dimana pengenaan pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah.
2.2 Sistem dan Prosedur Perizinan Pemasangan Reklame
2.2.1 Sistem Pelayanan Satu Atap SINTAP
Pada tahun 1999 Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai melakukan pembenahan dan perombakan manajemen dalam
meperoleh izin, yakni dengan mulai dilakukannya Sistem Pelayanan Satu Atap selanjutnya disingkat dengan sintap. Hal ini
didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Nomor 68 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelayanan Satu Atap kepada masyarakat di
lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. Tujuan dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk
mempermudah masyarakat dalam mengurus segala keperluan yang berkait dengan perizinan. Karena dalam Sintap proses perizinannya
relativ sederhana, lebih cepat, transparan, hemat waktu dan biaya dengan cara menyederhanakan prosedur dan menempatkan
berbagai penyedia pelayanan service provider yang berwenang mengeluarkan berbagai perizinan pada satu tempat pelayanan
service point
15
.
15
Fahmi Wibawa, Perizinan Usaha Terpadu, PT. Gramedia Jakarta, 2007, Jakarta
Pada prakteknya sintap berjalan kurang optimal, hal ini dikarenakan beberapa hal yang menyebabkan kurang berjalannya
sintap, yakni : a.
Layanan satu atap tidak diberlakukan untuk semua izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota
b. Layanan satu atap hanya untuk mengajukan dan mengambil
izinnya, sedangkan pemrosessannya masing-masing dinas yang memiliki ketentuan yang berbeda-beda
c. Layanan satu atap belum dapat menjamin kepastian terhadap
waktu perolehan izin. d.
Kantor Pelayanan satu atap dinilai masyarakat sebagai kantor yang penuh calo, baik dari orang luar maupun
16
. Berdasarkan pada faktor-faktor diatas maka sintap mulai
mengadakan pengidentifikasian serta penyesuaian yang dibutuhkan atau biasa dikenal dengan modifikasi dari sintap yakni
Model Perizinan Terpadu selanjutnya disingkat Perdu.
16
Lilik Pudjiastutik, Penataan dan Pengendalian Reklame melalui Mekanisme Perizinan, Unair, 2005, Surabaya
2.2.2 Model Perizinan Terpadu PERDU
Perdu pada dasarnya merupakan model sitap yang dikembangkan khususnya dari aspek cara memproses perizinan
bersama-sama dengan penyedia lainnya. Ciri dari Perdu adalah adanya tanggungjawab bersama semua instansi yang berkaitan
dengan perizinan dan pelaporan dan supervisi yang simultan untuk perdu dan instansi penyedia pelayanan. Dimana Pelaporan yang
simultan kepada Kepala Daerah akan berfungsi sebagai mekanisme kontrol dalam perdu. Jadi intansi yang mengeluarkan perizinan
tidak bertanggung jawab kepada perdu, melainkan kepada Kepala Daerah.
Efektifitas perdu bergantung pada jenis perizinan yang akan didelegasikan. Hal ini karena tiap daerah mempuyai kebutuhan
yang berbeda-beda dan pendekatan yang berbeda pula dalam memungut pajak dan retribusi daerah.
Karakteristik positif perdu adalah ketepatan waktu, informasi yang akurat, biaya dan faktur yang konsisten, proses
jelas dan transparan, integritas proses verifikasi dan kelayakan, dokumentasi dan pengarsipan, pelayanan dan simpatik,
mekanisme pengaduan dan pelayanan purna jasa
17
.
17
Op.Cit, hal.49
2.2.3 Asas-asas umum bagi prosedur penerbitan izin