apakah prasyarat awal yang telah dikemukakan pengembang program akan tercapai dengan rencana transaksi yang dikemukakan. Atau sebetulnya ada
model transaksi lain yang lebih efektif. Demikian pula mengenai hubungan antara transaksi dengan hasil yang diharapkan. Analisis kedua adalah analisis
empirik. Dasar bekerjanya sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik.
Pekerjaan evaluator
berikutnya adalah
mengadakan analisis
congruence
kesesuaian antara apa yang dikemukakan dalam tujuan dengan apa yang terjadi dalam kegiatan observasi. Perlu diperhatikan apakah yang
telah direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaanya di lapangan atau terjadi penyimpangan-penyimpangan. Tugas evaluator berikutnya adalah
memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji, untuk itu evaluator memerlukan standar.
Dalam melakukan evaluasi sebelum melakukan pengumpulan data, maka evaluator harus membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan
antecedents
, transaksi dan hasil. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk memperjelas tujuan evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah model
Countenance Stake’s konsisten terhadap
transactions
,
antecedent
dan
outcome
.
D. Standar Nasional Pendidikan
Salah satu terobosan yang baik dari pemerintah dalam bidang pendidikan adalah terlahirnya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Inilah landasan awal pendidikan nasional dan dalam pelaksanaannya berpegang kepada standar mutu secara keseluruhan karena sebelumnya usaha
untuk meningkatkan mutu sekolah di kita hanya dilaksanakan secara implisit yaitu pada perbaikan mutu kurikulum dan tidak pada program perbaikan mutu
sekolah secara menyeluruh pada sektor pendidikan lainya. Undang-Undang No.20 tahun 2003 pada pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan
menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan
pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan. Ketentuan mengenai Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
ayat 2 dan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pemaparan pasal 35 dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tersebut secara gamblang
menerapkan konsep penjaminan mutu dimana terdapat standar mutu minimal
yang harus dicapai melalui proses perencanaan dan dilakukan secara berkelanjutan dengan cara berkala sehingga terjadi
quality improvement
. Selain itu dijelaskan juga tentang
quality control
yang dilakukan untuk memantau mutu pendidikan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan. Inti standar mutu pendididikan terdapat dalam lingkup standar nasional pendidikan meliputi:
1. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
2. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruangtempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
3. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan oleh Satuan Pendidikan, Pemda dan Pemerintah. Untuk sekolah dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis
sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Sedangkan untuk perguruan tinggi
menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku memberikan kebebasan
dan mendorong kemandirian. Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 butir 9.
Perencanaan program satuan pendidikan meliputi perumusan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja sekolah Permendiknas Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan. Visi sekolah adalah rumusan yang berisi cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan
pada masa yang akan datang Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Misi sekolah adalah pernyataan yang berkaitan
dengan program sekolah untuk mewujudkan visi sekolah dalam kurun waktu tertentu Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Setiap sekolah tentunya
mempunyai visi dan misi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Visi dan misi itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut dan harus
sesuai dengan
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional
sehingga perkembangan disekolah tersebut dapat mengikuti perkembangan zaman.
Visi sekolah dijadikan sebagai cita-cita bersama setiap warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang. Visi
tersebut harus mampu memberikan inspirasi, motivasi dan kekuatan pada warga sekolah. Visi dapat dirumuskan oleh semua warga sekolah dan
diputuskan dalam rapat sekolah serta memperhatikan masukan-masukan dari dewan komite sekolah. Setelah sepaham atas visi tersebut kemudian
disosialisasikan kepada warga sekolah kemudian ditinjau secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan masyarakat.
Misi sekolah dapat memberikah arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah. Misi merupakan dasar dari
program sekolah serta menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan. Misi dapat memberikan keluwesan dan ruang
gerak pengembangan kegiatan satuan pendidikan unit sekolah yang terlibat. Dari visi dan misi itu lalu di tuangkan dalam rencana kerja sekolah. Rencana
kerja bisa dalam jangka menengah danjangka tahunan. Rencana kerja menengah biasanya empat tahun sekali dan diputuskan dalam rapat dewan
pendidik dan komite sekolah. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolahan sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Pelaksanaan rencana kerja mencakup komponen-komponen yaitu
pedoman sekolah, struktur organisasi sekolah, pelaksanaan kegiatan sekolah, kegiatan bidang kesiswaan, kegiatan bidang kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, kegiatan bidang pendidik dan tenaga kependidikan, kegiatan bidang sarana prasarana, kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan,
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan. Sekolah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak
terkait. Perumusan pelaksanaan rencana kerja disesuaikan dengan visi dan misi sekolah tersebut. Pedoman pengelolaan sekolah meliputi: kurikulum
tingkat satuan pendidikan KTSP, kalender pendidikan, struktur organisasi, pembagian tugas, tata tertib dan biaya operasional sekolah. Pedoman sekolah
berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional. Sekolah
menyusun program
pengawasan secara
obyektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan. Penyusunan program pengawasan ini
didasarkan pada Standar Pendidikan Nasional kemudian disosialisasikan