DEVELOPMENT OF REALITY PICTURES MEDIA IN SOCIAL STUDIES LEARNING AT ELEMENTARY SCHOOL PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR REALITA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD

(1)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF REALITY PICTURES MEDIA IN SOCIAL STUDIES LEARNING AT ELEMENTARY SCHOOL

By

APRILIYANI

The aims of development research are to produce picture media product to learn social studies at natural, artificial feature and dividing time in Indonesia. Other aim is to find out the effectiviness of result development product usage at sosial studies learning. This appoarch is research and development they are sosial studies learning media development. The research used Brog and Gall model, by using product development procedure Dick and Carey. T test sample product is fifth grade of elementary school which is about 64 students. Before t-test testing prototype picture media by media experts and learning experts.

Test result shown that reality picture media get good scoring by learning expert, and good scoring by learning media expert. At small group test shown good response but media layout is still clear enough. At field test, media result scoring shown good response, and the effectiveness of media usage appear from correlation of between student response and media through study achievement significantly. Accordingly, result picture media development is suitable for using in social studies learning at fifth grade of elementary school.


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR REALITA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD

Oleh

APRILIYANI

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa media gambar realita untuk pembelajaran IPS pada materi kenampakan alam, buatan serta pembagian waktu di Indonesia dan untuk mengetahui efektifitas penggunaan produk hasil pengembangan media tersebut.

Pendekatan yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Depelopment) dengan mengembangkan media pembelajaran IPS. Langkah yang ditempuh adalah model Borg & Gall, dengan prosedur pengembangan produk menurut Dick and Carey. Sampel uji coba produk adalah siswa kelas V SD yang berjumlah 64 orang. Sebelum uji coba terlebih dulu dilakukan pengujian prototipe media gambar oleh ahli media dan ahli pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan respon yang baik dan efektif setelah melalui uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil serta uji coba lapangan, Kesimpulanya adalah; (1) hasil penilaian ahli materi, ahli media dan siswa dinyatakan layak digunakan, (2) hasil uji coba produk berupa media gambar realita dinyatakan efektif yang diuji dengan kolerasi kontingensi diperoleh koefisien kontingensi C hitung lebih besar dari nilai produk moment (0,649 > 0,349), Dengan demikian, media gambar hasil pengembangan layak dipergunakan dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas V SD.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di kota Metro, Lampung tepatnya pada hari

jum’at tanggal 30 April 1971, merupakan putri ke dua dari Bapak Bambang Soetaryo dan Ibu Roswati.

Peneliti menyelesaikan pendidikan jenjang Sekolah Dasar di SDN 2 Banjarsari Kecamatan Metro Utara pada tahun 1984 lalu meneruskan pada Sekolah Menengah Pertama di SMPN.I Metro pada tahun1987 dan Sekolah Pendidikan Guru di SPG Metro pada tahun 1990. Selanjutnya peneliti menyelesaikan jenjang Strata I pada Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif ( STAIM ) Metro Lampung tahun 2010.

Pada tanggal 30 juli tahun 1994 peneliti menikah dengan Drs.Suharjito dan di karuniai dua orang anak, putri yang pertama Chintia Louren dan putra yang ke dua Janatu Adnin al Ghani.

Peneliti di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) pada tanggal 04 April 2006 di Sekolah Dasar Negeri 2 Nunggalrejo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, lalu pada tanggal 22 Maret 2011 pindah tugas ke Sekolah Dasar Negeri 2 Jatimulyo kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan hingga saat ini.

Selanjutnya pada tahun 2012 peneliti melanjutkan jenjang Strata 2 pada Unirversitas Lampung dengan Program Studi Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.


(8)

MOTO

Artinya :

Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan

yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah

agar kamu diberi rahmat.


(9)

Persembahan

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada

ALLAH.SWT

atas izin dan ridho-NYA, kini dapat ku persembahkan karya

sederhana ini kepada orang-orang tercinta ku

yang menyatu dalam jiwa dan kehidupan ku

serta menjadi motivator dan

kebahagiaan ku

Ayahandaku tercinta (almarhum)

yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada terhingga

kepada ku, yang telah tenang disana

semoga kelak berkumpul kembali

disurga-NYA

Ibunda

Yang selalu memberikan belaian kelembutan tanganya

kepada ku sehingga hidup ku semakin sangat berarti

Suami ku tercinta

Anak-anak ku yang ku sayangi (chintia louren dan janatu

adnin al ghani) yang selalu mendo’akan serta mendukung

ku

Para pendidik ku sejak Sekolah Dasar

hingga bangku kuliah yang sangat berjasa mencerdaskan ku

dan sangat ku hormati


(10)

SANWANCANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Pengembangan Media Gambar Realita dalam Pembelajaran IPS di SD”. Tesis ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. Selaku Rektor Universitas Lampung 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung

sekaligus pembimbing utama I yang selalu memberikan arahan.

3. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung dan sekaligus sebagai pembimbing II penulisan Tesis.


(11)

vii

vii

5. Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.E., S.Pd., M.M selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung dan sekaligus sebagai penguji utama penulisan tesis ini.

6. Dr. Hi. Darsono, M. Pd. selaku dosen dan penguji II dalam penyelesaian Tesis ini.

7. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku dosen dan Pembahas dalam seminar hasil penelitian Tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

9. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Bambang Sutaryo ( wafat disaat penulis sedang menempuh pendidikan ) dan ibu Roswati yang dengan dorongan dan doanya sehingga penulis tetap semangat menyelesaikan tesis ini.

10.Suami dan anak anaku tercinta Chintia Louren, Janatu Adnin Al Ghani, yang dengan ikhlas untuk tidak diperhatikan secara maksimal selama penulis menempuh pendidikan . Terima kasih atas pengertianya, semua ini demi kalian agar ke depan tetap semangat dalam menghadapi kehidupan.

11.Seluruh guru dan staf tata usaha SDN 2 Jatimulyo serta anak- anaku siswa kelas V yang telah memberikan dukungan dan kebersamaanya.

12.Rekan-rekan angkatan 2012 ibu Retno, mbak Desi susanti, djeng Indri, bu Khurustiati, mimi, Rita, djeng fauziah dan rekan lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

13.Serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini.


(12)

viii

viii

Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari dari Allah.SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih semoga tesis ini dapat bermanfaat.Amin.

Bandar Lampung, 18 juni 2014 Penulis,

APRILIYANI


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Pengembangan ... 9

1.6 Manfaat Pengembangan Media ... 10

1.7 Ruang Lingkup Pengembangan Media ... 10

1.7 Ruang lingkup Pendidikan IPS di SD ... 11

1.8 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA... ... 15

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 15

2.1.1 Teori Belajar Kognitif ... 16

2.1.2 Teori Pengalaman Belajar ... 17

2.1.3 Teori Kecerdasan Visual Spasial ... 18

2.2 Pembelajaran IPS dan Hasil Belajar Berkaitan Dengan Media ... 20

2.2.1 Pengertian Pembelajaran IPS ... 20

2.2.2 Konsep Pembelajaran IPS ... 22

2.2.3 Materi Kenampakan Alam dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia ... 25


(14)

2.3 Media Pembelajaran ... 34

2.3.1 Pengertian Media ... 34

2.3.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 35

2.3.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 38

2.3.4 Pertimbangan Memilih Media ... 39

2.4 Pengembangan Media Gambar Realita ... 40

2.4.1 Media Gambar... 41

2.4.2 Media Gambar Realita ... 41

2.4.3 Pengembangan Media Gambar Realita ... 42

2.4.4 Landasan pengembangan media gambar ... 48

2.4.5 Manfaat Umum Pengembangan Media Gambar ... 52

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan Dengan Pengembangan Media ... 53

2.6 Kerangka Berfikir ... 54

2.7 Peran Pentingnya Media Dalam Pembelajaran IPS khusus di SD .. 56

2.8 Asumsi Pengembangan ... 58

III METODE PENGEMBANGAN ... 59

3.1 Pedekatan Penelitian Pengembangan ... 59

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

3.3 Prosedur Pengembangan ... 63

3.3.1 Tahap Analisis Produk Yang Dikembangkan ( Tahap I ) ... 65

3.3.2 Tahap Pengembangan Produk ( Tahap II ) ... 66

3.3.3 Tahap Validasi Ahli Dan Revisi ( Tahap III ) ... 71

3.3.4 Tahap Uji Coba Lapangan Skala Kecil Dan Revisi Produk ( Tahap IV ) ... 73

3.3.5 Tahap Uji Coba Lapangan Skala Besar Dan Revisi Produk Akhir ( tahap V ) ... 73

3.4 Populasi Dan Sampel ... 74

3.5 Langkah-Langkah Penyajian Media Gambar Realita ... 75

3.6 Subjek Dan Data Uji Coba Produk ... 78

3.6.1 Subjek Uji Coba Produk ... 78

3.6.2 Jenis Data ... 78

3.7 Tehnik Pengumpulan Data ... 79

3.8 Instrumen Pengumpulan Data ... 82

3.9 Uji Kelayakan Instrumen ... 83


(15)

3.10.1 Statistik Deskriptif ... 88

3.10.2 Analisis Korelasi Koefisien Kontingensi ... 89

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian ... 91

4.2 Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 94

4.2.1 Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Media ... 94

4.2.2 Hasil Analisis Pembelajaran ... 96

4.2.3 Hasil Analisis Karateristik Peserta Didik ... 97

4.2.4 Hasil Perumusan Tujuan Khusus Pembelajaran ... 99

4.2.5 Pengembangan Butir Tes Acuan ... 99

4.2.6 Pengembangan Strategi Pembelajaran ... 100

4.2.7 Merancang dan Mengembangkan Media Pembelajaran ... 102

4.2.7.1 Pengembangan Produk Awal / Desain Awal ... 102

4.2.7.2 Validasi Desain ... 104

4.2.7.3 Revisi Prototipe Media Gambar ... 109

4.2.7.4 Uji Coba Kelompok Kecil ... 111

4.2.7.5 Revisi Produk Uji Coba Kelompok Kecil ... 113

4.2.7.6 Uji Coba Lapangan ... 113

4.2.7.7 Uji Hipotesis ... 116

4.3 Pembahasan Produk ... 120

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 128

V Kesimpulan , Implikasi dan Saran ... 130

5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Implikasi ... 131

5.3 Saran ... 132 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.2 Perencanaan Waktu Penelitian ... 63

3.9 Kisi-Kisi Kuisioner untuk Ahli Materi ... 84

3.10 Kisi-Kisi Kuisioner untuk Ahli Media ... ... 84

3.11 Kisi-Kisi Kuisioner Untuk siswa ... ... 85

3.12 Kisi-Kisi soal Tes ... ... 86

4.1 Daftar Nama Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDN.2 Jatimulyo Tahun 2013-2014 ... 92

4.2 Daftar Jumlah Rombongan Belajar SDN.2 Jatimulyo Tahun 2013-2014. ... 93

4.3 Kriteria Item Penilaian ... 104

4.4 Konvensi Hasil Penilaian Ahli Media Terhadap Prototipe - Media Gambar realita ... 105

4.5 Hasil Penilaian Ahli Media Terhadap Prototipe Media Gambar - Realita ... . 106

4.6 Konversi Hasil Penilaian Ahli Pembelajaran Terhadap Prototipe Media Gambar Realita ... 107

4.7 Hasil Penilaian Ahli Pembelajaran Terhadap Prototipe Media Gambar Realita ... 108

4.8 Hasil penilaian Peserta Didik Pada Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Prototipe Media Gambar Realita ... 111

4.9 Hasil Penilaian Peserta Didik pada Uji Coba Lapangan . ... 114

4.10 Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Uji coba Lapangan ... 117

4.11 Data Respon Peserta Didik pada Uji coba Lapangan - Terhadap Media Gambar Realita . ... 117


(17)


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( Arsyad, 2011:11) ... 18 2.2 Model Struktur Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial .... 29 2.3 Kerangka pikir ... 54 3.1 Prosedur Penelitian Model Dick and Carey menggunakan

Langkah-Langkah Rancangan Produk Borg and Gall ... 64 3.2 Model Prosedural Pengembangan Media Gambar Realita ... 66 4.1 Gambar Prototipe Kenampakan Alam Sebelum Revisi ... 110 4.2 Prototipe Kenampakan Alam Hasil Revisi (Setelah Revisi)... 110


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin Penelitian ... 136

2. Surat keterangan Melakukan Penelitian ... 137

3. Program Semester ... 138

4. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 141

5. Silabus Pembelajaran ... 144

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) ... 146

7. Soal Evaluasi Kenampakan Alam dan Buatan di Indonesia ... 152

8. Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 156

9. Angket Respon Siswa Terhadap Media Gambar Realita ... 157

10.Lembar Penilaian Aspek Materi untuk Ahli Materi Pembelajaran ... 160

11.Lembar Penilaian Aspek Media Sebelum Review Ahli ... 163

12.Prototype Media Gambar Sebelum Revisi Ahli ... 169

13.Lembar Penilaian Aspek Media Sesudah Revisi Ahli ... 170

14.Prototype Media Gambar Sesudah Revisi Ahli ... 176

15.Keterangan Petunjuk Penggunaan Media ... 177

16.Foto-Foto pada saat penelitian dan Lokasi Penelitian ... 180

17.Materi ajar “Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian waktu di Indonesia “... 182


(20)

1

I. PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, manfa’at pengembangan media, ruang lingkup pengembangan media,spesifik produk yang diharapkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu mata pelajaran yang disajikan di Sekolah Dasar adalah pendidikan IPS. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 37 tentang Pendidikan Dasar sebagai dasar pemikiran bahwa pendidikan sangat besar perannya dalam membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam dunia pendidikan, IPS mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, pembentukan sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Sesuai dengan program sekolah yang tercantum pada pernyataan visi pada SDN 2 Jatimulyo sebagai berikut: “Taqwa, pengetahuan luas, berfikir kritis, tanggung jawab, menghormati keragaman, siap melanjutkan, berbudi pekerti yang luhur sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berkualitas” (Program Sekolah SDN 2 Jatimulyo).


(21)

2 Serta hasil wawancara yang dilakukan oleh observer pada tahap sebelumnya terhadap 10 orang peserta didik kelas V SD Negeri 2 Jatimulyo dengan rentang umur 10 - 12 tahun diperoleh fakta bahwa enam peserta didik menganggap pelajaran IPS adalah sesuatu yang tidak menarik. Mereka beranggapan bahwa pelajaran IPS hanya menghafal dan membosankan, hal tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi jenuh, pasif dan mengantuk.

Akibatnya peserta didik sulit menerima penjelasan tentang pelajaran IPS dari pendidik, aktifitas peserta didik rendah karena pembelajaran lebih didominasi oleh pendidik. Keadaan ini memang menjadi hal yang memprihatinkan, bagi kegiatan pembelajaran. Peserta didik memandang pelajaran IPS bukan sebagai pelajaran pokok yang menentukan prestasi hasil belajar. Hal lain saat observasi awal, pada kegiatan belajar mengajar IPS diperoleh beberapa fenomena antara lain berikut;

a. Pada waktu menyajikan materi dalam kelas, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang mampu membangkitkan minat siswa.

b. Guru terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional melalui ceramah dan menerangkan. Sehingga beberapa siswa menjadi tidak tertarik dan lebih memilih asyik dengan kesibukannya sendiri seperti: mengganggu teman, bermain sendiri, ngobrol, terkantuk kantuk dan sebagainya. Ketika diadakan evaluasi, banyak diantaranya memperoleh hasil belajar kurang baik (tidak tuntas).


(22)

3 c. Umumnya guru SD bukanlah guru khusus bidang studi, melainkan guru kelas. Hal ini mengakibatkan guru tersebut kurang menguasai secara detail keseluruhan dari setiap mata pelajaran yang mereka ajarkan.

Hasil temuan ini merupakan suasana pembelajaran yang terjadi di kelas yang menyebabkan rendahnya prestasi dan minat belajar siswa. Kemungkinan dalam proses pembelajaran IPS yang tidak menarik adalah pertama, pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang membosankan karena hanya menghafal, dan didominasi oleh cerita, kedua, bahwa metode penyajian monoton dan untuk menguasainya dibutuhkan kemampuan menghafal yang luar biasa. Alasan inilah yang menyebabkan pendalaman pembelajaran IPS di jenjang SD menjadi gamang, oleh karena itu untuk membuat pembelajaran IPS menjadi menarik dan bermakna, maka perlu adanya strategi pembelajaran dan pemilihan media pembelajaran yang tepat.

Media pembelajaran mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar. Pemakaian media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar yang baru. Makin intensif pengalaman belajar yang dihayati oleh peserta didik, maka makin tinggilah kualitas proses pembelajaran yang dimaksud. Keterlibatan siswa dilandasi dengan motivasi dan minat yang tinggi dari pihak peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, dan juga dari pihak guru dituntut untuk menguasai penggunaan berbagai macam media dan strategi pembelajaran.


(23)

4 Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Melalui media pembelajaran, pemikiran, ide, gagasan atau suatu materi akan lebih optimal dikomunikasikan. Komunikasi tersebut dapat disampaikan secara lisan, tulisan, gambar atau model tiga dimensi. Media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru terdiri dari beberapa jenis. Menurut Sudjana (2001:3), media terbagi ke dalam empat golongan yaitu: pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, model susun, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran.

Peran penting media pembelajaran sering kali tidak dimaksimalkan. Alasan lain yang menghubungkan fasilitas sekolah dengan ketersediaan media membuat media belum di posisikan pada hal yang penting. Masalah lainnya adalah kreativitas guru dalam membuat media, sangatlah kurang.

Hasil wawancara dengan guru di SDN 2 Jatimulyo Kabupaten Lampung Selatan, media pembelajaran IPS yang terdapat di sekolah hanyalah peta dunia, beberapa gambar peradaban kuno dunia, dan kartu konsep-konsep IPS. Media-media


(24)

5 tersebut dirasakan tidak membawa suasana baru pada pembelajaran. Yang menjadi masalah jumlah dan ragam dari media pembelajaran tersebut masih sedikit. Di samping itu, media tersebut terbatas pada beberapa sub meteri saja, pada materi lain media tersebut tidak dapat digunakan. Karena itu, hanya menggunakan media papan tulis dan spidol untuk menyampaikan pesan materi pembelajaran.

Ketika observasi dalam kelas, pembelajaran IPS didominasi menggunakan metode ceramah, guru hanya menyampaikan informasi dan menulis konsep-konsep IPS di papan tulis. Hingga sekitar menit ke 25 pembelajaran berjalan baik. Tetapi, selanjutnya terlihat indikasi kurangnya konsentrasi belajar siswa. Beberapa siswa mulai mengalihkan perhatiaannya pada hal-hal yang lain, seperti mengobrol, melamun, dan bahkan mengantuk. Hal ini mengindikasikan asumsi sebagai gejala bahwa pembelajaran berjalan kurang menarik dan membosankan.

Pembelajaran IPS secara khusus, seharusnya guru tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah karena dinilai kurang mengembangkan para siswa untuk mengasah kemampuan kecerdasan majemuk yang dikembangkan Howard Gardner untuk kategori kecerdasan visual sparsial. Kecerdasan visual spasial sendiri menurut Gardner (2003:24) adalah kecerdasan kemampuan membentuk model mental dari dunia visual dan mampu melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu. Seperti yang kita tahu dalam metode ceramah kita hanya mendengar lalu menyimpan dan memproses informasi yang kita


(25)

6 dengar , dengan pengetahuan yang telah kita miliki dengan tidak melibatkan unsur visual dalam proses berpikir.

Melihat hal itu, maka perlu adanya perbaikan dan modifikasi dalam sistem pembelajaran di kelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran tersebut adalah dengan cara melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan inovasi tersebut, diharapkan pembelajaran di kelas mempunyai suasana baru yang positif.

Peneliti menganggap bahwa salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu melalui pengembangan media gambar. Dengan adanya media gambar, akan melengkapi bahasa lisan dan tulisan dalam kaitan menjelaskan suatu konsep, diharapkan memiliki kemampuan memaparkan lebih rinci dan memberikan pengalaman belajar tidak langsung kepada siswa. Dengan media gambar, diharapkan potensi kecerdasan visual spasial yang dimiliki siswa menjadi semakin terasah.

Media gambar realita yang dikembangkan merupakan media gambar yang cukup unik, dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi pembelajaran IPS yang bersifat abstrak menjadi konkret, agar lebih mudah dipahami oleh siswa kelas V SD. Dalam media ini gambar yang disajikan berupa gambar-gambar yang menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata, disajikan dalam gambar-gambar yang menarik, dan sesuai dengan potensi daerah. Dengan harapan peserta didik lebih menfokuskan ketertarikan pada gambar, karena gambar-gambar yang ditampilkan merupakan sesuatu yang khas di daerah mereka tinggal. Bahkan sebagian peserta didik, mungkin pernah melihat secara langsung


(26)

7 gambar-gambar tersebut. Sehingga melalui media gambar tersebut diharapkan penguasaan materi akan lebih mudah.

Penggunaan media gambar realita hasil pengembangan tersebut, diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Sesuai sifatnya, media gambar realita dapat menyampaikan materi atau permasalahan dalam pembelajaran IPS yang penuh dengan materi bersifat abstrak, hingga dapat memperjelas materi menjadi konkret. Maka peneliti berupaya mengembangkan sebuah media pembelajaran visual yaitu media gambar realita dalam pembelajaran IPS.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang melatar belakangi penelitian ini maka, masalah penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut;

1. Masih kurangnya media pembelajaran yang tersedia di SDN 2 Jatimulyo. 2 Belum adanya inovasi dalam pengembangan media pembelajaran, khususnya

media pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Interaksi pembelajaran cenderung dalam satu arah, guru terlalu mendominasi dengan berceramah sedangkan siswa pasif sebagai pendengar.

4. Media gambar dalam buku pelajaran IPS, hanya berisi gambar ilustrasi dan gambar foto tidak berwarna, sehingga kurang menarik bagi peserta didik.


(27)

8 5. Minimnya prasarana pembelajaran terutama peralatan TIK (LCD proyektor, komputer/ noot book) yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran, belum memungkinkan mengembangkan strategi pembelajaran berbantuan komputer.

1.3 Batasan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan tentu diperlukan batasan yang akan dikerjakan dan dicari solusinya, yaitu:

a. Penggunaan media alternatif yang dapat merangsang ketertarikan siswa SD untuk menyukai dan menyerap pembelajaran IPS.

b. Media gambar realita yang dikembangkan adalah sebagai alat/sarana pendukung mempermudah peserta didik untuk memahami konsep-konsep pembelajaran IPS, dan mengurangi verbalisme sehingga menjadi lebih konkret.

c. Dalam penelitian ini, penulis hanya mengembangkan suatu media pembelajaran IPS dengan tema “Gambar Realita Kenampakan Alam dan Buatan Serta Pembagian Waktu di Indonesia” untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran, yaitu: 1) konsep kenampakan alam; 2) konsep kenampakan buatan; dan 3) konsep pembagian waktu di Indonesia pada kelas V semester I.

1.4 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah di atas, dan pembatasan permasalahan yang dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(28)

9 a. Bagaimanakah mengembangkan media gambar realita dalam pembelajaran IPS

di SD ?

b. Bagaimanakah efektifitas penggunaan media gambar realita dalam pembelajaran IPS di SD ?

1.5 Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan penjabaran dari rumusan masalah, maka dapat dikemukakan tujuan umum pengembangan media gambar realita adalah untuk mengembangkan media pembelajaran yang mampu menstimulus peserta didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran IPS. Hal tersebut dikarenakan konsep-konsep-konsep-konsep pembelajaran IPS bersifat abstrak, sedangkan siswa kelas V SD berada pada tahap operasional konkret yang cenderung menerima suatu materi bersifat konkret. Dengan menggunakan desain model Dick and Carey untuk mengetahui keefektifitasan media gambar dalam pembelajaran IPS pada materi beragam kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia. Dengan adanya media gambar yang langsung mengarahkan peserta didik ke dalam lingkungan daerah yang nyata di harapkan dapat meningkatkan motivasi serta pemahaman pada pembelajaran IPS sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan media gambar realita, yaitu:

a. Dapat menghasilkan produk media gambar realita dalam pembelajaran IPS di SD.


(29)

10 b. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan media gambar realita dalam

pembelajaran IPS di SD.

1.6 Manfaat Pengembangan Media.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran IPS. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain:

a. Bagi Siswa, pengembangan media pembelajaran berbentuk gambar realita ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam memaknai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui media visual dalam bentuk gambar realita. Dengan daya tarik yang tinggi terhadap media gambar realita, siswa lebih termotifasi untuk memahami suatu kondisi daerah.

b. Bagi guru, pengembangan media gambar diharapkan dapat mempermudah penyampaian mengenai materi pelajaran IPS, sehingga guru lebih mudah menyampaikan materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.

1.7 Ruang Lingkup Pengembangan Media

Ruang lingkup dari pengembangan media dalam penelitian ini adalah ruang lingkup pengembangan media gambar realita, dalam hal ini adalah suatu obyek gambar yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karateristik dan kemampuan masing-masing media perlu di


(30)

11 perhatikan oleh guru agar guru dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pembelajaran khususnya pengembangan media gambar realita, pada aspek-aspek berikut ini.

1. Aspek Media yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media visual/grafis, yaitu media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan symbol/gambar. Media gambar realita adalah suatu media visual yang dikembangkan dalam bentuk grafis yang berfungsi untuk memperjelas konsep-konsep pada materi pembelajaran IPS.

2. Aspek Materi, pengembangan media dalam penelitian ini sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar dengan materi yang dipilih adalah;

a. standar kompetensi: 1. menghargai berbagai peninggalan dan sejarah yang berskala nasional dan pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia; b. kompetensi dasar: 1.3 mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan

serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.8 Ruang Lingkup Pendidikan IPS di SD.

Ruang lingkup pendidikan atau mata pelajaran IPS di SD pada penelitian ini meliputi aspek-aspek berikut ini.


(31)

12 a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan. c. Sistim Sosial dan Budaya.

d. Perilaku, Ekonomi dan Kesejahteraan.

Sapriya (2011: 12) mengemukakan IPS di tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang mengusai pengetahuan (knowledges), ketrampilan (sikap), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi, sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Jadi pembelajaran IPS di SD secara khusus bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, nilai dan analisis siswa terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi masalah sosial yang menimpa diri maupun masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat (Sapriya, 2011 : 45). Sedang Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut ini.

1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi dan hubungan politik. 2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun


(32)

13 3. Ditinjau dari tingkatanya meliputi tingkat lokal, regional dan global. 4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan

ekonomi.

1.9 Spesifikasi Produk Yang dikembangkan

Media gambar realita yang dihasilkan dalam penelitian ini secara umum digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Prinsip pengembangan media gambar realita secara garis besar berkaitan dengan bentuk maupun isi media pembelajaran adalah sebagai berikut;

a) komponen penting yang dikaitkan dengan media gambar realita adalah menyampaikan pesan (mata pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar pada materi keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian waktu di Indonesia dengan peta/atlas/globe dan media lainnya) secara visual melalui rangkaian gambar-gambar nyata, dan berhubungan langsung dengan materi yang dipilih. Dari rangkaian gambar-gambar tersebut yang disusun sedemikian rupa, siswa diajak untuk memahami secara visual terlebih dahulu, kemudian memahami maksud dari materi pembelajaran IPS tersebut;

b) segi gambar, media gambar realita ini didominasi oleh gambar-gambar hasil pemotretan terhadap suatu objek nyata dan benar-benar ada yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Gambar yang dipilih diusahakan dapat membuat peserta didik lebih menfokuskan pada gambar saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu dipilih gambar dengan resolusi yang tinggi dan percetakan yang baik agar lebih menarik dan indah. Dengan demikian media gambar


(33)

14 realita memiliki desain sederhana namun jelas dari segi visual yang akan ditampilkan;

c) segi bentuk, media gambar yang dikembangkan slide/poster dengan ukuran yang besar (120 x 2400 cm) yang dicetak dengan mesin pencetak ukuran besar yang biasa digunakan pada teknologi digital printing. Desain media yang dikembangkan dalam ukuran besar tersebut dimaksudkan untuk kegiatan pembelajaran klasikal. Jenis huruf yang digunakan diusahakan semenarik mungkin dan aspek keterbacaan lebih diutamakan;

d) segi isi, media gambar yang diinginkan adalah media yang mampu menjelaskan dan mendeskripsikan konsep keberagaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian waktu di Indonesia yang masih abstrak menjadi lebih konkret; e) media gambar realita tersebut disusun dengan menampilkan kalimat yang


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori belajar merupakan penjelasan tentang suatu hal yang mendukung dan mendasari bagaimana terjadinya proses belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Teori pembelajaran Reigeluth dan Merill dalam Miarso (2009: 529) menjelaskan bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah belajar bagi seorang pengembang pembelajaran yang optimal, maka tersebut tidak terlepas dari beberapa variabel pembelajaran yang saling mempengaruhi sebagaimana dikemukakan oleh Reigeluth dan Merill, yang terdiri dari tiga variabel yaitu kondisi, metode dan hasil.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang komponennya terdiri dari siswa, kegiatan pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dengan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan evaluasi diakhir pembelajaran. Menurut Miarso (2009: 144) pembelajaran adalah kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar. Pembelajaran diartikan sebagai bahan ajaran yang dilakukan oleh seorang pengajar.


(35)

16 Dalam penelitian ini, teori belajar dan pembelajaran yang digunakan adalah teori belajar kognitif dari Jean Piaget, teori pengalaman belajar dari Edgar Dale dan teori kecerdasan visual spasial dari Howard Gardner.

2.1.1 Teori Belajar Kognitif

Jean Piaget, seorang pakar penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Menurut pendapat Piaget sebagaimana dikutip Dahar (2010:152), setiap individu mengalami tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut; 1) sensori motor (0-2 tahun); 2) pra operasional (2-7 tahun); 3) operasional konkret (7-11 tahun); 4) operasi formal (11 tahun ke atas). Piaget berpendapat


(36)

17 bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat tahapan tersebut.

2.1.2 Teori Pengalaman Belajar

Proses pembelajaran dipandang sebagai usaha yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar. Menurut pendapat Sanjaya (2006:162) “Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung”. Proses untuk mendapatkan pengalaman langsung dilakukan melalui aktifititas pembelajaran pada situasi yang sebenarnya. Namun untuk proses pengalaman tidak langsung dilaksanakan sebagai upaya mensikapi kendala tidak semua bahan pembelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk mempelajari beragam kenampakan alam, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung ke tempat berbagai ragam kenampakan alam maupun buatan tersebut. Oleh karena itu untuk memberikan pengalaman belajar tidak langsung, pendidik memerlukan alat bantu dalam bentuk media pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan kerucut pengalaman oleh Edgar Dale (Sanjaya, 2006:163) yang mengemukakan “untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience)”. Kerucut pengalaman Edgar Dale dianut


(37)

18 secara luas untuk menentukan alat bantu atau media yang sesuai, untuk memperoleh pengalaman belajar secara mudah.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arsyad, 2011:11)

Gambar 1. kerucut pengalaman Edgar Dale, nampak bahwa lambang visual dan gambar diam berada pada tingkatan lambang verbal (abstrak). Hal ini menjelaskan bahwa media yang berbentuk visual merupakan media yang cocok dipergunakan dalam pembelajaran materi yang bersifat abstrak.

2.1.3 Teori Kecerdasan Visual Spasial

Howard Gardner, Guru Besar Pendidikan di Harvard University, mengajukan teori kecerdasan majemuk (Theory of Multiple Intelligence). Melalui penelitian bertahun-tahun tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia, Gardner mengembangkan kriteria untuk mengukur kecerdasan. Ia tidak percaya bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan setiap individu hanya memiliki kecerdasan tunggal.

Pengalaman Langsung Benda Tiruan/Pengamatan

Dramatisasi Karyawisata

Televisi

Gambar Hidup Pameran Gambar Diam Rekaman Video Lambang Visual

Lam-bang Kata Abstrak


(38)

19 Gardner mendefinisikan kecerdasan, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat (Gardner terjemahan Alexander Sindoro, 2003: 22).

Gardner (2003:23) mengklasifikasikan kecerdasan ke dalam tujuh jenis. Ketujuh jenis kecerdasan tersebut adalah bahasa (linguistik), logika-matematika, ruang (spasial), musik, gerak badan (kinestetik), antar pribadi, dan intra pribadi. Kemudian telah menambah satu lagi kecerdasan yaitu kecerdasan naturalis. Dengan demikian, teori Gardner tentang multiple intelegences ini ada delapan kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud adalah bahasa (linguistik), logis-matematis, visual/ruang (spasial), musikal, gerak badan (kinestetik), antarpribadi (interpersonal), intrapribadi (intrapersonal), dan lingkungan (naturalis).

Menurut pendapat Gardner (2003:24) yang mendefinisikan kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan kemampuan membentuk model mental dari dunia ruang dan mampu melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu. Lebih lanjut Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang secara internal di dalam pikirannya (mind). Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan kemampuan untuk menikmati apa yang dilihat di sekitar, melakukan transformasi dan modifikasi berdasarkan persepsi terhadap sesuatu, dan


(39)

20 merancang atau menghasilkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui penglihatan walau tanpa melihat objek yang nyata.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan spasial merupakan kemampuan yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, kemudahan dalam;

a) menata ruang dan menciptakan suatu tata ruang;

b) membayangkan sesuatu, seperti benda, tempat, perjalanan;

c) membentuk sesuatu seperti membuat pahatan, dan menciptakan karya seni, seperti menggambar, melukis, merancang tata ruang dari sesuatu yang ada di sekitarnya;

d) menghasilkan pengetahuan berdasarkan suatu ilmu seperti topologi dan anatomi.

2.2 Pembelajaran IPS dan Hasil Belajar Yang Berkaitan Dengan Media

2.2.1 Pengertian Pembelajaran IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di Sekolah Dasar (SD)


(40)

21 dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut. Menurut Sapriya mengutip pendapat Somantri yang mengemukakan bahwa;

istilah penyederhanaan digunakan pada PIPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik (Sapriya, 2011: 12).

Pengertian IPS didasarkan pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sapriya (2011: 12), yang mengemukakan bahwa: PIPS untuk sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.


(41)

22 2.2.2 Konsep Pembelajaran IPS

Proses pembelajaran IPS di sekolah seyogyanya dapat mengarahkan, membimbing, dan mempermudah peserta didik dalam penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga peserta didik mampu membentuk struktur ilmu pengetahuan sendiri. Namun hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah karena kemampuan setiap peserta didik dengan latar belakang kemampuan dan lingkungan belajar yang berbeda.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas seorang pendidik pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah atau memberi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret. Menurut Sapriya (2011:57) yang mengemukakan bahwa; “suatu upaya untuk menerjemahkan dan mengkonkretkan hal yang abstrak tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang berfungsi sebagai wakil atau representasi”. Sesuatu yang menjadi perwakilan inilah yang dikenal sebagai model. dengan kata lain para pendidik perlu memperkenalkan pengetahuan abstrak kepada siswanya melalui perantaraan model. Melalui model tersebut dibedakan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda-beda dan mengorganisasikannya dalam suatu struktur.

Salah satu model yang banyak digunakan dalam membantu pendidik agar lebih efektif dalam merancang pembelajaran yang bersifat asbtrak salah satunya adalah model struktur pengetahuan. Menurut Tanck (1969)


(42)

23 sebagaimana dikutip oleh Sapriya (2011: 59-65) mengemukakan bahwa model struktur ilmu pengetahuan terdiri atas unsur-unsur berikut ini.

a. Atribut

Atribut ialah karakteristik atau sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan. Atribut didasarkan pada fakta berupa informasi konkret yang dapat diverifikasi dari laporan orang lain atau hasil pengamatan langsung seseorang. Untuk membuktikan keakuratan informasi, dapat dilakukan dengan memeriksa kebenaran laporan atau dengan meneliti, mendengarkan, menyentuh, atau merasakan.

b. Kelas

Kelas adalah pengelompokkan kategori benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau pemikiran. Setiap kelas meliputi benda-benda yang memiliki kesamaan atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang berbeda-beda atau tidak ada kaitannya. Pengkelasan dilakukan dengan berdasarkan pada satu atau beberapa atribut tertentu, tidak pada semua atribut.

c. Simbol

Setiap kelas dapat dirujuk oleh suatu simbol. Simbol menunjukkan kelas, yang dapat berupa kata-kata, tanda, gerak mimik, nomor angka, atau yang


(43)

24 lainnya. Simbol merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang kelas.

d. Konsep

Konsep ialah suatu pengertian abstrak yang disosialisasikan dengan simbol sekelompok benda, peristiwa, atau ide. Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan dengan contoh tertentu melainkan dengan semua anggota kelas. Konsep bersifat subjektif dan menyatu, semua orang membentuk konsep dari pengalamanannya sendiri. Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas.

e. Generalisasi

Generalisasi merupakan pengertian dari suatu hubungan antara atau antar konsep. Hubungan antara dua konsep yang saling terkait atau antar konsep yang jumlahnya lebih dari dua jenis konsep. Generalisasi merupakan penekanan suatu hubungan yang terjadi antara atau antara kelas/kelompok. Model struktur pengetahuan ini mewakili suatu cara bagaimana pengetahuan yang bersifat abstrak dapat digolongkan dan disusun sehingga pendidik dapat dengan mudah merancang pembelajaran dan peserta didik lebih mudah lagi belajar.


(44)

25 2.2.3. Materi Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Waktu

di Indonesia

Materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian waktu di Indonesia merupakan salah satu materi pada pembelajaran IPS untuk siswa SD kelas V. Pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi ini merupakan bagian dari Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa berikut ini. a. Standar Kompetensi; 1. menghargai berbagai peninggalan dan sejarah

yang berskala nasional dan pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

b. Kompetensi Dasar; 1.3 mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

Kompetensi dasar tersebut merupakan generalisasi dari tiga konsep pembelajaran yang bersifat abstrak, yaitu mengenai konsep kenampakan alam, kenampakan buatan, dan konsep pembagian waktu di Indonesia. Sesuai dengan model struktur ilmu pengetahuan, setiap konsep-konsep pada materi tersebut terdiri beberapa atribut dan kelas yang dirujuk ke dalam simbol-simbol tersendiri.

Pada konsep kenampakan alam, terdiri dari beberapa kelas yaitu kenampakan alam di wilayah daratan, kenampakan alam di wilayah perairan, keragaman flora dan fauna, dan cuaca/iklim di Indonesia. Masing-masing kelas dikelompokkan dalam atribut-atribut yang merupakan karakteristik/sifat


(45)

26 tersendiri. Oleh karena itu, pembagian konsep kenampakan alam diuraikan sebagai berikut;

Kelas kenampakan alam di wilayah daratan, merupakan kelas yang mengelompokkan benda-benda yang terdapat di wilayah daratan. Pada kelas ini dikelompokkan pada beberapa atribut, yaitu; dataran tinggi, dataran rendah, pantai, pegunungan, gunung, lembah (ngarai), dan tanjung (semenanjung).

a. Kelas kenampakan alam di wilayah perairan, merupakan kelas yang mengelompokkan benda-benda yang berada di perairan. Pada kelas kenampakan alam di wilayah perairan dikelompokkan beberapa atribut, antara lain: laut, sungai, danau, rawa, selat, teluk, dan samudra.

b. Kelas keragaman flora dan fauna, merupakan kelas yang mengelompokkan benda (hewan dan tumbuhan) yang menghuni wilayah tertentu di Indonesia. Pada kelas ini dikelompokkan beberapa atribut yang merupakan karakteristik dari flora dan fauna berdasarkan letak geografis, curah hujan dan kondisi iklim. Atirbut-atribut yang terdapat pada kelas keragaman flora dan fauna, yaitu; fauna asli Indonesia, fauna jenis Asia, fauna jenis Australia, fauna peralihan, flora bagian barat Indonesia, flora bagian tengah Indonesia.

c. Kelas cuaca/iklim di Indonesia, merupakan kelas yang mengelompokkan sifat-sifat keadaan suatu alam pada wilayah tertentu di Indonesia. Kelas ini dikelompokkan berdasarkan keadaan wilayah yang dipengaruhi oleh posisi astronomis, dan letak geografis suatu wilayah. Pada kelas ini


(46)

27 diuraikan pada beberapa atribut, yaitu; iklim di Indonesia, dan cuaca di wilayah Indonesia.

Konsep keragaman kenampakan buatan terdiri dari dua kelas, yaitu kelas kenampakan lingkungan buatan, dan manfaat/kerugian lingkungan buatan. Masing-masing kelas terdiri dari atribut-atribut yang dikelompokkan berdasarkan benda dan sifat tersendiri. Kelas kenampakan lingkungan buatan dikelompokkan dari beberapa atribut benda yang merupakan fakta berupa informasi konkret mengenai benda-benda yang sengaja dibuat. Atribut-atribut pada kelas ini terdiri dari: waduk dan bendungan, bandara, pelabuhan, jalan kereta api, jalan, jembatan, dan sebagainya. Sedangkan kelas manfaat/kerugian merupakan pengelompokkan beberapa pemikiran yang ada kaitannya dengan konsep keragaman kenampakan buatan. Pada kelas ini terdiri dari dua atribut yang merupakan dampak dari pembuatan kenampakan buatan tersebut, yaitu: manfaat yang merupakan dampak positif dari dibangunnya kenampakan buatan, dan kerugian sebagai dampak negatif dari pembuatan keragaman kenampakan buatan.

Konsep pembagian waktu di Indonesia terdiri dari tiga kelas, yaitu letak geografis Indonesia, peta pembagian waktu di Indonesia, dan perbedaan waktu di Indonesia. Kelas-kelas pada konsep pembagian waktu di Indonesia merupakan pengelompokkan berdasarkan tempat dan peristiwa. Pada kelas letak geografi menunjukkan tempat/posisi wilayah Indonesia berdasarkan garis bujur dan garis lintang. Pada kelas pembagian waktu di Indonesia menunjukkan peristiwa kejadian pembagian waktu berdasarkan posisi suatu


(47)

28 wilayah terhadap garis bujur. Sedangkan kelas perbedaan waktu di Indonesia, menunjukkan peristiwa/kejadian perbedaan pembagian waktu di Indonesia. Pada kelas ini terdiri dari tiga atribut yang merupakan karakteristik suatu peristiwa pembagian waktu, yaitu: Waktu Indonesia Barat, Waktu Indonesia Tengah, dan Waktu Indonesia Timur.

Uraian yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa materi beragam kenampakan alam dan buatan serta pembagian waktu di Indonesia merupakan suatu generalisasi dari kompetensi dasar (KD) pada pembelajaran IPS untuk peserta didik kelas V SD. Generalisasi dari materi tersebut merupakan pengertian yang menghubungkan beberapa konsep, dalam hal ini adalah menghubungkan ketiga konsep yaitu; kenampakan alam, kenampakan buatan, dan pembagian waktu di Indonesia. Konsep-konsep tersebut merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga diperlukan upaya agar menjadi konkret dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mempermudah pemahaman dapatlah digambarkan struktur ilmu pengetahuan sosial (IPS) dari materi pada kompetensi dasar (mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya) sebagaimana bagan pada gambar 3 di berikut ini.


(48)

29

Gambar 2. Model Struktur Ilmu Pengetahuan IPS

2.2.4 Hasil Belajar IPS Berkaitan Dengan Media Gambar

Hasil belajar merupakan hal yang paling terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3), mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, dalam pengertian yang lebih luas mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan

Generalisasi

Kompetensi Dasar (KD) 1.3 Mata pelajaran IPS kelas

V SD Kenampakan Alam Kenampakan Buatan Pembagian Waktu di Indonesia Wilayah Daratan Wilayah Perairan Lingkungan Buatan Manfaat/kerugian lingkungan buatan Letak Geografi Indonesia Pembagian Waktu Perbedaan Waktu di Indonesia Keragaman Flora dan Fauna Iklim dan Cuaca


(49)

30 Mudjiono (2006: 3-4), juga mendefinisikan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-27), menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut; a. pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan ini berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode;

b. pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari;

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru;

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil;

e. sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya, kemampuan menyusun suatu program;

f. evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.


(50)

31 Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai seorang pendidik harus bisa memahami dengan baik materi pembelajaran IPS yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar, memahami cara mengajarkan IPS yang efektif, dan menggunakan cara-cara pembelajaran IPS yang tepat, serta memperhatikan karakteristik siswa.

Perlu diketahui bahwa masa anak usia SD merupakan masa kanak-kanak akhir yang ditandai dengan mulainya anak masuk SD. Anak-anak mempunyai keterampilan kognitif dan sosial yang dibutuhkan untuk belajar, oleh karena itu guru harus memahami perkembangan intelektual anak dalam belajar IPS. Sehingga diharapkan dapat tercipta pembelajaran IPS yang maksimal dan tujuan pembelajaran IPS tercapai secara optimal. Guru juga harus bisa memahami sifat-sifat anak SD sesuai dengan kelompok umurnya sehingga akan memudahkan dalam menangani anak didiknya dalam belajar.

Pada dasarnya pengajaran dan pembelajaran adalah upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan ketrampilan siswa melalui interaksi siswa


(51)

32 dengan lingkungan belajar yang diatur guru, pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh guru (Sadiman, dkk, 2011: 28-29).

Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru pada lingkungan belajarnya. Pesan pembelajaran tersebut yang berupa konsep abstrak, memerlukan suatu media pembelajaran agar mampu membantu siswa dalam menangkap konsep pembelajaran IPS yang disampaikan oleh guru. Salah satunya adalah media gambar yang memiliki daya tarik sebagai media pembelajaran bergantung kepada usia para siswa. Menurut Sudjana (2010: 12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut;

1) ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata;

2) ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif;

3) ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya; 4) dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1


(52)

33 5) ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat

siswa menjadi efektif;

6) ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian kiri atas medan gambar.

Media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, media gambar merupakan media pembelajaran yang efektif untuk mendukung hasil belajar siswa kelas rendah terutama pada konsep pembelajaran IPS yang abstrak. Sehingga pembelajarannya masih memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dan hasil belajar IPS siswa bisa mencapai semua tujuan instruksional yang telah ditentukan sebelumnya secara maksimal.


(53)

34 2.3 Media Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Media

Media berasal dari kata medium (latin) yang berarti perantara atau pengantar. Dalam bahasa Indonesia kata ”medium” dapat diartikan sebagai ”antara” atau ”sedang”. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber pemberi pesan dan penerima pesan. Secara khusus pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2011: 3).

Media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa (Angkowo & Kosasih, 2007: 34).

Media merupakan bagian dari komponen metodologi pengajaran yang berfungsi sebagai sumber dan membantu metode pengajaran yang sedang dilakukan (Sudjana dan Rivai, 2001: 21). Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan atau media pembelajaran, apabila media tersebut digunakan untuk menyalurkan/menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan, seperti dikemukakan Brigs yang dikutip oleh Sadiman, dkk


(54)

35 (2011: 6) bahwa ”media pembelajaran adalah segala sesuatu alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.”

Sedangkan menurut Miarso (2009: 458) pengertian media pembelajaran adalah: segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Pendapat senada dengan Miarso juga di kemukakan oleh Daryanto (2011: 6) yaitu:”media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan suatu sarana yang sengaja dipakai sebagai proses komunikasi dalam menyampaikan pesan pembelajaran dan bertujuan membangkitkan rangsangan kepada siswa untuk belajar.

2.3.2 Fungsi Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,


(55)

36 komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen yang terintegrasi dari sistem pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran mempunyai manfaat yang dapat menarik minat dan motivasi belajar siswa. Menurut Sadiman, dkk (2011: 55), bahwa penggunaan media pembelajaran jika dilihat dari karakteristiknya sebagai perantara dalam menyampaikan pesan antara lain berikut ini.

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3. Menimbulkan kegairahan dalam belajar.

4. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

5. Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut kemampuan dan minatnya.

6. Memberikan rangsangan yang sama pada setiap siswa. 7. Mempersamakan pengalaman.

8. Menimbulkan persepsi yang sama antara siswa yang satu dan yang lainnya.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (2001: 2) mengemukakan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain berikut ini.

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan akan menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan


(56)

37 dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajara, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan lain-lain.

Sementara Miarso (2009: 458) merumuskan fungsi media pembelajaran dalam berbagai kajian teoritik maupun empirik sebagai berikut;

1. media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita sehingga otak kita dapat bekerja secara optimal;

2. media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman; 3. media dapat melampaui batas ruang kelas;

4. media memungkinkan adanya interaksi langsung antara individu dengan lingkungannya;

5. media menghasilkan keseragaman pengamatan; 6. media membangkitkan keinginan dan minat baru;

7. media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar;

8. media memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkret maupun abstrak;

9. media memberikan kesempatan untuk belajar mandiri;

10.media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy), yaitu kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan obyek, tindakan, dan lambang yang tampak yang terdapat dalam lingkungan, baik yang alami maupun buatan manusia;

11.media mampu meningkatkan efek sosialisasi;

12.media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri.

Sementara Daryanto (2011: 5) mengemukakan pendapatnya mengenai kegunaan media, antara lain; 1). memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; 4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya; 5) memberi rangsangan


(57)

38 yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, dan 6) proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

2.3.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Jenis-jenis media pembelajaran sangat bermacam-macam dan banyak jenisnya. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006: 170) yang mengklasifikasikan media pembelajaran dalam tiga bagian, yaitu;

a. dilihat dari sifatnya, media dibagi kedalam; 1) media auditif, yaitu media yang hanya didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara; 2) media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transfaransi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya; dan 3) media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya video, slide suara, dan lain lain;

b. dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam; 1) media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan


(58)

39 televisi, dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan sebagaimana mestinya; c. dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:

1) media yang diproyeksikan seperti film, slide, transparansi dan lain sebagainya. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media tersebut tidak akan berfungsi; dan 2) media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.

2.3.4 Pertimbangan dalam Pemilihan Media

Ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat. Untuk lebih mudah mengingatnya, pertimbangan tersebut dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty (Koesnandar, 2003: 9).

a) Access. Pertimbangan yang pertama dalam memilih media adalah kemudahan akses.

b) Cost. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita, tetapi biaya juga harus menjadi pertimbangan karena kita harus melihat segi manfaatnya dari media tersebut karena biasanya media yang terhitung canggih memerlukan biaya yang cukup mahal.


(59)

40 c) Technology. Pertimbangan selanjutnya adalah ketersediaan teknologi untuk mendukung secara operasional media yang akan kita gunakan, dan yang terpenting teknologi yang kita gunakan mudah untuk digunakan. d) Interactivity. Pemilihan media hendaknya berdasarkan kepada prinsip

interaktif, artinya media yang digunakan dapat menciptakan komunikasi dua arah diantara media dan user (pengguna).

e) Organization. Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Dukungan pihak sekolah atau yayasan mendukung sangat menentukan terhadap penyediaan media yang diperuntukkan untuk kegiatan proses belajar mengajar (PBM).

f) Novelty. Media yang original atau baru biasanya akan lebih menarik perhatian siswa sehingga ketika memilih media hendaknya prinsip novelty menjadi pertimbangan.

2.4 Pengembangan Media Gambar Realita

Ada beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana dan Rivai (2001: 3) jenis media terbagi menjadi empat golongan berikut ini.

“Pertama media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mockup, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, penggunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran”.


(60)

41 Media yang dikembangkan pada penelitian ini adalah media gambar realita untuk mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian waktu di Indonesia dengan peta/atlas/globe dan media lainnya.

2.4.1 Media Gambar

Menurut Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Arsyad (2011: 83), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran.

Beberapa pendapat tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media gambar adalah suatu media visual dalam bentuk grafis yang digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa atau kejadian, dan dituangkan dalam bentuk gambar-gambar.

2.4.2 Media Gambar Realita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) sebagaimana dikutip Wikipedia Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Sedangkan media gambar adalah suatu media


(61)

42 visual dalam bentuk grafis yang digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa atau kejadian, dan dituangkan dalam bentuk gambar-gambar.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna media gambar realita adalah suatu media visual yang dikembangkan dalam bentuk grafis yang berfungsi sebagai penjelas berbagai peristiwa/kejadian yang dituangkan dalam bentuk gambar sesuai dengan dunia nyata/peristiwa nyata.

2.4.3 Pengembangan Media Gambar Realita

Pengembangan media pembelajaran perlu diperhatikan tahap-tahap tertentu yang harus dilalui. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan suatu produk media pembelajaran yang baik dan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Sadiman, dkk (2011: 99-187), pengembangan media meliputi enam langkah, yaitu; (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) merumuskan tujuan instruksional, (3) merumuskan materi secara terperinci, (4) mengembangkan alat pengukur keberhasilan, (5) menulis naskah media, dan (6) mengadakan tes dan revisi.

A. Penyusunan Rancangan

Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat diutarakan berikut ini.


(62)

43 Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.

Kesenjangan itu dapat diketahui apa yang diperlukan atau dibutuhkan siswa. Sebagai perancang program media guru harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Suatu program media akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan atau keterampilan yang disajikan oleh program media itu (Sadiman, dkk., 2011: 103). Dan program media yang terlalu mudah akan membosankan siswa dan sedikit sekali manfaatnya karena siswa tidak memperoleh tambahan pengetahuan atau keterampilan dari program media tersebut. Sebaliknya program media akan dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa belum memiliki pengetahuan atau keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum memanfaatkan hasil dari program pengembangan media tersebut (Sadiman, dkk., 2011: 103).

Pengetahuan prasyarat adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan siswa sebelum memanfaatkan hasil dari program pengembangan media tersebut. Dan program media yang terlalu sulit akan menimbulkan frustasi siswa.


(63)

44 2. Perumusan tujuan

Tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Dengan tujuan seperti itu, baik guru maupun siswa dapat mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses instruksional selesai. Dalam perumusan tujuan ada dua jenis tujuan intruksional, yaitu tujuan intruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum adalah tujuan akhir dari suatu kegiatan instruksional. Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. Sebelum mencapai tujuan instruksional umum terlebih dahulu kita harus mencapai semua tujuan instruksional khusus. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat berikut ini.

1. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa bukan berorientasi kepada guru. Hal yang perlu dinyatakan dalam tujuan harus perilaku yang dapat dilakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan siswa setelah proses instruksional selesai. Jadi, tujuan ini harus berorientasi kepada hasil akhir setelah siswa mengikuti kegitan instruksional.

2. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja operasional. Artinya, kata kerja itu menunjukan perbuatan yang dapat diamati atau yang hasilnya dapat diukur.


(64)

45 3. Pengembangan Materi Sebagai Pendukung Pengembangan Media

Pembelajaran.

Pengembangan materi disini maksudnya adalah bahan pelajaran apa yang harus dipelajari oleh siswa atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan instruksional tercapai. Untuk dapat mengembangkan bahan instruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Dengan cara ini akan diperoleh sub kemampuan dan sub keterampilan, serta sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan (Sadiman, dkk., 2011: 112). Bila semua sub kemampuan dan ketrampilan serta sub-sub kemampuan dan ketrampilan telah teridentifikasi kita akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya tujuan itu. Setelah daftar pokok-pokok bahan pembelajaran tersebut diperoleh, selanjutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari hal yang sederhana ke hal yang rumit atau dari yang konkrit ke yang abstrak. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain.

4. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

Alat pengukur keberhasilan dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa (Sadiman, dkk., 2011: 114). Hal yang diukur atau dievaluasi adalah kemampuan, keterampilan, atau sikap siswa yang


(1)

129

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap data penelitian pengembangan produk media pembelajaran yaitu media gambar realita, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut;

1. Pengembangan media gambar realita diawali dengan analisis kebutuhan yang menunjukkan perlunya pengembangan media pembelajaran. Selanjutnya tahap pengembangan media gambar realita mengikuti langkah-langkah model Dick and Carey, yang terdiri dari 10 langkah, namun hanya sampai langkah kesembilan, yang dapat dipertanggung jawabkan karena keterbatasan biaya. Hasil validasi dari ahli media pembelajaran menilai bahwa media gambar yang dikembangkan pada kategori cukup baik. Sedangkan menurut ahli pembelajaran, media gambar yang dikembangkan pada kategori baik. Berdasarkan hasil penilaian dari kedua orang ahli tersebut, media gambar layak untuk diuji coba pada tahap selanjutnya dengan merivisi sesuai dengan saran dan masukan para ahli. 2. Produk media gambar realita hasil pengembangan ini efektif untuk

dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran IPS kelas V SD. Efektifitas media gambar hasil pengembangan ini nampak dari adanya hubungan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik dengan respon peserta


(2)

130 didik (minat) berdasarkan hasil uji hipotesis. Sehingga secara statistik penggunaan media gambar realita telah terbukti efektif dalam pembelajaran IPS sehingga layak untuk dipergunakan.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, tindak lanjut dari penelitian pengembangan pada upaya peningkatan minat dan prestasi belajar peserta didik. Berbagai upaya itu tidak terlepas bagaimana mengkombinasikan strategi pembelajaran dan media pembelajaran. secara rinci, diuraikan implikasi dari kegiatan pengembangan media gambar realita, antara lain:

Pertama, untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas, pendidik dapat melaksanakan berbagai hal, antara lain melalui rancangan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Pemilihan alternatif dalam meningkatkan pembelajaran harus dimulai dengan analisis kebutuhan yang matang sesuai tujuan kegiatan pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Hal tersebut untuk memastikan bahwa praktisi pendidikan melaksanakan hal yang benar-benar dibutuhkan. Pengembangan media pembelajaran lainnya juga selayaknya mengikuti tahap-tahap tersebut guna memastikan bahwa media yang dikembangkan layak digunakan.

Kedua, sumber belajar dapat dirancang dan direkayasa sedemikian rupa sehingga mampu menarik minat belajar peserta didik, melalui pengembangan media gambar realita, maka pendidik dapat mempertimbangkan penggunaan media gambar realita sebagai media pembelajaran bagi peserta didik. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan menarik memiliki hubungan yang signifikan dengan


(3)

131 hasil belajar peserta didik. Pentingnya mengembangkan media pembelajaran karena sangat terkait dengan efektifitasnya dalam kegiatan pembelajaran. selain itu, memanfaatkan media gambar hasil pengembangan ini bisa menjadi alternatif pembelajaran.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi yang dikemukakan, maka saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian dan pengembangan media gambar realita adalah sebagai berikut;

5.3.1. Untuk Sekolah

Perlu dilakukan pengembangan media gambar untuk memenuhi kebutuhan peserta didik pada media pembelajaran, terutama pada materi-materi yang membutuhkan dan belum tersedia media yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

5.3.2. Untuk Guru

1. Perlunya mengembangkan unsur-unsur pembelajaran lainnya agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas, baik berupa pengembangan model, metode, strategi, media pembelajaran, maupun sumber belajar.

2. Sebaiknya guru mengembangkan media pembelajaran yang menarik dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga dapat membantu memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.


(4)

132

5.3.3. Untuk Pengembang lain.

1. Tidak menutup kemungkinan Pengembangan Media Gambar Realita ini di kembangkan yang lebih baik lagi untuk tampilan media maupun isi materi sehingga hasil pengembangan media pembelajaran ini lebih sempurna lagi. 2. Sebaiknya uji coba lapangan terhadap penggunaan media pembelajaran ini dilakukan diwilayah yang lebih luas, sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan.


(5)

133 DAFTAR PUSTAKA

Al Amri, Ichas Hamid, dan Tuti Astianti. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pengembangan-Pengembangan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional RI. Jakarta.

Angkowo, R. dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT.Grasindo. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Borg.Walter.R and Meredid D Gall.1989.Educational Research.DMC and Company.San Francisco.

Dahar, R. W. 2010. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Satu Nusa. Bandung.

Dick and Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. Longman. New York.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences. Interaksara. Batam.

Koesnandar, Ade. 2003. Guru dan Media Pembelajaran. Jurnal Teknodik. No. 13/VII/Desember/2003. Pustekkom. Jakarta.

Makalahmu. 2010. Teori Belajar Disiplin Mental dalam Pembelajaran IPS. http://makalahmu.wordpress.com/2010/03/04/implementasi-teori-belajar-disiplin-mental-dalam-pembelajaran-ips/ ( di akses pada tanggal 3 Maret 2014)

Miarso, Yusuf Hadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Pendidikan MPIPS FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sadiman, Arief S., dkk. 2011. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.


(6)

134 Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Setyosari, Punadji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Prenada Media Group. Jakarta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Media pengajaran. CV. Sinar Baru. Bandung.

Sudjana, Nana. 2007. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, Nana.2010. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Genta. Yogyakarta Referensi.

Universitas Lampung. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.