Komunikasi Kelompok Dan Motivasi Pengembangan Diri (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Motivasi Pengembangan Diri pada Member MLM CNI di PO DC-369 Kota Pematang Siantar)

(1)

KOMUNIKASI KELOMPOK DAN MOTIVASI PENGEMBANGAN DIRI (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap

Motivasi Pengembangan Diri pada Member MLM CNI di PO DC-369 Kota Pematang Siantar)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

SABRIYAH GHASSIY DWI PUTRI HADRA NIM : 060904023

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri (studi korelasional tentang pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas komunikasi kelompok dalam perusahaan MLM CNI, mengetahui tanggapan responden terhadap perusahaan MLM CNI, bentuk-bentuk motivasi pengembangan diri Upline dan Downline kota Pematang Siantar dan untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

Metode yang digunakan dalam penelitin iniadalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

Populasi dalam penelitian ini adalah member tetap MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar, baik upline maupun downlinenya yang masih aktip mengikuti kegiatan pelatihan dan motivating day tahun 2010. Oleh karena jumlah populasi pada penelitian ini adalah 45 orang atau kurang dari 100 orang, seluruh populasi dijadikan sampel. Dengan begitu teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah total sampling.

Teknik penarikan data yang digunakan dalam penlitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research) Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anaalisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 15. Dari hasil penlitian ini diperoleh rs sebesar 0,778. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat, tinggi antara komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri member MLM CNI kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 15 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan uji determinan korelasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, Sang Pencipta langit dan Bumi, dari pada-Nyalah segala khidmat dan pengetahuan yang ada di atas bumi ini, yang apabila air laut dijadikan tinta, tak dapat menuliskan semua Nikmat-Nya, yang apabila helai-helai daun dijadikan kertas, tidak terhitung banyaknya untuk menuliskan kebesaran-Nya sehingga peneliti akhirnya mampu menyelesaikan tulisan sederhana ini.

Segala Puji bagi Nabi Besar Muhammad SAW, atas ajaran agama yang diwariskannya, sehingga peneliti bisa menikmati dan menjalankan serta mengamalkan ajaran agamanya.

Rasa terimakasih yang tak terhingga juga peneliti tujukan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Haji Abdul Hadi Pili dan Hajjah Syahrani Harahap, untuk segala doa dan nasehat serta dorongan moril dan materil yang selalu menyertai peneliti,untuk senyuman, kasih sayang dan perhatian yang LUAR BIASA, yang diberikan selama peneliti mengerjakan skripsi ini. Terimakasih untuk seluruh keluarga besar Hadra, atas semangat dan dukungan kepada peneliti.

Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, nasehat,


(4)

serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimkasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Badaruddin, Msi.

2. Bapak Pembantu Dekan I, Drs. Zakaria M,SP.

3. Ibu Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

4. Ibu Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Dra. Dayana, Msi. 5. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, nasehat, bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan tulisan ini.

6. Kak Yovita Sabarina S.sos, M.si selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi kepada peneliti agar terus semangat dan dengan segera menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Tan Peng Kwan dan Bang Erwin Tanadi Pimpinan PO DC BK 369 kota Pematang Siantar, terimakasih banyak atas kesempatan dan bantuan yang peneliti peroleh dalam menyelesaikan tulisan ini.

8. Seluruh Upline dan Downline di PO DC BK 369 yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti mengisi kuesioner, memberikan semangat, memberikan pengetahuan baru. Terimakasih untuk waktunya.

9. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen FISIP USU pada umumnya, yang selama ini telah membagikan ilmunya kepada peneliti.


(5)

10. Kak Ros, Kak Icut dan Kak Maya yang banyak membantu peneliti dalam segala urusan perkuliahan dan dalam urusan penyelesaian skripsi ini, terimakasih banyak untuk bantuan dan informasinya.

11. Untuk Mira Eka Putri Hadra, terimakasih kak untuk doa, masukan, semangat, menjadi teman curhat peneliti selama peneliti mengerjakan skripsi ini.

12. Untuk Furqan Putra Hadra, Haris Muda Putra Hadra, Khofifah Putri Hadra dan Rizky Ramadhan Putra Hadra, terimakasih untuk doa-doa dan semangat dari kalian dek..kakak sayang kalian.

13. Untuk Elvira Sari dan Muhammad Arif Fadhli, terimakasih yang tak terhingga atas perhatiannya, atas waktu luangnya mendengarkan segala keluh kesah peneliti, terimakasih untuk segala nasehat dan petuah-petuahnya. Semoga Allah membalas kebaikan dan ketulusan hati kalian.

14. Untuk Umi Sofyani Bayazid, terimakasih untuk rumah Umi, yang memberikan kenyaman baru untuk peneliti, terimakasih untuk perhatian dan kasih sayang Umi, untuk semangat dan doa-doa Umi.

15. Untuk kak Husna Bayazid, terimakasih kak atas semangatnya. Untuk Nura Bayazid, Dini Bayazid, Zacky Bayazid, Taufik, Yeni dan Kak Dian , terimakasih telah menerima peneliti sebagai keluarga baru.

16. Untuk Omar Shaddiq Bayazid, terimakasih untuk motivasi, semangat, doa-doa, harapan-harapan, kasih sayang dan bersedia menjadi pendengar yang baik.

17. Untuk sahabat-sahabat peneliti: Wulan “Maek”, Pandu, Deya, Dini, Dedek, Yola, Fivah, Rahmad, Dimas, Sari, Erina Utami, Fika Bebek, Suji, Arba, dan


(6)

Flicka Zone atas semangat dan dorongan serta waktu bersama yang kalian berikan. Semoga Allah membalas ketulusan hati kalian.

18. Terimakasih untuk teman-teman terbaik yang peneliti kenal selama perkuliahan di FISIP USU.

19. Terimakasih untuk Santi, Wak ijum, yang telah menyiapkan pakaian, makanan dan memberikan semangat kepada peneliti.

20. Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu peneliti selama penulisan skripsi ini, yang tidak disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Medan, 09 September 2011 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Hal

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.5.1 Komunikasi ... 9

1.5.2 Komunikasi Kelompok ... 10

1.5.3 Teori Perbandingan Sosial ... 13

1.5.4 Motivasi Pengembangan Diri ... 14

1.6 Kerangka Konsep ... 16

1.7 Model Teoritis ... 18

1.8 Variabel Operasional ... 18

1.9 Defenisi Operasional ... 19

1.10 Hipotesis ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS ... 22

II.1 Komunikasi ... 22

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 22

II.1.2 Proses Komunikasi ... 25

II.1.3 Unsur-unsur Komunikasi ... 26


(8)

II.1.5 Tujuan Komunikasi ... 28

II.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi ... 29

II.2 Komunikasi Kelompok ... 32

II.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 32

II.2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok ... 35

II.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 37

II.2.4 Karakteristik Komunikasi Kelompok ... 40

II.3 Teori Perbandingan Sosial ... 41

II.4 Motivasi Pengembangan Diri ... 44

II.4.1 Makna Motivasi Dalam Pengembangan Diri ... 44

II.4.2 Latar Belakang Diperlukannya Pengembangan Diri .... 46

II.4.3 Manfaat Mempelajari Pengembangan Dari ... 48

II.4.4 Konsepsi Pengembangan Diri ... 53

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 55

III.1 Metode Penelitian ... 55

III.2 Lokasi Penelitian ... 55

III.3 Populasi dan Sampel ... 55

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56

III.5 Teknik Analisis Data ... 57

III.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 59

III.6.1 Tahap Awal ... 59

III.6.2 Pengumpulan Data ... 59

III.7 Proses Pengolahan Data ... 60

III.7.1 Penomoran Kuesioner ... 60

III.7.2 Editing ... 60

III.7.3 Coding ... 61

III.7.4 Inventarisasi Tabel ... 61


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 62

IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

IV.1.1 Sejarah dan Perkembangan CNI ... 62

IV.1.2 CNI Point Operator Distribution Center 369 kota Pematang Siantar ... 67

IV.2 Analisis Data Tabel Tunggal ... 69

VI.3. Analisis Data Tabel Silang ... 89

VI.4 Pengujian Hipotesis ... 104

VI.5 Pembahasan ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

V.1 Kesimpulan ... 108

V.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.8. Variabel Operasional ... 19

Tabel 4.1. Usia ... 69

Tabel 4.2. Jenis Kelamin ... 70

Tabel 4.3. Pendidikan ... 70

Tabel 4.4. Jenjang Karier ... 70

Tabel 4.5. Lamanya Menjadi Anggota ... 71

Tabel 4.6. Pertukaran Pesan antara member MLM CNI (verbal/non verbal) ... 72

Tabel 4.7. Manfaat Pertukaran Informasi member untuk pengembangan diri ... 73

Tabel 4.8. Tingkat Keseringan Komunikasi Tatap Muka ... 74

Tabel 4.9. Waktu untuk informasi pengembang diri antar member ... 75

Tabel 4.10. Efektifitas penentuan waktu dalam pertukaran pesan ... 76

Tabel 4.11. Keikutsertaan dalam kegiatan kelompok ... 76

Tabel 4.12 Keikutsertaan memikirkan Ide-Ide ... 77

Tabel 4.13 Tujuan dan Target komunikasi kelompok ... 78

Tabel 4.14. Motivasi komunikasi kelompok untuk mencapai tujuan dan target ... 79

Tabel 4.15. Pengembangan Potensi Diri Pada Komunikasi Kelompok ... 80

Tabel 4.16. Keterlibatan Dalam Komunikasi Kelompok Dapat Mengembangkan Pengetahuan ... 81

Tabel 4.17. Keinginan untuk mengetahui produk MLM CNI ... 82

Tabel 4.18. Keinginan untuk mengetahui konsumen MLM CNI ... 83

Tabel 4.19. Keikutsertaan dan keterlibatan member untuk mengembangkan diri ... 84

Tabel 4.20. Keterampilan komunikasi kelompok ... 85

Tabel 4.21. Keterampilan komunikasi kelompok dalam penjualan produk ... 86

Tabel 4.22. Keikutsertaan kelompok mengembangkan kemampuan anggota ... 86

Tabel 4.23. Komunikasi kelompok dapat membantu dalam mengembangkan ... 87

Tabel 4.24. Kemampuan member dalam memberikan inspirasi untuk mengembangkan diri ... 88

Tabel 4.25. Komunikasi kelompok membantu member untuk mengembangkan kemampuan menjual produk ... 89

Tabel 4.26 Hubungan antara Keikutsertaan dalam kegiatan kelompok Terhadap Keterlibatan dalam komunikasi kelompok dapat mengembangkan pengetahuan ... 91

Tabel 4.27 Hubungan antara Manfaat Pertukaran Informasi member untuk pengembangan diri terhadap keterampilan komunikasi kelompok ... 93


(11)

Tabel 4.28 Hubungan Tujuan dan Target komunikasi kelompok terhadap keterampilan komunikasi kelompok dalam penjualan produk ... 95 Tabel 4.29 Hubungan Keikutsertaan memikirkan Ide-Ide terhadap

keinginan untuk mengetahui produk MLM CNI ... 96 Tabel 4.30 Hubungan pengembangan potensi diri pada komunikasi

kelompok terhadap komunikasi kelompok dapat membantu dalam mengembangkan jaringan ... 98 Tabel 4.31 Hubungan Efektifitas waktu dalam pertukaran pesan

terhadap keikutsetaan dalam kelompok mampu mendorong

member dalam mengembangkan kemampuan ... 100 Tabel 4.32. Hubungan Tingkat Keseringan Komunikasi Tatap Muka

terhadap kemampuan member dalam memberikan inspirasi

untuk mengembangkan diri ... 102 Tabel VI.4.1 Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri (studi korelasional tentang pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas komunikasi kelompok dalam perusahaan MLM CNI, mengetahui tanggapan responden terhadap perusahaan MLM CNI, bentuk-bentuk motivasi pengembangan diri Upline dan Downline kota Pematang Siantar dan untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

Metode yang digunakan dalam penelitin iniadalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

Populasi dalam penelitian ini adalah member tetap MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar, baik upline maupun downlinenya yang masih aktip mengikuti kegiatan pelatihan dan motivating day tahun 2010. Oleh karena jumlah populasi pada penelitian ini adalah 45 orang atau kurang dari 100 orang, seluruh populasi dijadikan sampel. Dengan begitu teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah total sampling.

Teknik penarikan data yang digunakan dalam penlitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research) Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anaalisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 15. Dari hasil penlitian ini diperoleh rs sebesar 0,778. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat, tinggi antara komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri member MLM CNI kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 15 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan uji determinan korelasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Oleh karena sifatnya ini, maka mereka secara alamiah akan membentuk kelompok-kelompok yang akan berpengaruh dalam kehidupannya.

Sejak kelahirannya di muka bumi, manusia telah memiliki kelompok pertama yang disebut kelompok formal-primer yaitu keluarga, dimana kelompok ini merupakan salah satu dari jenis kelompok-kelompok yang paling berkesan bagi setiap individu. Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya individu pun mulai melepas hubungan-hubungan keluarga itu, dan memasuki dunia luar untuk melakukan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagai aspirasi lainnya (Bungin, 2006:47-48).

Di dalam kelompok, setiap anggota kelompok saling berinteraksi, berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal ini disebabkan individu akan memilih kelompok yang memiliki nilai-nilai, minat dan tujuan yang sama dengan mereka sebelum memasuki suatu kelompok. Dengan demikian mereka bisa saling berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota lainnya.


(15)

Sebagai suatu kelompok, mereka memiliki suatu tujuan yang ditetapkan bersama yang kemudian disebut sebagai tujuan kelompok. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya kerjasama yang solid diantara anggotanya. Di samping itu mereka juga telah menetapkan aturan-aturan atau norma-norma dan peran pada masing-masing anggotanya untuk memudahkan terwujudnya tujuan bersama tersebut.

Prinsip kerjasama yang solid dalam kelompok ini juga diterapkan dalam usaha pemasaran produk-produk Multi Level Marketing (MLM). Multi Level Marketing adalah pemasaran dengan distributor yang banyak atau berjenjang. Karena anggota dari bisnis ini semakin banyak sehingga menjadi sebuah jaringan kerja, maka MLM disebut juga Network Marketing, yaitu sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan. Seorang distributor dapat mengajak orang lain untuk turut serta sebagai distributor pula. Kemudian orang tersebut dapat pula mengajak orang lain untuk ikut bergabung, begitu seterusnya. Semua orang yang diajak dan ikut bergabung merupakan suatu kelompok distributor (http://meetabied.wordpress.com).

Sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu MLM memiliki satu orientasi yang merupakan landasan utama mereka untuk masuk ke dalamnya, yaitu untuk menghasilkan keuntungan bersama dari suatu kelompok manusia yang menjalankan bisnis yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi yang berkualitas diantara anggota kelompok, sebab dengan komunikasi yang efektif di dalam kelompok dapat menyatukan semua kekuatan


(16)

yang ada pada masing-masing anggota serta saling mendukung/memotivasi untuk sukses secara bersama-sama.

MLM saat ini merupakan salah satu usaha yang banyak digeluti orang untuk meraih kesuksesan dengan modal sedikit. Cukup hanya dengan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, setiap orang dapat meraih kesuksesan di bisnis ini. Ini dibutuhkan bukan hanya untuk meyakinkan calon pembeli terhadap kualitas produk yang ditawarkan, tetapi juga untuk meyakinkan calon anggota terhadap prospek yang dijanjikan perusahaan jika bergabung dalam bisnis tersebut. Kemampuan berkomunikasi yang baik itu, tidak diperoleh dengan segera oleh setiap anggota. Mereka belajar untuk mengasah keahlian itu melalui berinteraksi dengan kelompoknya, berdiskusi dan saling bertukar informasi untuk mengatasi masalah sampai pada belajar meniru apa yang dilakukan kelompoknya untuk meningkatkan penjualanan dan merekrut orang.

Dalam hal ini, kelompok sangat berperan penting dalam memberikan motivasi bagi setiap anggota jaringannya untuk terus melatih kemampuan berkomunikasi tadi, sehingga dapat dengan mudah meraih kesuksesan melalui penjualanan dan perekrutan. Namun sayangnya yang kebanyakan terjadi pada kelompok distributor suatu MLM adalah kurang berperannya kelompok dalam melatih anggota baru untuk meningkatkan penjualanan dan perekrutan. Inilah yang menyebabkan anggota baru tersendat di tengah jalan dalam melanjutkan bisnis yang seharusnya membantu mereka untuk meraih kesuksesan. Mereka menjadi pesimis dalam setiap usahanya untuk memanfaatkan peluang yang ada dikarenakan tidak adanya kemampuan berkomunikasi yang baik tadi.


(17)

Di samping itu, hal lain yang menjadi penyebab kurang termotivasinya anggota baru untuk serius dalam menjalankan bisnis tersebut adalah kelompok yang berperan sedikit dalam membantu mereka untuk mengenal lebih jauh tentang profil perusahaan dan keuntungan yang ditawarkan perusahaan bagi setiap jerih payah mereka. Akibatnya, muncul persepsi-persepsi negatif tentang kegiatan MLM yang menyebutkan bahwa anggota baru hanya akan menguntungkan orang yang merekrut saja. Dengan pemikiran seperti ini tentu saja orang akan pergi meninggalkan bisnis tersebut dan jika ini terus terjadi pada semua anggotanya maka akan berdampak buruk bagi perusahaan yang bersangkutan.

Di antara beberapa bisnis MLM yang sedang berkembang sekarang, yang menarik perhatian peneliti adalah Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI ). Bisnis ini menarik untuk diteliti karena CNI merupakan salah satu Network Marketing di Indonesia pada saat mulai beroperasi yaitu sejak tahun 1986. Selain itu, CNI juga memiliki pelatihan-pelatihan khusus untuk mengembangkan pengetahuan anggota (member) yang minimal diadakan setiap bulannya. Dalam acara pelatihan tersebut para member, baik upline maupun downline tidak hanya diberikan pelatihan untuk mengembangkan jaringan tetapi juga dibekali dengan pengetahuan produk dan motivasi untuk terus memanfaatkan peluang agar semakin sukses dalam bisnis ini. Selain itu, MLM CNI adalah tergolong MLM yang produk-produknya terkenal ramah lingkungan dan mutu produknya sudah tidak diragukan lagi. Karena kualitas dan semangat para member CNI di seluruh Indonesia, hampir setiap tahunnya CNI masuk ke dalam nominasi MLM yang dinilai bermutu dan


(18)

berkualitas. Dan di tahun 2008 yang lalu, CNI menjadi peraih IMAC –

Indonesia’s Most Admired Companies.

Semula, CNI bernama PT. NUSANTARA SUN-CHLORELLA TAMA (NSCT), sesuai dengan salah satu produknya yang pernah sangat popular di Tahun 1980-an, yakni Sun-Chlorella, kemudian ia mengubah namanya menjadi CentraNusa Insan Cemerlang pada tahun 1992, sekaligus memperbanyak jenis produk yang dijualnya. Setelah lebih dari 20 tahun menjalankan bisnis MLM ini, akhirnya CNI pun berganti nama menjadi Citra Nusa Insan Cemerlang pada Agustus 2007, seiring dengan banyaknya Awards yang diterimanya. Sebagai perusahaan MLM yang didirikan di Indonesia, CNI bisa dikatakan sebagai perintis, sekaligus yang paling baik pengorganisasiannya dan terluas jaringannya di Indonesia.

CNI telah memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari produk makanan kesehatan (health food),makanan dan minuman (food and beverages), produk kebutuhan rumah tangga (home care), perawatan diri (personal care), produk program kreativitas anak, pupuk (plant catalyst, 2006), serta produk menarik lainnya. Karenanya CNI berani menerapkan sistem perlindungan konsumen untuk menjamin kepuasan konsumennya. Selain produknya, CNI juga memiliki tingkatan karier sesuai dengan prestasi masing-masing membernya.

Untuk dapat memahami pentingnya peningkatan motivasi yang terjadi dalam diri seseorang, secara sistematis terlebih dahulu perlu memahami permasalahan dan urgensinya. Selanjutnya memahami pengertian motivasi, motivasi pengembangan diri dan bagaimana praktik pengembangan potensi diri


(19)

dalam kehidupan yang sesungguhnya. Jadi komunikasi dalam kelompok jaringan distribusi ini dan pengaruhnya patut untuk diteliti, untuk melihat sejauh mana komunikasi dalam kelompok ini berhasil menggugah anggotanya.

Melalui peningkatan motivasi pengembangan diri ini, dapat diketahui apakah suatu kelompok jaringan distribusi dapat memberi inspirasi bagi anggotanya untuk meningkatkan potensi diri, serta diharapkan dapat memperluas wawasan tentang bagaimana bisnis MLM yang diminati masyarakat yang sesungguhnya. Tak lepas dari semua masalah tersebut, penelitian ini bersifat korelasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah hubungan komunikasi dalam kelompok jaringan distribusi dan motivasi pengembangan diri anggotanya.

Berdasakan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 di kota Pematang Siantar.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar”


(20)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Komunikasi kelompok sebagai variabel bebas dalam penelitian ini terbatas

pada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan komunikasi kelompok antara lain: interaksi, waktu, partisipasi dan tujuan.

b. Motivasi pengembangan diri sebagai variabel terikat dalam penelitian ini terbatas pada faktor-faktor antara lain mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan mengembangkan kemampuan.

c. Penelitian ini di khususkan pada member CNI yang masih aktip mengikuti pelatihan dan motivating day per tahun 2010 di DC BK-369 kota Pematang Siantar.

d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi kelompok dalam perusahaan MLM CNI.


(21)

c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi pengembangan diri Upline dan Downline kota Pematang Siantar.

d. Untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti tentang ilmu komunikasi dan komunikasi kelompok khususnya.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya bahan referensi penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap anggota kelompok untuk mengevaluasi peranannya di dalam kelompok sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan anggota yang lain sekaligus meningkatkan segala potensi yang dimilikinya khususnya di dalam kelompok MLM CNI.

1.5 Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka Teori.


(22)

Kerangka teori merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendi, 2003:241).

Senada dengan yang dikatakan Emory-Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu (Umar, 2002:55).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, teori komunikasi kelompok, teori perbandingan sosial, dan motivasi pengembangan diri.

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communicatio yang artinya membagi.

Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia bahwa : “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2)


(23)

melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Cangara, 2004:18).

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung dengan adanya sumber, pesan, media, penerima, efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut dengan komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada yang mengatakan umpan balik dan lingkungan juga termasuk ke dalam unsur proses komunikasi selai kelima unsur yang disebutkan tadi.

Ada beberapa bentuk komunikasi yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

1.5.2 Komunikasi Kelompok

Filsuf Belanda, Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyataannya ini diperkuat oleh psikologi modern yang menyebutkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita (Saverin, 2005:219).

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu


(24)

menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karateristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif diantara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna diantara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan diantara mereka (Bungin, 2006:264-265). Sedangkan kelompok yang baik menurut Marvin E. Shaw adalah kelompok yang dapat bermanfaat untuk suatu periode yang relatif panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur interaksi (Sendjaja, 1994:111).

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok yang dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang berinteraksi, biasanya tatap muka, dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (Sendjaja, 1994:91-92).

Ronald Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group). Kelompok jaringan


(25)

distribusi MLM CNI termasuk ke dalam kelompok belajar dan kelompok pemecahan masalah.

Salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi kelompok yang dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu small group dan large group. Komunikasi kelompok kecil ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear (Effendy, 2003:76-77). Umpan balik dalam sebuah kelompok kecil kerap kali berlangsung cepat dan langsung. Dalam kelompok kecil, orang memiliki keterlibatan dan komitmen yang kuat. Kelompok kecil memungkinkan keterlibatan anggotanya secara verbal dan partisipasi yang sifatnya langsung.

Kelompok kecil bisa diartikan sebagai kumpulan individu. Dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi secara relatif mudah, baik sumber maupun penerima informasi. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Misalnya, dua orang tidak akan berbicara pada saat yang sama, komentar atau pertanyaan satu anggota akan dilayani oleh anggota lain dan tidak akan diabaikan, dan sebagainya (Devito, 1997:303).

Adler dan Rodman mengemukakakn empat elemen komunikasi kelompok, yaitu:

1. Interaksi, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah coact. Sekumpulan dalam kelompok, bias dinyatakan sebagai kelompok, apabila mereka mulai bertukaran pesan.


(26)

2. Waktu, sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang panjang, karena bertinteraksi dalam jangka waktu yang panjang maka komunikasi kelompok dapat berjalan.

3. Partisipasi, keikutsertaan anggota atau keterlibatan dalam interaksi.

4. Tujuan, yang mengandung pengertian keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

Apabila sebuah pesan komunikasi akan mempengaruhi/mengubah tingkah laku atau sikap, maka anggota kelompok mengadakan penjagaan apakah norma kelompok dapat menyetujui perubahan tersebut. Jika norma kelompok ternyata tidak cocok dengan pengaruh komunikasi tersebut, maka anggota tidak akan begitu bergairah untuk membiarkan diri dipengaruhi oleh komunikasi tersebut. Hal ini berlaku selama anggota bersikap loyal terhadap kelompok (Effendy, 2003:74).

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri (Sendjaja, 1994:268).

1.5.3 Teori Perbandingan Sosial

Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan


(27)

dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya.

Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa, kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.

Sebagai tambahan catatan, teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan. (Sendjadja, 1994:327-328)

1.5.4 Motivasi Pengembangan Diri

Motivasi berasal dari kata Latin (movere) yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005:756). Motivasi itu dapat timbul baik dari dalam diri kita sendiri maupun karena faktor di luar diri kita.

Perilaku manusia ditimbulkan atau di mulai dengan adanya motivasi. Banyak prikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motivasi, atau


(28)

motif, kebutuhan, desakan, keinginan dan dorongan. Untuk mempersempit pembahasan, kita menggunakan istilah motivasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat di amati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan olek seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri sendiri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, memiliki masing-masing potensi diri, harus selalu bertumbuhmenuju aktualisasi/ pengembangan diri. Pengembangan diri adalah individu-individu yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri. Dari defenisi itu jelas bahwa cara pendekatan pengembangan diri secara implisit memasukkan cara penting otonomi belajar yang terkandung dalam penciptaan kemandirian, tanggung jawab, keberanian mengambil resiko.

Pengembangan diri mencakup tiga unsur, yaitu: mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan kemampuan. Mengembangkan pengetahuan adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk menambah pengetahuan. Mengembangkan keterampilan adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk mengasah atau mempertajam serta menambah keterampilan atau keahlian. Dan, mengembangkan kemampuan adalah dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan hal-hal yang bias ia kerjakan.


(29)

Mengutip buah fikiran ahli pengembangan diri, Rogers, 1969. menyebutkan bahwa teori pengembangan diri ini dilandasi pemikiran manusia merupakan sumber dari perbuatan manusia. Pengembangan diri itu dapat membuat seseorang memiliki pribadi yang dewasa dan mandiri. Untuk menghayati pengembangan diri ini perlu diketahui latar belakang apa yang dimiliki kita secara umum. Sebuah pribadi memiliki dua kebutuhan eksistensi diri. Pertama, eksistensi individual yang meliputi rasa berhak untuk mengemukakan diri ingin dihargai dan di akui. Kedua adalah eksistensi diri sosial yaitu kita dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan.

Oleh karena itu, pengembangan diri menuntut kita untuk belajar lebih mandiri, apa-apa yang bisa diandalkan dari diri kita sendiri. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dengan lingkungan. Seseorang yang telah termotivasi mengembangkan diri ini, biasanya memiliki kekuatan untuk lebih menonjol dibandingkan orang lain atas prestasi-prestasi yang dicapainya. Dalam kelompok MLM CNI, seorang member, upline maupun downline yang telah termotivasi biasanya, memiliki tujuan-tujuan jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang untuk meraih prestasi karier dalam kelompoknya.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian


(30)

yang dicapai, dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok. 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi pengembangan diri. 3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah variabel yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitumgkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.


(31)

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.7. Model Teoritis

1.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel yang terkait sebagai berikut:

Varibel Bebas (X) Komunikasi

Kelompok

Varibel Terikat (Y) Motivasi Pengembangan Diri

Varibel Antara (Z) Karakteristik


(32)

Tabel 1.1.Variabel Operasional Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Kelompok

a. interaksi b. Waktu c. Partisipasi d. Tujuan 2. Variabel Terikat (Y)

Motivasi Pengembangan Diri

a. mengembangkan pengetahuan b. mengembangkan keterampilan c. mengembangkan kemampuan 3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. usia

b. jenis kelamin c. pendidikan d. posisi

e. lamanya menjadi anggota.

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Komunikasi Kelompok)

a. interaksi : pertukaran pesan atau informasi antar member MLM CNI baik pesan verbal maupun non-verbal yang dapat dimengerti satu sama lain.

b. waktu : lamanya waktu yang dibutuhkan antar member dalam pertukaran pesan atau informasi untuk pengembangan diri setiap member.


(33)

c. partisipasi : keikutsertaan atau keterlibatan setiap member dalam kegiatan pengembangan diri.

d. tujuan : komunikasi kelompok yang dilakukan oleh member MLM CNI melalui pengembangan diri untuk mencapai tujuan atau target.

2. Variabel Terikat (Motivasi Pengembangan Diri)

a. mengembangkan pengetahuan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk mengembangkan pengetahuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

b. mengembangkan keterampilan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk mengembangkan keterampilannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

c. mengembangkan kemampuan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. usia : umur member yang menjadi responden.

b. Jenis kelamin : jenis kelamin member yang menjadi responden. c. Pendidikan : pendidikan terakhir member yang menjadi responden. d. posisi : pencapain prestasi member pada MLM CNI.

e. Lamanya menjadi anggota : lamanya member menjadi anggota kelompok jaringan MLM CNI.


(34)

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI kota Pematang Siantar.

Ha: terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI kota Pematang Siantar.


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Dikatakan sebagai hal yang mutlak karena, pada dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan kegiatan yang tidak terelakkan lagi. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan bertukar pesan, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi dari komunikasi.

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah istilah yang populer dewasa ini. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan


(36)

komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 1993:9).

Berbicara tentang defenisi komunikasi, tidak ada defenisi yang benar atau salah. Seperti model dan teori, defenisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefenisikan dan mengevaluasinya. Berikut ini adalah beberapa defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2007: 62-66): 1. Theodore M. Newcomb

“setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.” 2. Gerald R. Miller

“Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku.”

3. Everett M.Rogers

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

4. Raymond S.Ross

“Komunikasi (internasional) adalah proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol yang sedemikian rupa sehingga membantu pendengan membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”


(37)

5. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss

“Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”

6. Harold Lasswell

“Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?

Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur dasar:

a. Who (Siapa) : komunikator, orang yang menyampaikan pesan.

b. Says What (mengatakan apa) : Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan.

c. In Which channel (Saluran) : media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

d. To whom (kepada siapa) : komunikan, orang yang menerima pesan.

e. With what effect (dampak) : efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga diartikan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Dari defenisi-defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni penyampaian informasi untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola, sikap pandangan dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.


(38)

II.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).

Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut:

a. pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.


(39)

Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh Komunikator (Vardiansyah, 2004:111).

II.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur-unsur berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.


(40)

3. Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar dan media massa lainnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya


(41)

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu (Cangara, 2004:23-27).

Aristoteles (Cangara, 2004:22) mengatakan bahwa suatu pesan akan terlaksana dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja yaitu sumber, pesan dan penerima. Sedangkan Claude E. Shannon dan Warren Weaver menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter, sinyal, penerima dan tujuan.

II.1.4 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu: 1. menyampaikan informasi (to inform)

2. mendidik (to educate) 3. menghibur (to entertain) 4. mempengaruhi (to influence)

II.1.5 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu: 1. perubahan sikap ( attitude change)


(42)

3. perubahan perilaku (behavior change) 4. perubahan sosial (social change)

II.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi

Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9): 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Komunikasi Persona (personal communication)

1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (group communication)

1) komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) ceramah (lecture)

b) diskusi panel (panel discussion) c) simposium (symposium)

d) forum e) seminar f) curahsaran g) dan lain-lain

2) Komunikasi Kelompok Besar (large group communication). a) Rhetorika

b) Public Speaking c) Kampanye


(43)

c. Komunikasi Massa (mass communication) 1) Pers

2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Lain-lain

d. Komunikasi Media (media communication) 1) Surat

2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk 6) Lain-lain

2. Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. tatap muka (face to face)

b. bermedia (mediated) c. verbal (verbal)

1) lisan (oral)

2) tulisan/cetak (written/printed) d. Nonverbal (non-verbal)

1) Kial/isyarat badaniah (gestural) 2) Bergambar (pictorial)


(44)

3. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Jurnalistik (journalism)

1) Jurnalistik cetak (printed journalism)

2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) Jurnalistik radio (radio journalism)

Jurnalistik televisi (television journalism). b. Hubungan Masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising)

d. Pameran (exhibition/exposition) e. Publisitas (publicity)

f. Propaganda

g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan.

4. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah:

a. komunikasi informatif (informative communication) b. komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication) d. hubungan manusiawi (human relations)

5. Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. komunikasi satu tahap (one step flow communication)

b. komunikasi dua tahap (two step flow communication) c. komunikasi multitahap (multistep flow communication)


(45)

6. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi: a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen / organisasi (management / organizational communication)

c. Komunikasi perusahaan (bussines communication) d. Komunikasi politik (political communication)

e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi lingkungan (environment communication) i. Komunikasi tradisional (traditional communication)

II.2 Komunikasi Kelompok

II.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang dekat yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat dalam pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarika kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui kelompok, menungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.


(46)

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/ Communocation, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the member are able to recall personal characteristics of the members accuratelly).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :

1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahaas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci.

2. Terminologi tatap muka (face-to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan


(47)

berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.

3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. 4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan

karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.(Sendjaja, 2005:3.3-3.4)

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya: Understanding Human


(48)

Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu ( a small collection of people who interact with each other, usually face to face, over time in order to reach goals).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.

II.2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok a. Komunikasi Kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang :

- ditujukan kepada kognisi komunikan - prosesnya berlangsung secara dialogis

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular.


(49)

Umpan balik terjadi secara verbal. Komukan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain seperti tela disinggungka diatas, yaitu: rapat, kuliah, ceramah, diskusi panel, forum, simposium, seminar, konfrensi, kongres, curahsaran, briefing, penataran, lokakarya, dan lain-lain. Multi Level Marketing CNI, sebagai salah satu komunkasi kelompok kecil, karena pada dasarnya, komunikasi yang dilakukan secara dialogis, sehingga baik komunikan maupun komunikator bisa secara langsung mengetahui umpan baliknya.

b. Komunikasi Kelompok besar.

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang: - ditujukan kepada afeksi komunikan

- prosesnya berlangsung secara linear

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa disebuah lapangan. Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri


(50)

dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.

II.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Kita mendapati bermacam-macam kelompok di masyarakat. Artinya, ada faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya kelompok. Alasan atau motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara lain:

a. seseorang masuk dalam kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai.

b. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak langsung) maupun kebutuhan psikologis.

c. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang.

d. Kelompok dapat pula memberikan pengetahuan dan informasi. e. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis.

Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai adanya berbagai macam kelompok yang berbeda satu sama lain. Dengan tujuan yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda atau dengan minat yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula (Walgito, 2008: 13-15).

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan


(51)

kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut


(52)

akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.

Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.

Anggota kelompok memiliki pengaruh yang sama, satu sama lain untuk menjadikan orang yang bersama-sama itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terhadap pengaruh bersama setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbal balik ini merupakan hal penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut.


(53)

Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas. Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau bertindak sebagai penyimpan catatan. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para anggota dalam mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan kelompok. Setiap anggota dapat dan harus mempengaruhi anggota-anggota lain dan keputusan kelompok. Suatu faktor yang kritis dari partisipasi kelompok adalah bahwa setiap anggota harus bersikap terbuka dan mampu mengesampingkan ambisi pribadi, “menyembunyikan agenda”, dan menghindarkan perilaku lain yang dapat merusak kelompok dan hasil akhir tujuannya.

II.2.4 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Kelompok dalam suatu kondisi tertentu, akan menimbulkan suatu efek atas individu dalam perubahan perilaku. Dengan kata lain, kehadiran orang-orang tertentu dapat menimbulkan kekuatan yang tidak mampu ditimbulkan oleh individu itu sendiri.

Marhaeni Fajar menyebutkan ada enam karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain:

1. Komunikasi dalam kelompok bersifat homogen.

2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.


(54)

3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.

4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).

5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.

6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

II.3 Teori Perbandingan Sosial

Masing-masing orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka mereka akan mengevaluasi diri mereka melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri. Manusia dalam melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :


(55)

Persamaan (similarity hypothesis): artinya manusia melakukan perbandingan dengan orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.

Dikaitkan dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama.

Downward comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan social. Teori Sosial Comparison menyatakan bahwa setiap orang akan melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan sosial semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang ditampilkan dalam media massa, maka akan ada kecenderungan bahwa individu akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai


(56)

tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media masa sebagai pembanding.

Sampai batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Festinger (Sarwono, 2004) menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interakso sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain. Ada dua hal yang diperbandingkan dalam hubungan ini, yaitu:

a. Pendapat (opinion) b. Kemampuan (ability)

Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi daripada perubahan kemampuan. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan. Festinger mempunyai hipotesis bahwa setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara itulah orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh kemampuan yang dimilikinya (Sarwono, 2004). Festinger juga memperingatkan bahwa dalam menilai kemampuan, ada dua macam situasi, yaitu: Pertama, kemampuan orang dinilai berdasarkan ukuran yang obyektif, misalnya kemampuan mengangkat barbel. Kedua, kemampuan dinilai berdasarkan pendapat. Misalnya, untuk menilai kemampuan pelukis berdasarkan pendapat orang lain. Sumber-sumber penilaian


(57)

orang akan mengagungkan ukuran-ukuran yang obyektif sebagai dasar penilaian selama ada kemungkinan melakukan itu. Namun, jika tidak, maka orang akan menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain sebagai ukuran.

Memilih orang untuk membandingkan, dalam membuat perbandingan dengan orang lain, setiap orang mempunyai banyak pilihan. Namun, setiap orang cenderung memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan perbandingan. Festinger mempunyai hipotesis mengenai hal ini yaitu: kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain menurun jika perbedaan pendapat atau kemampuan dengan orang lain itu meningkat. Dari hipotesisnya itu, terdapat dua hipotesis ikutan (corollary), yaitu Kalau ia boleh memilih, seseorang akan memilih orang yang pendapat atau kemampuannya mendekati pendapat atau kemampuannya sendiri untuk dijadikan pembanding. Jika tidak ada kemungkinan lain kecuali membandingkan diri dengan pendapat atau kemampuan orang lain yang jauh berbeda, maka seseorang tidak akan mampu membuat penilaian yang tepat tentang pendapat atau kemampuannya sendiri.

II.4 Motivasi Pengembangan Diri

II.4.1 Makna Motivasi Dalam Pengembangan Diri

Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Banyak psikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motivasi (motivation), atau motif, kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam penulisan ini kita menggunakan istilah motivasi.


(58)

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut, kekuatan pendororong inilah yang disebut motivasi, rasa lapar, kebutuhan untuk merasa aman, dan kebutuhan terhadap prestasi merupakan beberapa contoh tentang motivasi. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya.

Para psikolog menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan di dalam dua kelompok, yaitu :

a. Motivasi fisiologi, yang merupakan motivasi ilmiah (biologis) : seperti lapar, haus dan seks.

b. Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu :

Motivasi kasih sayang (affectional motivation) : untuk menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.

Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive) motivation : motivasi untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise, dan mendapatkan kebanggaan diri.


(59)

Motivasi memperkuat dan diri (ego-bolstering motivation) : motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapat pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasanya terhadap orang lain.

II.4.2 Latar Belakang Diperlukannya Pengembangan Diri

Country Setiawan (1993) mengemukakan bahwa manusia hidup dalam dua kutub eksisitensi, yaitu kutub eksisitensi individual dan kutub eksistensi sosial, dimana keduanya amat terjalin dan menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (individualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi inividual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial). Bila kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat. Tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup. Pada umumnya manusia teraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak antara potensi yang dimilikinya dan apa yang ingin dicapainya, jarak antara potensi yang dimilikinya dan apa yang dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagaimana ia adanya (konsep diri), prestasinya dan sebagaimana ia ingin menjadi.

Apa yang ingin dicapai dan sebagaimana ia ingin menjadi merupakan suatu tantangan dan boleh dikatakan amat sulit dicapai dan itupun memerlukan


(60)

upaya yang amat keras. Tampaknya ada semacam pergeseran yang semakin menjauh mengenai apa yang ingin kita capai.

Produk teknologi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas mengisyaratkan bagi generasi muda untuk secara sadar menjadi “melek karir melek teknologi”, yang merupakan kemampuan substansial bagi diri pribadinya serta keharusannya untuk meguasai masa depan. Berdasarkan penjelasan ini dapatlah kiranya dipahami betapa lebarnya antara potensi diri dengan apa yang dicita-citakan untuk mewujudkan kemandirian dalam tahun-tahun mendatang yang penuh tantangan dan dinamikanya. Dapat dikatakan bahwa manusia yang mampu mewujudkan cita-citanya, dan keinginannya, mampu mengaktualisasikan dirinya dikemudian hari didalam masyarakat yang dilanda arus informasi dan teknologi, adalah manusia generasi muda yang mempunyai kemampuan untuk “menguasai masa depannya”.

Kemampuan menguasai masa depan berarti manusia generasi muda mau dan berupaya mengembangkan potensi pribadi secara keseluruhan, memiliki daya ramal yang imajinatif kreatif memiliki motivasi yang kuat, memiliki kepercayaan diri, memiliki disiplin diri yang kuat, tidak takut dan khawatir menghadapi tantangan dan masa depan, memiliki mental sehat, tangguh dalam menghadapi tantangan, mampu menyesuaikan diri, mampu mengantisipasi perkembangan karir serta siap mengembangkan diri.


(61)

II.4.3 Manfaat Mempelajari Pengembangan Diri

Pengembangan diri bukanlah suatu ilmu pengetahuan, bukan pula merupakan cabang disiplin ilmu tertentu melainkan lebih sesuai apabila dikatakan suatu pendekatan humanis yang membantu setiap individu menyadari keberadaan dirinya secara utuh dan selanjutnya berupaya untuk mengoptimalisasikannya sehingga tercapailah kemandirian yang terwujud dalam bentuk aktualisasi diri yang bermakna, Maslow (1987) menyebutkan “becoming more adequate person”. Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh lewat mempelajari pengembangan diri, yakni :

1. Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kekuatan-kekuatan yang kita miliki. Banyak sekali kita tidak menyadari bahkan lupa bahwa kita sebenarnya mempunyai kekuatan-kekuatan tertntu dalam diri kita. Kekuatan-kekuatan tersebut sebenarnya merupakan sumber energi (energi psikis) yang senantiasa mengalir dan memberi dorongan agar kita dapat dan mampu berbuat yang terbaik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan pada kita, mampu mencapai prestasi belajar yang optimal, mampu menhadapi berbagai macam tantangan serta dapat menyelesaikannya dengan baik serta mampu mewujudkan potensi diri secara optimal. Sehingga sekali waktu kita akan berkata, “ saya mampu”, “saya sanggup”, “saya pasti melaksanakan”, “ah, itu gampang”, dan yang sejenisnya. Nampaknya ada kekuatan ekstra, tetapi itulah sebenarnya energi psikis yang kita alami, yang amat perlu sipertahankan, diperjuangkan, agar menjadi kekuatan yang permanen dalam diri kita.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data tabel tunggal dan tabel silang pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Efektifitas komunikasi kelompok dalam perusahaan MLM CNI dinyatakan pada korelasi koefisien sekitar 78% pada variabel komunikasi kelompok dan peningkatan motivasi pengembangan diri member MLM CNI di PO DC-369. 2. Tanggapan responden terhadap perusahan MLM CNI cukup baik, hal ini

dikarenakan peserta anggota atau member sangat antusias mengikuti bisnis CNI MLM. Ini terlihat manfaat yang diperoleh untuk menjadi peserta MLM CNI tidak hanya memperoleh bonus dari prestasi mereka, pengetahuan mengenai bisnis MLM juga bagi masing-masing mitra bisnis (member CNI) mendapatkan asuransi dari perusahaan.

3. Motivasi pengembangan diri dari upline memberikan kontribusi bagi member. interaksi downline dan upline terlihat dari pernyataan mereka sebagai member MLM yaitu selalu mendengarkan dan memberikan kesempatan pada downline untuk menyampaikan pemikirannya mereka dan memberikan motivasi dalam


(2)

untuk meningkatkan karier downline dan upline. Dengan dukungan nyata dari sang upline, misalnya dukungan modal dan tenaga untuk mengembangkan jaringannya dan sikap untuk menciptakan kenyamanan dalam interaksi jaringan sehingga membantu member MLM untuk mencapai tujuan mereka. 4. Sesuai dengan tujuan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis yang menyatakan ada pengaruh komunikasi kelmpok dalam meningkatkan motivasi pengembangan diri member MLM CNI yaitu sangat tinggitinggi atau kuat.hal ini menunjukkan bahawa komunikasi kelompok CNI dibisnis MLM memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan motivasi member MLM CNI.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran untuk bidang akademisi, teoritas, dan praktisi dalam hal ini PT CNI yaitu komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar dan semoga dapat dipertimbangkan dan dijadikan masukan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kemajuan bagi kajian ilmu komunikasi juga member MLM CNI di masa depan. Adapun saran tersebut antara lain :

1. Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan para mahasiswa khususnya dalam bidang komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan konsep Komunikasi kelompok dalam pengembangan potensi diri di perusahaan lain


(3)

khususnya di bidang bisnis MLM dan mendapatkan kesimpulan yang akan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi.

2. Hendaknya teori komunikasi kelompok dalam meningkatkan Motivasi Pengembangan Diri member yang digunakan dalam penelitian ini yang sedang hangat dibahas dapat menjadi teori yang benar-benar dapat dimengerti dan diaplikasikan oleh perusahaan.

3. Kegagalan dalam bisnis MLM dapat mengakibatkan citra bisnis MLM menjadi buruk di mata masyarakat. Padahal bisnis ini merupakan salah satu variasi dan teknik pemasaran suatu barang/jasa dari produsen ke tangan konsumen, untuk itu bagi member diharapkan mengetahui seluk beluk MLM secara mendalam, sehingga mampu mengindari kegagalan yang dialami oleh banyak orang dan sebaliknya member akan memetik kesuksesan di bisnis MLM ini.

4. Akan lebih baiknya di sebuah perusahaan MLM tidak memiliki peringkat sehingga perhitungan bosnus dilakukan dengan persentasi total omzet setiap group tanpa ada parameter peringkat dengan begitu downline tidak menjadi ancaman bagi penghasilan upline.

5. Hendaknya perusahaan MLM membayar semua bonus membernya dengan tunai (cash bonus) agar seluruh peserta member bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pengembangan jaringan. Apabila peserta bisnis MLM telah memiliki uang tunai lebih maka para member akan menggunakan uang tersebut untuk keperluan pribadinya jadi bukan ditentukan oleh perusahaan


(4)

MLM seperti barang-barang mewah yang belum tentu merek dan modelnya cocok dengan keinginan peserta.

6. Hendaknya para Peserta bisnis MLM memperoleh pelatihan yang intesif yang dilakukan oleh perusahaan ataupun group leader mengenai produk MLM, bisnis serta pengembangan diri dan kepemimpinan untuk peningkatan kualitas pribadi.

7. Diharapkan member memiliki semangat hidup, antusiasme, dan selalu berpikir secara positif demi penunjangan karir mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Pernada Media Group, Jakarta. Cangara, Hafield. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, Kuliah Dasar, Edisi Kelima. Profesional Books, Jakarta.

Effendy, Onong Uchyana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Fachrur Rozi, Muhammad. 2003. Budaya Industri Pemasaran Jaringan di Indonesia. NetBooks Press, Jogjakarta.

J. Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta. Nawawi, H & Martini Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. UGM

Press, Yogyakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Severin, Werner J & James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi; Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa, Edisi Kelima. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka, Jakarta. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta.


(6)

Situs :

(diakses


Dokumen yang terkait

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

2 70 103

Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola Universitas Sumatera Utara)

6 58 123

Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Oriflame Medan

14 127 155

Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Komunikasi Therapeutik Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2009

5 54 132

Komunikasi Dan Motivasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Pimpinan Perusahaan Terhadap Kinerja Staf Marketing Perusahaan Di PT. TELKOMSEL Pematang Siantar)

0 27 89

Komunikasi Kelompoko Kecil dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Consultant PT Oriflame Medan)

0 0 26

Komunikasi Kelompoko Kecil dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi Kerja Consultant PT Oriflame Medan)

0 0 3

Komunikasi Kelompok Kecil Dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Motivasi kerja Karyawan PT Tupperware Indonesia Cabang Medan Maimun)

0 1 11

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Kelompok II.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok - Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola

0 1 45

Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Aktualisasi Diri pada Mahasiswa UKM Sepak Bola Universitas Sumatera Utara)

0 0 12