hubungannya dengan lingkungan kerja mengemukakan bahwa “Work motivation is defined as conditions which influence
the arousal, direction and maintenance of behaviors relevant in work setting.
Yang artinya bahwa “Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”.
Refleks
Kebiasaan Dapat Dipengaruhi
(32)
Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai kebutuhan mereka. Untuk membicarakan kebutuhan-kebutuhan yang mempunyai kekuatan yang tinggi pada saat tertentu bagi seseorang. Abraham Maslow telah mengembangkan suatu konsep teori motivasi yang dikenal dengan hirarki kebutuhan (hierarchy of needs). Menurut Maslow, nampaknya ada semacam hirarki yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan manusia ini (Thoha, 1996:193).
Dalam proses pemenuhan kebutuhan, perilaku individu akan didominasi dan ditentukan oleh jenis kebutuhan yang belum terpenuhi. Perilaku pada dasarnya dimotivasi oleh suatu keinginan mrncapai tujuan. Kebutuhan yang telah terpenuhi akan berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi individu tersebut untuk mencari tujuan guna memenuhinya. Menurut Maslow, kebutuhan manusia dalam organisasi terdiri dari lima macam kebutuhan yang tingkatannya digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Hierarki Kebutuhan dari Maslow
(33)
Marihot Tua Efendi Hariandja (2005:325-327) secara lebih jelas mengemukakan mengenai kelima tingkat kebutuhan tersebut, yaitu:
1. Kebutuhan fisik (physiological needs). Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan diri sebagai makhluk hidup, seperti kebutuhan untuk makanan, minuman, pakaian, seks, dan lain-lain. Karena ini merupakan kebutuhan biologis, maka kebutuhan ini akan didahulukan pemenuhannya oleh manusia, dimana bila ini belum terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan ini berkaiatan dengan kebutuhan rasa aman dari ancaman-ancaman dari luar yang mungkin terjadi seperti keamanan dari ancaman orang lain, ancaman alam, atau ancaman bahwa suatu saat tidak dapat bekerja karena faktor usia atau faktor lainnya. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan pertama terpenuhi.
3. Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain, dicintai orang lain, dan menciantai orang lain. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan tingkat pertama dan kedua terpenuhi. Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan seseorang untuk menjadi bagian atau anggota dari kelompok tertentu, keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, dan keinginan membantu orang lain.
4. Kebutuhan pengakuan (esteem needs). Kebutuhan yang berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari orang lain (masyarakat), tetapi lebih jauh dari itu, yaitu diakui/dihormati/dihargai oleh orang lain karena kemampuannya atau kekuatannya. Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan untuk mengembangkan diri, meningkatkan kemandirian dan kebebasan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan yang berhubungan dngan aktualisasi/penyaluran diri dalam arti kemampuan/minat/potensi diri dalam bentuk nyata dalam kehidupannya merupakan kebutuhan tingkat tertinggi dari teori Maslow. Hal ini ditandai dengan hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginannya.
Selain itu Maslow tidak bermaksud, bahwa hierarki kebutuhannya itu secara langsung diterapkan dalam motivasi kerja. Pada kenyataannya dia tidak menggali aspek-aspek motivasi manusia dalam suatu organisasi, sampai pada sekitar 20 tahun setelah dia menyampaikan teori aslinya itu Douglas McGregor dalam bukunya The Human Side of Enterprise mencoba mempopulerkan teori Maslow dalam literature manajemen. Mulai saat itu hierarki kebutuhan mempunyai dampak yang menakjubkan terhadap pedekatan manajemen modern
(34)
Aktualisasi Diri
Penghargaan misalnya: status, titel, simbol-simbol, promosi, perjamuan
dan sebagainya
Sosial atau afiliasi misalnya: kelompok formal atau informal, menjadi ketua yayasan, ketua organisasi
olahraga dan sebagainya.
Keamanan misalnya: jaminan masa pensiun, santunan
kecelakaan, jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya.
Fisik misalnya: gaji, upah tunjangan, honorarium, bantuan pakaian, sewa perumahan, uang transport dan lain-lain.
mengenai motivasi ini (Thoha, 1996:199). Dengan demikian hierarki kebutuhan dari Maslow dapat diubah kedalam tatanan model motivasi kerja seperti yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3
Hierarki Motivasi Kerja
Sumber : Miftah Thoha. Prilaku Organisasi. 1993. hlm.200.
Melalui teori ’piramida kebutuhan manusia’, Maslow berasumsi bahwa motivasi manusia itu tumbuh dari kebutuhan manusia dan kebutuhan itu mempunyai tingkatan mulai dari kebutuhan paling dasar samapai kepada kebutuhan yang paling tinggi. Susunan kebutuhan itu ibarat sebuah piramida. Setiap orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut muali dari tingkat dasar, setelah dia puas maka manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat berikut. Maslow menyebutkan kebutuhan-kebutuhan manusia itu sebagai basic needs yang tersusun sebagai berikut: (Liliweri, 2004:199-201).
(35)
Tahap-1 Kebutuhan fisiologi. Pada level pertama ditunjukkan bahwa secara umum manusia ingin mempertahankan kehidupannya (sustenance), dan untuk mempertahankan kehidupan itu manusia berusaha agar kebutuhan fisiologi (makan, minum, pakaian, dan rumah, udara dan seks/reproduksi) harus dapat di penuhi. Bagaimana organisasi melihat kebutuhan manusia itu sebagai maslah karyawan? Bagaimana usaha organisasi untuk memenuhi kebutuhan dasar itu? Organisasi dapat meningkatkan pendapatan, gaji, honorarium, memberi kredit perumahan dan kendaraan bermotor, membuka koperasi simpan pinjam, dan lain-lain. Menurut perkiraan Maslow dalam Thoha (1996:200), kebutuhan dihirarki paling bawah pada umumnya para pegawai dapat memenuhi dengan kepuasan di sekitar 85%.
Tahap-2 Kebutuhan rasa aman. Pada kebutuhan fisiologi pada level pertama di atas sudah dipenuhi maka manusia berusaha untuk mendapatkan kebutuhan tingkat berikutnya yaitu rasa aman dan kehidupan yang stabil. Yang dimaksudkan dengan security needs adalah kebutuhan rasa aman, manusia merasa dan ingin bebas dari gangguan fisik maupun gangguan emosi orang lain. Manusia ingin agar dia merasa aman tidak hanya di tempat tinggalnya tetapi juga di akantor tempat ia bekerja. Organisasi harus dapat memberikan jaminan keamanan misalnya menyediakan tempat kerja di kantor yang aman sehingga dia tidak merasa terganggu dari lingkungan fisik atau ancaman dari teman-teman sekerja maupun pihak luar. Contoh lain, demi kepentingan rasa aman di hari tua maka organisasi merencanakan pensiunan bagi karyawan. Maslow meperkirakan orang dewasa menghendaki keamanan dan kestabilan.
Tahap-3 Kebutuhan sosial. Pada level ketiga manusia membutuhkan kasih sayang, manusia merasa kalau dia merupakan mulik masyarakat atau lingkungan sosial, manusia juga ingin agar dirinya diterima dan dijadikan sebagai sahabat oleh lingkungan maupun organisasi. Organisasi dapat mefasilitasi kebutuhan itu dengan membentuk tim kerja lintas unit kerja, tim olahraga, merancang pertemuan-pertemuan bersama baik formal maupun informal, merayakan hari-hari beasar nasioanal maupun keagamaan secara bersama-sama. Maslow memperkirakan 50% orang dewasa menghendaki agar kebutuhan sosial mereka dapat dipenuhi oleh masyarakat maupun organisasi.
Tahap-4 Kebutuhan harga diri. Pada tahap keempat manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain terhadap dirinya, kita sebut kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Memberikan penghargaan kepada orang lain dapat dilakukan melalui pengakuan atas status yang dia miliki. Dalam oragnisasi untuk menghargai harga diri para karyawan maka perlu ditetapkan status yakni posisi atau kedudukan seseorang dalam struktur organisasi. Organisasi juga dapat memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, atau mempercayakan seseorang untuk memangku sebuah jabatan tertentu. Itulah status yang diberikan oleh organisasi, dan jika perlu status itu lengkap dengan sebutan untuk jabatan tertentu (direktur, kepala, ketua, supervisors, deputi, dan lain-lain). Maslow memperkirakan 40% orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain terhadap harkat dan martabat dirinya.
Tahap-5 Kebutuhan aktualisasi diri. Pada puncak piramida ada kebutuhan aktualisasi diri di mana setiap orang ingin agar masyarakat atau organisasi melibatkan dia secara penuh, termasuk memberikan kepercayaan kepada mereka untuk melaksanakan tugas dan fungsi tertentu. Dengan pelaksanaan tugas dan
(36)
fungsi itu maka setiap orang akan mengaktualisasi dirinya kepada orang lain. Maslow memperkirakan 10% orang dewasa akan mengatakan bahwa mereka membutuhkan proses atau aktivitas untuk mengaktualiasikan dirinya kepada masyarakat atau organisasi.
I.6 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40). Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang akan diteliti, yaitu :
1. Variabel Bebas ( X )
Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Kelompok Kecil.
2. Variabel Terikat ( Y )
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja.
3. Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan sebagainya.
(37)
Variabel Terikat (Y) Motivasi Kerja
I.7 MODEL TEORITIS
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Gambar 4 Model Teoritis
I.8 OPERASIONAL VARIABEL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) Komunikasi Kelompok
(38)
Tabel 1
Operasional Variabel
No Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (X)
Komunikasi Kelompok Kecil
a. Pertemuan ramah tamah b. Personaliti kelompok c. Kekompakan
d. Komitmen terhadap tugas e. Besar kelompok
f. Norma kelompok
g. Saling tergantung satu sama lain
2. Variabel Terikat (Y)
Motivasi Kerja Karyawan
a. Kebutuhan fisik b. Kebutuhan rasa aman c. Kebutuhan sosial d. Kebutuhan harga diri e. Kebutuhan aktualisasi diri 3.
Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin b. Usia
c. Lama Bekerja d. Pendidikan
(39)
I.9 DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL
Defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2001:46). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Kelompok Kecil, terdiri dari :
a. Mempermudah pertemuan ramah tamah, yaitu menunjukkan bahwa bila orang bersama-sama mereka cenderung untuk berlomba.
b. Personaliti kelompok adalah bila sekelompok orang datang bersama maka mereka membentuk identitas sendiri yang menjadikan personaliti kelompok.
c. Kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan keinginan mereka untuk bersatu.
d. Komitmen terhadap tugas. Aktivitas individu lainnya dalam kelompok yang dekat hubungannya dengan komitmen adalah motivasi.
e. Besarnya kelompok kelihatannya cukup sederhana tapi besarnya kelompok itu mempunyai beberapa pencabangan penting dalam kelompok.
f. Norma kelompok, adalah aturan dan pedoman yang digunakan oleh sekelompok itu sendiri, maupun beberapa faktor eksternal di luar kelompok.
g. Saling bergantung satu sama lain. Yang paling penting adalah anggota kelompok tergantung satu sama lain untuk beberapa tingkatan tertentu, dan paling kurang pada seorang lainnya.
(40)
2. Motivasi Kerja, terdiri :
a. Kebutuhan fisiologi : Pada level pertama ditunjukkan bahwa secara umum manusia ingin mempertahankan kehidupannya (sustenance), dan untuk mempertahankan kehidupan itu manusia berusaha agar kebutuhan fisiologi (makan, minum, pakaian, dan rumah, udara dan seks/reproduksi) harus dapat di penuhi. Misalnya: meningkatkan pendapatan, gaji, honorarium, memberi kredit perumahan dan kendaraan bermotor, membuka koperasi simpan pinjam, dan lain-lain. b. Kebutuhan rasa aman: manusia merasa dan ingin bebas dari gangguan
fisik maupun gangguan emosi orang lain. Misalnya menyediakan tempat kerja di kantor yang aman dan jaminan pensiunan.
c. Kebutuhan sosial : manusia membutuhkan kasih sayang, manusia merasa kalau dia merupakan milik masyarakat atau lingkungan sosial, manusia juga ingin agar dirinya diterima dan dijadikan sebagai sahabat oleh lingkungan maupun organisasi. Misalnya: kebutuhan itu dengan membentuk tim kerja lintas unit kerja, tim olahraga, merancang pertemuan-pertemuan bersama baik formal maupun informal, merayakan hari-hari beasar nasioanal maupun keagamaan secara bersama-sama.
d. Kebutuhan harga diri : manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain terhadap dirinya, kita sebut kebutuhan akan harga diri (esteem
needs). Misalnya: sebuah posisi jabatan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri : di mana setiap orang ingin agar masyarakat atau organisasi melibatkan dia secara penuh, termasuk
(41)
memberikan kepercayaan kepada mereka untuk melaksanakan tugas dan fungsi tertentu.
3. Karakteristik Responden terdiri dari :
a. Jenis Kelamin : laki-laki atau perempuan.
b. Usia : umur responden.
c. Pendidikan : latar belakang tingkatan sekolah terakhir responden. d. Lama berkerja : sudah berapa lama responden bekerja.
I.10 HIPOTESIS
Hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan. Menurut pendapat Champion (Kriyantono, 2007:28) hipotesis dapat dikatakan sebagai “statement of theory in testable
form”, atau “tentative statement about reality”. Dapat disimpulkan bahwa
hipotesis pernyataan yang menjembatani teori. Perumusan hipotesis berguna memfokuskan masalah; mengidentifikasikan data-data yang relevan yang dikumpulkan.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
0
H : Tidak terdapat pengaruh antara Komunikasi Kelompok Kecil dengan
Motivasi Kerja karyawan PT. Oriflame Cabang Medan.
a
H : Terdapat pengaruh antara Komunikasi Kelompok Kecil dengan
(42)
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 KOMUNIKASI ORGANISASI
Manusia merupakan makhluk sosial karena mereka hidup bersama-sama di dalam atau ditengah-tengah suatu masyarakat. Manusia hanya bisa bertahan hidup dalam masyarakat jika mereka menjalani kehidupan sebagai sebuah aktivitas interaksi dan kerjasama yang dinamis dalam suatu jaringan kedudukan dan perilaku. Aktivitas interaksi dan kerjasama itu terus berkembang secara teratur sehingga terbentuklah wadah yang menjadi tempat manusia berkumpul yang disebut organisasi (sosial).
Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai difrensiasi peranan, atau kelompok yang sepakat untuk mematuhi seperangkat norma-norma. Kata Pauce dan Faules (dalam Liliweri, 2004:1) istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, tyang teramati dan perilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologi atau psikoogi mereka sebagai individu.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pentingnya komunikasi tidaklah dapat dipungkiri begitu juga dengan halnya organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Di dalam sebuah organisasi, komunikasi merupakan
(43)
aktivitas yang menghubungkan antarmanusia dan antarkelompok dalam organisasi tersebut.
Di dalam organisasi (baik itu organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis), komunikasi ibarat aliran darah kehidupan, Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya. Oleh karena itu komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (baik itu organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis).
Komunikasi organisai sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberikan perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan organisasi, baik organisasi kormersial seperti lembaga bisnis dan industri maupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi, komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi (Mulyana, 2005 : 25). Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun juga, setidak- tidaknya ada satu orang yang
(44)
menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan pesan (Pace dan Don F, 2005:31).
Defenisi tradisional komunikasi organisasi cenderung menekankan komunikasi sebagai kegiatan penanganan pertukaran pesan yang tergantung “dalam” atau “untuk” menunjukkan batas-batas organisasional (organizational
boundry) dari sebuah struktur organisasi. Mengapa? Karena dalam batas-batas itu
terlihat hubungan antamanusia, manusia yang ditempatkan sebagai pemroses informasi, pemroses pesan, penafsir dan malah bertindak berdasarkan informasi. Jadi komunikasi di sini menekankan pada metode dan teknik yang memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan lingkungan organisasi (Liliweri, 2004:59-60).
Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:
1) Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.
2) Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yamg telah ditetapkan.
3) Melakukkan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.
4) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk member kontribusi.
(45)
II.1.1) Komunikasi Organisasi Internal
Komunikasi Internal yang berkaitan dengan organisasi didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai :
“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure
(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management)” (Effendy, 2003:122).
(Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
Organisasi sebagai kerangka kekaryaan (frame work) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai manajer dan administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Ia membuat kelompok-kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Dan jumlah kelompok serta besarnya kelompok tergantung pada besar kecilnya organisasi.
(46)
II.1.2) Jaringan Komunikasi Formal
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan, pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua orang, 3 atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dan jaringan itupun juga akan berbeda-beda (Muhammad, 2007:102).
Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu (Muhammad, 2007:108):
a) “Downward communication” atau komunikasi kepada bawahan. b) “Upward communication” atau komunikasi kepada atasan. c) “Horizontal communication” atau komunikasi horizontal.
a) Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan
(47)
tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2007:108).
Secara umum, Muhammad (2007:108-109) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu :
1) Instruksi Tugas
Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan itu bervariasi bisa berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya. 2) Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksamaka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan mengganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.
3) Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan raisonal. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan-pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4) Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan intruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.
(48)
5) Balikan
Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaanya karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut turut. Yang perlu diperhatikan oleh juga ketika pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah, pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
Katz dan Kahn (1966) menambahkan, ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan kepada bawahan yaitu :
1) Informasi bagaimana melakukan pekerjaan
2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3) Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi 4) Informasi mengenai kinerja pegawai, dan
5) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Pace dan Don F, 2005:185) :
Menurut Liliweri (2004:86) dalam hal informasi yang dikomunikasikan ke bawah ada beberapa hal masalah yang harus diperhatikan kebawah antara lain yaitu :
1) Kekurangsadaran beberapa manajer tidak tahu persis tentang tipe komunikasi atas-bawah itu lalu memberikan instruksi secara alamiah saja, banyak fungsi tidak dijelaskan dengan rinci, umpan balik yang tidak dikehendaki terjadi namun acapkali didiamkan saja.
2) Pesan yang tidak lengkap dan tidak jelas.
3) Kelebihan pesan sehingga membuat orang bingung.
4) Transmisi serial, pesan melewati banyak bagian yang tidak memiliki persepsi yang sama terhadap pesan.
(49)
Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesanyang efektif. Davis (1976) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:
1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya.
2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. Pimpinan hendaklah membantu karyawan merasakan bahwa diberi informasi.
3) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga, karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.
4) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan diperlukan antara bawahan dan atasan (Muhammad, 2007:112).
b) Komunikasi ke Atas
Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi pembaharuan.
Pentingnya komunikasi ke atas disebabkan beberapa alasan, menurut Sharma (1979) aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembaharuan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. Sedangkan menurut Planty dan Machaver (1952) komunikasi ke atas menambahkan apresiasi dan loyalitas kepada
(50)
organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Pace dan Don F, 2005: 190).
Menurut Pace (1989) komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu, fungsinya sebagai berikut:
1) Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
2) Arus komunikasi ke atas memberi informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.
3) Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
4) Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorongdesas desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
5) Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dimaksudkan dari arus informasi yang ke bawah.
6) Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi (Muhammad, 2007:117).
Smith (1986), mengatakan komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan departemennya atau organisasinya (Muhammad, 2007:117).
Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:
1) Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.
2) Menjelaskan maslah-maslah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.
(51)
3) Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.
4) Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi (Muhammad, 2007:118). Adapun hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan
pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan supervisornya.
2) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.
3) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Seringkali supervisor pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.
4) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Supervisors terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk mendengarkan atau karyawan susah menemuinya (dalam Muhammad, 2007:118).
Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyaakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan. Disamping sulitnya mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaikan itupun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Muhammad (2007:119) menyebutkan di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
(52)
1) Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya.
2) Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat komunikasi yang bersifat negatif.
3) Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru.
4) Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.
5) Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.
Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya yang sama berkerja dan mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi perlu memprogramnya.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa komunikasi k etas ini penting untuk pembuatan keputusan maka agar komunikasi ini berjalan lancer dan memberikan informasi seperti yang diharapkan mak perlu diprogramkan secara khusus. Untuk menyusun program ini ada prinsip-prinsip yang perlu dipedomani oleh pimpinan. Prinsip-prinsip tersebut menurut Planty dan Mchaver (Pace, 1989) adalah sebagai berikut:
1) Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. 2) Program komunikasi ke atas berlangsung terus menerus. 3) Program ke atas yang efektif menggunakan saluran yang rutin.
4) Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan dan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah. 5) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang
obejektif.
6) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tindakan berespons terhadap masalah.
7) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam-macam media dan metode untuk memajukan arus informasi (Muhammad, 2007:120-121).
(1)
16. Menurut Anda, apakah jumlah anggota kelompok dalam melaksanakan pekerjaan Anda sudah efektif?
1. Tidak efektif 3. Efektif
2. Kurang efektif 4. Sangat efektif
17. Menurut Anda, apakah pembagian kelompok kerja di PT Oriflame Cabang Medan sudah sesuai?
1. Tidak sesuai 3. Sesuai
2. Kurang sesuai 4. Sangat sesuai
18. Selama ini, apakah Anda dan rekan kerja Anda saling tergantung dalam menyelesaikan pekerjaan peusahaan?
1. Tidak tergantung 3. Tergantung
2. Kurang tergantung 4. Sangat tergantung
19. Apakah Anda merasa puas dalam hubungan kerja dengan rekan kerja selama ini?
1. Tidak puas 3. Puas
2. Kurang puas 4. Sangat puas
III.Motivasi Kerja (Variabel Y)
20. Apakah Anda merasa tertarik dengan pekerjaan yang Anda geluti saat ini? 1. Tidak tertarik 3. Tertarik
2. Kurang tertarik 4. Sangat tertarik
21. Apakah posisi jabatan saat ini sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan Anda?
1. Tidak sesuai 3. Sesuai
(2)
22. Apakah Anda merasa memperoleh imbalan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan Anda?
1. Tidak sesuai 3. Sesuai
2. Kurang sesuai 4. Sangat sesuai
23. Menurut Anda, bagaimana iklim kerja di PT Oriflame Cabang Medan? 1. Tidak menyenangkan 3. Menyenangkan
2. Kurang menyenangkan 4. Sangat menyenangkan
24. Dalam bekerja, apakah Anda merasa aman dalam artian bebas dari ketakutan akan adanya pemutusan hubungan kerja?
1. Tidak aman 3. Aman
2. Kurang aman 4. Sangat aman
25. Dalam bekerja, apakah pimpinan Anda mampu menciptakan lingkungan atau suasana kerja yang baik dan harmonis?
1. Tidak mampu 3.Mampu
2. Kurang mampu 4.Sangat mampu
26. Menurut Anda, apakah kelompok Anda menghargai hasil kerja Anda?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Jarang 4. Sangat sering
27. Dalam membuat kebijakan/keputusan dalam kelompok, apakah Anda dilibatkan?
1. Tidak pernah 3. Sering
(3)
28. Menurut Anda, apakah perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi karyawan untuk pengembangan karir?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Jarang 4. Sangat sering
29.Untuk mendorong motivasi kerja, apakah perusahaan memberikan tambahan gaji atau bonus kepada karyawan yang berprestasi?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Jarang 4. Sangat sering 31
30. Untuk memotivasi karyawan, menurut Anda apakah efektif pemberian promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi?
1. Tidakt efektif 3. Efektif
2. Kurang efektif 4. Sangat efektif 32
31. Untuk mengembangkan potensi dan keterampilan karyawan, apakah perusahaan memberikan pelatihan dan pengembangan diri?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Jarang 4. Sangat sering
33
32. Menurut Anda, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh PT Oriflame Cabang Medan agar dapat menciptakan motivasi kerja yang tinggi bagi karyawannya?
………...……… ………..……… ……… ………
(4)
Tabel Data Mentah Kegiatan Komunikasi Kelompok Kecil (X) dan Motivasi Kerja (Y)
No Responden
Komunikasi Kelompok
Kecil (X)
Motivasi Kerja (Y)
0 1 46 26
0 2 56 40
0 3 57 43
0 4 53 38
0 5 53 41
0 6 46 30
0 7 49 37
0 8 52 38
0 9 47 35
1 0 48 35
1 1 48 32
1 2 51 36
1 3 50 36
1 4 50 27
1 5 53 35
1 6 36 31
1 7 50 33
1 8 51 40
1 9 48 37
2 0 50 37
2 1 53 43
2 2 52 28
2 3 42 31
2 4 48 36
(5)
BIODATA PENELITI
Nama : Hera Sundari
Tempat, Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 23 Agustus 1989
NIM : 070904040
Departemen : Ilmu Komunikasi
Alamat : Jl. Maharani III No.08 Komplek PDK, Rengas Pulau, Medan Marelan, 20255
Pendidikan : TK Malikul Saleh, Lhokseumawe
SD Negeri 064970 Medan Denai
SMP Negeri 20 Medan
SMA Negeri 3 Medan
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 2007 Nama Orangtua :
1. Ayah : Hendra Pranoto 2. Ibu : Sulastri
Anak ke- : Pertama dari tiga bersaudara Nama Saudara : 1. Hery Pramono
(6)
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Telp. (061) 8217168LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA : Hera Sundari
NIM : 070904040
PEMBIMBING : Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NO. TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF
PEMBIMBING 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 Pengajuan Judul Revisi Proposal ACC seminar Seminar
Revisi BAB I dan pengajuan BAB II dan II
Revisi BAB I,II, dan III ACC BAB I,II, dan III dan pengajuan
kuesioner
Revisi kuesioner ACC kuesioner
Pengajuan BAB IV dan V dan skripsi utuh Revisi skripsi utuh ACC Srkripsi dan sidang
27 Januari 2011
03 Maret 2011 10 Maret 2011 07 Maret 2011 14 Mei 2011
20 Mei 2011 26 Mei 2011
6 Juni 2011 7 Juni 2011 14 Juni 2011
15 Juni 2011 17 Juni 2011