Karena kesalahan dari si pemegang Hak Guna Usaha itu sendiri, seperti Disebabkan oleh terdapat cacat dalam penerapan hukum administratif, Karena melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Dilepaskan oleh pemegang hakny

2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak terpenuhi Di dalam ketentuan Pasal 17 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 disebutkan bahwa Hak Guna Usaha hapus karena dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir karena: a. tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak danatau dilanggarnya ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12, 13 dan atau 14. b. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Selanjutnya Pasal 1 butir 14 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah karena: 1. keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya; 2. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Tentang terjadinya pembatalan terhadap keputusan pemberian Hak Guna Usaha ini, terdapat tiga kemungkinan terjadinya, yaitu:

1. Karena kesalahan dari si pemegang Hak Guna Usaha itu sendiri, seperti

tidak dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 12, 13 dan 14 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996; Universitas Sumatera Utara

2. Disebabkan oleh terdapat cacat dalam penerapan hukum administratif,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999, yakni karena alasan kesalahan prosedur, antara lain : a kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan b kesalahan subjek hak c kesalahan objek hak d kesalahan jenis hak e kesalahan perhitungan luas f terdapat tumpang tindih hak atas tanah g data yuridis atau data fisik tidak benar h kesalahan lain yang bersifat hukum administratif.

3. Karena melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap, misalnya karena putusan pengadilan untuk menyelesaikan sengketa pertanahan dalam hal menentukan keabsahan suatu hak, pemberian hak atau pendaftaran hak atas tanah, termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti haknya.

3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir

Pelepasan hak dalam hal ini adalah sama hakikat hukumnya dengan penyerahan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 UUPA, yakni sama-sama merupakan instrumen hukum untuk menjadikan hak atas tanah berstatus tanah negara, yang dilakukan atas dasar persetujuan si empunya tanah. Bedanya, istilah pelepasan Universitas Sumatera Utara hak digunakan terhadap hak yang bersifat sementara Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai, sedangkan penyerahan hak digunakan untuk Hak Milik Pelepasan hak dalam rangka pengadaan tanah berdasarkan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 jo Perpres Nomor 65 Tahun 2006 juga termasuk dalam kategori pelepasan hak ini. Dalam hal ini, Hak Guna Usaha berakhir atas dasar persetujuan dari si empunya Hak Guna Usaha itu sendiri, bukan karena dipaksa demi kepentingan umum. Dengan demikian, jatuhnya tanah Hak Guna Usaha menjadi tanah negara ini tunduk pada pengaturan hukum perdata, dalam hal ini hukum perikatan yang bersumber pada perjanjian, yakni perjanjian antara si empunya Hak Guna Usaha dengan pihak yang membutuhkan tanah. Kekuatan mengikatnya tunduk pada Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. 129 Pada Hak Guna Usaha yang subjeknya adalah perusahaan-perusahaan negara, pelepasannya harus terlebih dahulu mendapat persetujuan pelepasanpengalihan Hak Guna Usaha dari menteri keuangan. Persetujuan ini diperlukan karena tanah-tanah yang dipegang oleh instansi pemerintah termasuk golongan tanah hak dan merupakan aset negara yang penguasaan fisiknya adalah instansi yang bersangkutan, sedangkan penguasaan yuridisnya ada pada Menteri Keuangan. 130 129 Oloan Sitorus dan HM. Zaki Sierrad, Hukum Agraria..., Op.Cit., hal. 132. 130 Boedi Harsono, Reformasi Pengurusan Hak dan Pendaftaran Tanah Sistematis Sebagai Upaya Mewujudkan Catur Tertib Pertanahan dan Manajemen Terpadu Meningkatkan Koordinasi Pelaksanaan Tugas Kewenangan yang Belum Cukup atau Belum Ditangani, Makalah disampaikan Universitas Sumatera Utara

4. Dicabut untuk kepentingan umum