Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

7 perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan, cara berusaha ekonomi adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Jumlah penduduk yang lebih sedikit bisa membuat pola perilaku yang dimunculkan lebih bersifat kekeluargaan, pergaulan hidup yang saling mengenal dan tidak terlalu terfokus pada prestasi personal Talcott Parson : 2000. Khususnya pada remaja di pedesaan karena mereka tidak memiliki banyak sarana hiburan atau mengekspresikan hobi mereka maka akan banyak waktu luang yang mereka miliki dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak juga membuat mereka saling mengenal antara satu sama lain dan membuat pola komunikasi yang terjadi lebih sering dengan orang yang sama sehingga membuat pola hubungan yang bersifat kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan yang ada di desa membuat konflik- konflik tidak akan sebesar di kota besar yang lebih fokus pada kepentingan pribadi. Fasilitas yang terbatas juga membuat mereka tidak terlalu banyak mendapat informasi mengenai kekerasan yang bisa memicu mereka untuk melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk bullying juga. Perbedaan tinggi rendah terjadinya perilaku bullying pada remaja di kota dan remaja di desa menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat dan pihak sekolah khususnya mengenai perilaku bullying yang terjadi disekitar mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tinggi rendah munculnya perilaku bullying pada remaja di kota dengan remaja di desa.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai perbedaan tinggi rendah perilaku bullying remaja di kota dan remaja di desa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Menjadi bahan referensi dan menambah wawasan, serta diharapkan dapat menjadi dorongan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai bullying. Memberi pengetahuan mengenai perilaku bullying yang terjadi pada remaja di kota dan di desa. 2. Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai perilaku bullying yang terjadi baik di kota maupun di desa. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bullying

1. Pengertian Bullying Menurut Olweus 1993 bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyamanterluka dan biasanya berulang-ulang. Menurut Coloroso 2006 bullying akan selalu melibatkan adanya ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut dan teror. Menurut Mellor dalam Kompas, 2009 bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik, maupun mental dan orang tersebut takut bila peristiwa tersebut akan terjadi lagi. Bullying merupakan aktivitas sadar, disengaja, dan bertujuan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi lebih lanjut, dan menciptakan teror yang didasari oleh ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, teror yang dapat terjadi jika penindasan meningkat tanpa henti Coloroso, 2007; h.92. Bullying adalah cara mengerikan dan kejam kepada individu atau kelompok yang membuat korbannya terjebak dalam kondisi memalukan dan menyakitkan sehingga korban merasa terancam sedangkan pelaku tidak menyadarinya Tattum Lee, 2004. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Menurut Sulivan 2000, dalam Trevi, 2010 bullying adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang memiliki kuasa, bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik atau psikis, dilakukan tanpa alasan yang jelas, terjadi berulang-ulang, juga merupakan suatu bentuk perilaku agresif, menipulatif yang dilakukan secara sengaja dan secara sadar oleh seseorang atau kelompok kepada orang lain atau kelompok lain. Jadi bullying adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja kepada orang atau kelompok yang dianggap lebih lemah karena tidak adanya keseimbangan kekuatan yang mengakibatkan seseorang merasa tidak nyaman atau tersakiti baik secara fisik maupun psikis, dan membuat korban merasa terancam, biasanya terjadi berulang-ulang. 2. Bentuk-bentuk Bullying Menurut Sullivan dan Clearly 2005 ada beberapa bentuk bullying, antara lain: a. Bullying secara fisik yang merugikan orang lain misalnya melalui tindakan seperti menggigit, memukul, menendang meninju, meludah atau bentuk lain dari serangan fisik. b. Bullying non fisik, meliputi aspek sebagai berikut: 1 Verbal, yaitu mengintimidasi melakukan ancaman, misalnya melakukan panggilan telepon dengan nada kasar, pemerasan 11 uang atau materi, menggunakan bullying dengan bernada seksual dan menyebarkan desas-desus palsu atau jahat. 2 Non verbal, dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Bullying nonverbal secara langsung, termasuk dalam membuat suatu tindakan bullying akan tetapi pada kenyataannya itu dapat digunakan untuk mempertahankan kontrol atas seseorang untuk melakukan intimidasi dan mengingatkan mereka bahwa mereka mungkin akan dipilih untuk menjadi korban bullying kapan saja.Bullying nonverbal secara tidak langsung, melakukan tindakan secara tidak sengaja dan sering mengabaikan secara sistematis, mengisolasi dan membuat oranglain agar tidak menyukai seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator perilaku bullying adalah 3 hal berikut, yaitu: 1. Bermaksud untuk menyakiti 2. Adanya kedudukan yang tidak seimbang antara pelaku bullying dan korban bullying 3. Adanya dominansi oleh salah satu pihak atau pelaku bullying. Jadi ada beberapa bentuk bullying yaitu bullying yang dilakukan secara fisik misalnya memukul, menendang, atau meninju dan yang lainnya yang berupa serangan fisik. Kemudian 12 bullying yang dilakukan secara non fisik yang bisa dilakukan secara verbal misalnya memanggil dengan nada yang kasar, serta bullying yang dilakukan secara non verbal misalnya mengisolasi orang yang dijadikan korban bullying.Indikator perilaku bullying adalah adanya maksud untuk menyakiti, adanya kedudukan yang tidak seimbang, dan adanya dominansi dari pelaku bullying tersebut. 3. Faktor Penyebab Kondisi ini terus terjadi salah satunya karena keengganan dan pembiaran dari kelompok sebaya untuk memberikan informasi serta ketidak beranian korban untuk melaporkan kejadian bullying Routledge, 2003. Salah satu penyebab bullying adalah pola asuh keluarga. Keluarga seharusnya menjadi agen sosial bagi anak-anak muda. Orang tua, saudara dan pengasuh memberikan contoh pada anak bagaimana mengontrol emosi, berhadapan dengan konflik, mengatasi masalah dan mengembangkan keterampilan hidup lainnya Susan dkk, 2009. Menurut Susan, dkk. 2009 menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying yaitu: a. Faktor Individu Individu yang bersifat pencemas, memiliki kondisi fisik lemah, cacat fisik, memiliki harga diri rendah, kurang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 konsep diri yang kuat atau mudah dipengaruhi, akan mudah menjadi korban bullying. b. Faktor teman sebaya Tindakan bullying yang diterima dan adanya pembiaran dari teman-teman atas kejadian bullying dapat menyebabkan perilaku bullying meningkat. c. Faktor sekolah Adanya senioritas, hukuman yang tidak tegas dan tidak konsisten pada pelaku dapat menyebabkan bullying meningkatkan. d. Faktor komunitas Adanya tokoh yang menjadi acuan pelaku untuk menduplikasi kemiripannya, biasanya individu mencontoh perilaku negatif tokoh idolanya. Selain beberapa faktor penyebab bullying di atas ada juga beberapa faktor penyebab terjadinya bullying. Astuti 2008 menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying yaitu : a. Perbedaan kelas ekonomi, agama, gender, etnisitas atau rasisme Pada dasarnya, perbedaan terlebih jika perbedaan tersebut bersifat ekstrim individu dengan suatu kelompok, jika tidak terdapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 toleransi oleh anggota kelompok tersebut, maka dapat menjadi penyebab bullying. b. Senioritas Perilaku bullying seringkali juga justru diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat lazim. Pelajar yang akan menjadi senior menginginkan suatu tradisi untuk melanjutkan dan menunjukkan kekuasaan, penyaluran dendam, iri hati atau mencari popularitas. c. Tradisi senioritas Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan untuk melakukan bullying terhadap junior tidak berhenti dalam suatu periode saja. Hal ini tak jarang menjadi peraturan tak tertulis yang diwariskan secara turun menurun kepada tingkatan berikutnya. d. Keluarga yang tidak rukun Kompleksitas masalah keluarga seperti ketidakhadiran ayah, ibu, menderita depresi, kurangnya komunikasi, antara orang tua dan anak, perceraian atau ketidakharmonisan orang tua dan ketidakmampuan sosial ekonomi merupakan penyebab tindakan bullying yang signifikan. e. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif Bullying juga dapat terjadi jika pengawasan dan bimbingan etika dari para guru rendah, sekolah dengan kedisiplian yang sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI