Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA

penelitian, dimana dalam penelitian terdahulu terdapat lokasi yang berada di Kecamatan Sawahan dan Tambaksari Surabaya, sedangkan dalam penelitian sekarang terdapat lokasi penelitian yang berada di Kelurahan Gunung Anyar Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya. Untuk persamaan dalam penelitian ini yang pertama yaitu jenis penelitian, dimana yang sama-sama menggunakan metode kualitatif. Persamaan yang kedua yaitu sama-sama untuk mengetahui implementasi program Raskin. Persamaan yang ketiga yaitu pengumpulan data, dimana yang sama-sama dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

2.2. Landasan Teori

Di dalam cara berpikir secara ilmiah, teoti sangat dibutuhkan sekali sebagai tolok ukur berpikir maupun bertindak karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk memberikan suatu landasan berpikir pada penulis dalam usahanya untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana hasilnya belum mampu dijadikan sebagai pegangan dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Untuk itulah dalam bab ini penulis ketengahkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ada sebagai berikut :

2.2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

Jenkins dalam wahab 2004 : 4 mengatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik berkenan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itupada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. Eyestone dalam Winarno 2002 : 15 menyatakan bahwa kebijakan publik adalah hubungan suatu pemerintah dengan lingkungannya. Dye dalam Islamy 2003 : 18 kebijakan publik mempunyai arti apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik berkenan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya, adanya hubungan suatu pemerintah dengan lingkungannya dan apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

2.2.1.2. Sifat Kebijakan Publik

Winarno 2002 : 19 sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai berikut : 1 Tuntutan-tuntutan kebijakan Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. 2 Keputusan kebijakan Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan- tindakan kebijakan publik. 3 Pernyataan-pernyataan kebijakan Adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi penjelasan kebijakan publik. 4 Hasil-hasil kebijakan Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan- pernyataan kebijakan. 5 Dampak-dampak kebijakan Adalah akibat-akibatnya bagi masyarakat baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidaknya adanya tindakan pemerintah.

2.2.1.3. Tahap-tahap Kebijakan Publik

Winarno 2002 : 28 proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang komplek karena melibatkan banyak poses maupun variabel yang harus dikaji. publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik sebagai berikut : 1 Tahap penyusunan agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. 2 Tahap formulasi kebijakan Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian di bahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari masalah terbaik. 3 Tahap adopsi kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. 4 Tahap implementasi kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan. 5 Tahap penilaian kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

2.2.2. Program Beras untuk Keluarga Miskin Raskin

Sesuai dengan Pedum Raskin 2010, ada beberapa istilah-istilah yang berkaitan dengan program Raskin Beras untuk Keluarga Miskin, yaitu : a. Program Beras untuk Keluarga Miskin Raskin Program Beras untuk Keluarga Miskin Raskin adalah program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin mlalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 156 kgRTSTahun atau setara dengan 13 kgRTSBulan dengan harga Rp 1600,-kg netto di titik distribusi. b. Satuan Tugas Satgas Satuan Tugas Satgas adalah unit kerja yang dibentuk Kadivre atau Kasubagdivre Perum Bulog yang bertugas mengangkut dan menyerahkan beras kepada pelaksana distribusi akhir dan terdiri dari pegawai Perum Bulog dan di luar Perum Bulog yang ditetapkan. c. Titik Distribusi Titik Distribusi adalah tempat di desakelurahan yang dapat dijangkau keluarga sasaran penerima manfaat atau jika lokasi sulit dijangkau dapat ditentukan di tempat lain yang disepakati secara tertulis antara Pemda dengan DivreSubdivreKanlog sebagai tempat penyerahan beras oleh Satgas Raskin kepada pelaksana distribusi. d. Pelaksana Distribusi Raskin Pelaksana distribusi Raskin adalah kelompok kerja di titik distribusi atau warung desa atau kelompok masyarakat yang ditetapkan oleh kepala desalurah yang diberi tugas menerima beras dari satker raskin dan menjualmenyerahkan kepada RTS-PM Raskin di titik distribusi serta menyetorkan uang Harga Penjualan Beras HPB kepada Satker Raskin atau menyetor ke rekening HPB BULOG yang ditetapkan. e. Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin Rumah tangga sasaran penerima manfaat raskin adalah RTS hasil pendataan PPLS 08 BPS di desakelurahan yang berhak menerima Raskin danatau hasil musyawarah desakelurahan yang dimasukkan dalam Daftar Penerima Manfaat-1 yang ditetapkan oleh kepala desalurah dan disahkan oleh camat. Sesuai dengan Pedoman umum Raskin 2010, terdapat indikator kinerja pelaksanaan program Raskin sebagai berikut : a. Tepat Sasaran Penerima Manfaat Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin hasil musyawarah DesaKelurahan yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat DPM-1. b. Tepat Jumlah Jumlah beras Raskin yang merupakan hak rumah tangga sasaran penerima manfaat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu 156kgRTSTahun atau setara dengan 13kgRTSBulan c. Tepat Harga Harga tebus Raskin adalah sebesar Rp. 1600kg netto di titik distribusi. d. Tepat Waktu Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat sesuai dengan jadwal rencana distribusi yang disusun oleh Tim Raskin dan disahkan oleh BupatiWalikota setempat. e. Tepat Administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap, dan tepat waktu. f. Tepat Kualitas Terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras Bulog. 2.2.3. Implementasi Kebijakan 2.2.3.1. Pengertian Implementasi Kebijakan Webster dalam Wahab 2004 : 64 menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan. Pressman dan Wildavsky dalam Tangkilisan 2003 : 17 mengatakan bahwa implementasi kebijakan diartikan sebagai interaksi antara penyusunan kemampuan untuk menghubungkan antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Meter dan Horn dalam Winarno 2005 : 102, membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan lainnya. Jadi dapat disimpulkan implementasi kebijakan adalah Proses melaksanakan keputusan kebijakan yang telah ditetapkan tujuannya.

2.2.3.2. Sumber-sumber Implementasi Kebijakan

Winarno 2002 : 132 perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber- sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan maka implementasi ini cenderung tidak efektif. Dengan demikian sumber-sumber dapat merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber- sumber yang penting meliputi : a. Staf Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah atau staf, namun di sisi yang lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik menyangkut implementasi kabijakan yang efektif. b. Informasi Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi mengenai program-program adalah penting terutama bagi kebijakan-kebijakan yang melibatkan persoalan-persoalan teknis. c. Wewenang Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang. Wewenang ini akan berbeda-beda dari satu program ke program yang lain, serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda. d. Fasilitas-fasilitas Fasilitas fisik mungkin pula merupakan sumber-sumber yang penting dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai alat yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Keberhasilan dan kegagalan implementasi dapat dilihat dari terjadinya kesesuaian antara pelaksanaan dengan disiplin, tujuan dan sasaran itu sendiri. a. Keberhasilan implementasi kebijakan Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan 2003 : 21 menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor, yaitu : 1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan aparatur pelaksana. 2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan. 3. Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan. b. Kegagalan implementasi kebijakan Peters dalam Tangkilisan 2003 : 22 mengatakan implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu : 1. Informasi Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dari kebijakan itu. 2. Isi Kebijakan Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang sangat berarti atau adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu. 3. Dukungan Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut. 4. Pembagian Potensi Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.3.4. Prospek untuk memperbaiki implmentasi

Pelaksanaan kebijakan selama ini telah diidentifikasikan bahwa banyak masalah yang timbul. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut karakteristik program kebijakan yang di jalankan maupun oleh aktor yang terlihat dalam implementasi kebijakan. Winarno, 2002 : 161 Kebijakan apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 61 membagi pengertian kegagalan kebijakan ke dalam dua kategori yaitu non implementation tidak terimplementasikan dan unsuccesfull implementation implementasi yang tidak berhasil Islamy 2003 : 108 menjelaskan bahwa kebijakan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat. Selain itu baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota masyarakat.

2.2.4. Kemiskinan

Kendatipun berbagai sumber menyoroti angka atau jumlah penduduk miskin di Indonesia masih bervariasi, bahwa masyarakat miskin seberapa kecil pun jumlahnya harus menjadi perhatian bersama. Masyarakat miskin harus segera ditanggulangi.

2.2.4.1 Pengertian Kemiskinan

Mubyarto dalam Mashoed 2004 : 39 Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dan disebabkan oleh rendahnya ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Sulistiyani 2004 : 17 mengatakan kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesbilitas pada faktor produksi, peluang atau kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas hidup lainnya, sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas. Kartasasmita 1996 : 234 bahwa kemiskinan adalah masalah dalam pembangunan yang ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas bahwa Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan rendahnya ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas serta ditandai juga oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

2.2.4.2 Indikator Kemiskinan

Indikator kemiskinan menurut Kuncoro 2004 : 142 adalah sebagai berikut : 1 Garis kemiskinan Badan Pusat Statistik BPS, batas garis kemiskinan yang digunakan setiap Negara ternyata berbeda, misal disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup, BPS menggunakan batas miskin dari besarnya Rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori per hari, sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk makanan, meliputi pengeluaran perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pendekatan yaitu pendekatan kebutuhan dasar, Basic Needs Approach dan pendekatan Head Count Index. 2 Garis kemiskinan Sajogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20 KG beras untuk daerah perkotaan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun. 3 Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan perdesaan dan perkotaan yang dipandang dari sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial, seperti yang diungkap secara berturut-turut dalam subsensus. 4 Indikasi kemiskinan menurut orang jawa, menurut Soetrisno 1997 : 40 antara lain : a. Rumah reot b. Tidak memiliki pakaian yang cukup baik c. Tidak memiliki persediaan pangan d. Tidak memiliki tanah atau ternak besar

2.2.4.3 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Jamasy 2004 : 30 ada beberapa bentuk-bentuk kemiskinan, dimana masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri, keempat bentuk tersebut adalah: 1. Kemiskinan Absolut Yaitu apabila tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum antara lain : kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. 2. Kemiskinan Relatif Yaitu kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. 3. Kemiskinan Strutural Yaitu kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. 4. Kemiskinan Kultural Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya.

2.2.4.4. Perangkap Kemiskinan

Mashoed 2004 : 86 dimana banyak penduduk miskin terperangkap ke dalam perangkap lingkaran kemiskinan, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Property Keadaan miskin sehingga tidak mampu untuk membeli makanan yang cukup, jasmani lemahtidak sehat, tidak bisa bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit, dan sebagainya. 2 Colation Hidup terisolasi atau tertinggal, jauh dari pusat pemberian pelayanan, tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak memperoleh informasi yang cukup dan segera dan tidak memperoleh bantuan atau pinjaman modal dan sebagainya. 3 Powerlessness Penduduk miskin tidak berdaya karena dieksploitasi oleh orang kaya, mereka tidak punya daya untuk mmperolek akses sumber-sumber dari Negarapemerintah, tidak berdaya secara hokum atau perlakuan hokum yang tidak adil, status sosialnya yang rendah, suara orang miskin tidak terdengar, tidak punya akses politik dan sebagainya. 4 Vulnerability Kerentanan hidup karena miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bisa bertahan hidup sering kali mereka terpaksa harus menjual atau menggadaikan aset produktifnya untuk bisa makan atau memperoleh pengobatan sekadarnya. 5 Physical Weakness Penduduk yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara produktif, sering sakit dan tidak cukup makan.

2.2.4.5. Masalah Kemiskinan

Mashoed 2004 : 44, apabila dilihat dari posisi kemiskinan masyarakat, maka terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian yakni : 1 Masalah Kerentanan Bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat di samping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat. 2 Masalah Ketidakberdayaan Karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. 3 Masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja Karena hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja. 4 Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses masyarakat pada dasar lantaran aksesbilitas yang rendah karena kondisi alam yang miskin. 5 Masalah kemiskinan juga teridentifikasi Karena penghasilan masyarakat sebagian besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas sehingga produktivitas mereka menjadi rendah. 6 Masalah kemiskinan juga ditandai dengan tingginya depency ratio Karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membiayai pendidikan dan kesehatan. Akibatnya kualitas sumber daya manusia menjadi lemah.

2.2.4.6. Penyebab Kemiskinan

Kartasasmita 1996 : 240 penyebab kemiskinan di Indonesia ada empat penyebab yang satu sama lain saling terkait dan saling berpengaruh sebagai berikut : 1. Rendahnya taraf pendidikan Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. 2. Rendahnya derajat kesehatan Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa. 3. Terbatasnya lapangan kerja Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. 4. Kondisi keterisolasian Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya kerena terpencil dan terisolasi.

2.2.4.7. Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Kartasasmita 1996 : 241 untuk menanggulangi kemiskinan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sektor dan wilayah. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tertuang dalam 3 arah kebijaksanaan, yakni : a. Kebijaksanaan Tidak Langsung Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. b. Kebijaksanaan Langsung Yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. c. Kebijaksanaan Khusus Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menanggulamgi kemiskinan.

2.2.5. Program Pengentasan Kemiskinan

Sulistiyani 2004 : 137 adapun program pengentasan kemiskinan merupakan perwujudan dari pembangunan yang melibatkan warga masyarakat sebanyak-banyaknya, dengan menjadikan masyarakat miskin sebagai sasarannya. Ada beberapa program-program pengentasan kemiskinan yaitu : 1 Program Inpres Desa Tertinggal IDT Program IDT adalah suatu program penanggulangan kemiskinan secara terpadu, antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu program IDT disebut juga sebagai gerakan nasional dan gerakan masyarakat, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk miskin dengan cara memberikan bantuan. Program ini dimaksudkan untuk merangsang masyarakat miskin agar dapar meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dengan cara meningkatka atau membuka usaha kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki modal awal untuk mengembangkan usaha. 2 Program Takesra dan Kukesra Program Takesra dan Kukesra dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada keluarga miskin namun yang tidak berlokasi di desa tertinggal. Sesungguhnya bantuan yang diberikan tersebut sifatnya hanya merangsang masyarakat miskin untuk menabung dan selanjutnya melakukan usaha. Bantuan yang diberikan dalam bentuk tunai yang tidak diterimakan secara langsung akan tetapi bantuan tersebut berupa tabungan dan pinjaman. Tujuan program ini adalah untuk merangsang keluarga miskin supaya berperilaku ekonomis tidak konsumtif. Pinjaman yang diberikan tidak dipergunakan untuk kegiatan produktif. Dengan demikian keluarga miskin diharapkan mampu melakukan kegiatan produktif yang semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. 3 Program Jaringan Pengaman Sosial Program ini pada umumnya merupakan tindakan darurat yang ditempuh dalam rangka menyelamatkan rakyat dari deraan krisis. Mengingat sifatnya darurat, maka JPS bersifat bantuan murni kepada masyarakat. Tujuan dari program JPS ini adalah : a. Peningkatan ketahanan pangan. b. Penciptaan lapangan kerja. c. Pengembangan usaha kecil dan menengah. d. Perlindungan sosial masyarakat dalam pelayanan dasar khususnya kesehatan dan pendidikan. Pelaksanaan program Raskin di Kecamatan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Anyar Surabaya, termasuk dalam kategori Jaringan Pengaman Sosial JPS, karena dalam program ini mengupayakan agar masyarakat miskin tidak semakin terpuruk dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan.

2.3. Kerangka Berpikir Gambar 1. Kerangka berpikir