Kegunaan Teoritis. VISI SCTV MISI SCTV

Bagaimanakah motif remaja Surabaya menonton program film televisi “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif remaja Surabaya menonton program film televisi “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian terhadap motif pemirsa terhadap tayangan film televisi sebagai referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi media televisi yang berkaitan dengan motif pemirsa dalam menonton sebuah program acara, khususnya program acara film televisi “Sinema Wajah Indonesia” yang ditayangkan di SCTV. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa berarti penyebaran pesan dengan menggunakan media massa modern antara lain televisi, radio dan film. Dengan kata lain ditunjukkan kepada massa yang abstrak yaitu sejumlah orang yang tidak nampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio dan penonton televisi tidak tampak oleh komunikator. Dengan demikian, jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi dnegan menggunakan media sifatnya adalah satu arah one way traffic. Begitu pesan disampaikan oleh komunikator, tidak diketahui apakah pesan ini diterima, dimengerti atau dilakukan oleh komunikan wartawan, penyiar radio, penyiar televisi tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayak Effendy, 2003 : 20. Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran media yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua komponen yang berinteraksu sumber dan penerima terlibat, pesan yang diberi kode oleh sumber encode, disalurkan melalui sebuah saluran dan diberi kode oleh penerima decode, tanggapan yang diamati penerima merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan penerima Winarso, 2005 : 18. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Terkait dengan pendapat Devito yang dikutip oleh Effendy 2003 : 21, bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri kkhusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : a. Komunikasi massa berlangsung satu arah Berbeda dengan komunikasi antar personal interpersonal communication yang berlangsung dua arah two way traffic communication, komunikasi massa berlangsung satu arah one way communication. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. b. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Hal ini berbeda dengan komunikator lainnya, misalnya kiai atau dalang yang munculnya dalam suatu forum bertindak secara individual, atas namanya sendiri, sehingga ia mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator mada komuniksi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi dan radio karema media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijakan policy surat akabar dan stasiun televisi atau radio siaran yang diwakilinya. Ia tida mempunyai kebebasan individual. Ungkapan seperti kebebasan mengemukakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pendapat freedom of expression atau freedom of opinion merupakan kebebasan terbatasi restrieted freedom. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada kelompok orang tertentu. Hal ini yang antara lain membedakan media massa dengan media nirmassa bukan media massa surat kabar kampus, radio telegrafi atau radio citizen band. Film dokumenter atau televisi siaran sekitar, bukanlah media massa, melainkan media nirmassa karena ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. d. Media komunikasi massa menimbulkan keserampakan Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dnegan media komunikasi lainnya. Pesan yang disampaikan melalui radio siaran dalam bentuk pidato, misalnya pidato presiden, akan diterima oleh khalayak dalam jumlah jutaan, bahkan puluhan juta atau ratusan juta, serempak bersama-sama pada saat presiden berbicara. e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak saling memiliki kontak pribadi, masing- masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelamin, usia, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hiup, keinginan, cita-cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu atau khalayak menghendaki keinginannya dipenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keinginan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobi dan lain-lain Effendy, 2003 : 22. Demikian ciri-ciri komunikasi dengan menggunakan media massa untuk membandingkan dnegan komunikasi yang memakai media nirmassa. Meskipun pada hakekatnya penggunaan media massa dan media nirmassa itu saling mengisi pengoperasiannya, baik secara regional, nasional maupun secara internasional.

2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi adalah paduan radio broadcast dan film moving picture. Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur film. Effendy, 2003:174. Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” vision yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada apa-apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. Effendy, 2003:174. Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah radio. Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan ke rumah. Effendy, 2004:60. Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. Morrisan, 2004:1

2.1.3. Teori Uses and Gratifications

Teori Uses and Gratifications menunjukkan yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubahs ikap dan khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobonya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus Effendy, 2003 : 289. Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses and gratifications yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan Rakhmat, 2002 : 65. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna bahwa konsumi media diarahkan oleh motif intentionality, bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi selectivity dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu strunborn. Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai salah satu situasi ketika kebutuhan ini terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow 1954 dalam effendy 2003 : 2090 ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Kebutuhan Psikologi Physiological Needs adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik. b. Kebutuhan Keamanan Safety Needs adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil dan terjaminnya keamanan diri. c. Kebutuhan Cinta Love Needs adalah kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan secara pribadi. d. Kebutuhan Penghargaan Esteem Needs adalah kebutuhan dihargai secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status. e. Kebutuhan aktualisasi diri Self-actualization Needs adalah kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri. Teori Uses and Gratifications menurut Kats. Gurevitch dan Haas dalam Efendy 2003 : 294 dimulai dengan lingkungan sosial social environment yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan kognitif Cognitive Needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Kebutuhan afektif Affective Needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, emnyenangkan dan emosional. c. Kebutuhan pribadi secara integratif Personal integrative Needs adalah kebutuhan yang terkait dengan kreativitas. d. Kebutuhan pelepasan Escapist Needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindari dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Menurut para pendiri Katz. Gurevitch dan Blumler, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Lebih lanjut untuk memahami teori uses and gratifications m, maka sebagaimana yang dikutip Rakhmat 2007 : 66 dari Katz. Gurevitch dan Blumler dijelaskan bahwa dalam motif yaitu kognitif, diversi dan identitas personal. Teori ini menunjukkan bahwa bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, bukan bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak. Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu dan karena adanya berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa. Seseorang ingin mencari kesenangan, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari masalahnya. Dan jika seseorang kesepian, maka media massa dapat berfungsi sebagai sahabat.

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari pada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan seseuatu sedikit banyak ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Menurut W.A. Gerungan 1991 : 140, motif adalah suatu pengertian yang melingkupi semua pengegrak alasan- alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Motif manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Menurut Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertenu disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi, yaitu memberi daya untuk menggeakkan perilaku dan fungsi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang lain adalah menggerakkan perilaku Martaniah, 1984 : 13. Sedangkan menurut Purwanto 1996 : 193 motif adalah sebagai seluruh aktifitas mental yang dirasakan atau yang dialami dan memberikan kondisi sehingga terjadi suatu perilaku. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa pengklasifikasian motif dari berbagai ahli komunikasi, tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumler dalam Rakhmat 2001 : 66 yaitu kognitif, identitas personal dan diversi. Adapun tiga jenis motif menggunakan media secara umum dijabarkan sebagai berikut : a. Motif Kognitif kebutuhan akan informasi Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat. b. Motif Identitas Personal personal identity Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. khalayak sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri. c. Motif Diversi kebutuhan akan hiburan Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

2.1.5. Remaja Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat Mc.Quail, 1994:201. Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama, heterogen aneka ragam yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukainya Effendy, 1990:84. Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan objek penelitian adalah remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa di mana individu mulai terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua perkembangan. Seperti yang dikatakan Monks et. Al. 2002 : 260 dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 16-18 tahun dan masa remaja akhir 19-21 tahun. Istilah remaja masih digunakan bagi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa. Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya Ali, 2005 : 9. Karena itulah pada fase ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah media massa. Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah- masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan lebih suka dengan artikel-artikel hiburan Rivers, William L, 2003 : 303. Menurut Gunarsa 1989 terdapat beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: 1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua. 5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua. 6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. 7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi. 9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. 10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

2.1.6. Sinema Wajah Indonesia

Sinema Wajah Indonesia merupakan kelanjutan dari film televisi 20 Wajah Indonesia yang telah berhasil merebut hati pemirsa SCTV. Untuk kedua kalinya “Sinema Wajah Indonesia“ kembali dipersembahkan oleh stasiun televisi SCTV bekerjasama dengan H.Deddy mizwar, program tersebut kembali dibuat dengan pendekatan-pendekatan produksi film layar lebar untuk mengangkat nilai-nilai budaya dan sosial sekaligus kearifan lokal berbagai daerah di Indonesia “Sinema Wajah Indonesia” ini adalah keberanian SCTV sebagai stasiun televisi komersial, tapi kita tetap perhatikan kualitas dengan menyuguhkan kualitas dari berbagai aspek , Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. entah dari konten yang inspiratif ataupun pengerjaanya dikerjakan oleh orang-orang yang handal dibidangnya tentunya itu bukan sesuatu yang gampang oleh karena itu Harsiwi Achmad selaku Direktur program dan produksi SCTV mengundang Deddy Mizwar, Zairin zein, Putu wijaya, Garin nugroho, Arswendo atmowiloto, Dedy setiadi, Armantono, Imam tantowi, Muswar yasin, dan masih banyak lagi.H.Deddy mizwar menjelaskan dari segi penggarapan, proses syuting untuk semua judul menggunakan video HD yang biasa dipakai untuk produksi film layar lebar pertimbanganya adalah menghasilkan gambar yang lebih berkualitas secara keseluruhan. Konsep ceritanya pun dipilih melalui proses seleksi demi kematangan kisah yang sangat erat dengan cita rasa ke-Indonesia-an, dengan memakan biaya dan waktu penggarapan yang dua kali lipat dari film televisi biasa hal ini tidak menjadi masalah bagi pihak SCTV sebagai stasiun televisi swasta yang menayangkan Sinema Wajah Indonesia. Salah satu hal yang paling diperhatikan dalam memproduksi Sinema Wajah Indonesia adalah kualitas cerita yang sangat Indonesia jadi quality memang tidak perlu diragukan dengan tayangan ini SCTV ingin mendobrak gaya tayangan televisi selama ini dengan warna konten yang lebih meng-Indonesia. Sinema Wajah Indonesia akan tayang 2 minggu sekali setiap hari sabtu pukul 22.30 wib dan akan dimulai tanggal 23 April 2011.ada 13 judul yang akan disuguhkan dalam Sinema Wajah Indonesia yakni “Mahasamara”latar belakang kota solo, “Tak Cukup Sedih”latar belakang Bandung, “Jalur Cianjur”Cianjur, “Sandal Butut”Boyolali, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. “Pahala Terindah”Lombok, “Wagina Bicara Lagi”Wonogiri, “Pensiunan Monyet”Solo pinggiran, “Kalung kiriman ibu” Gorontalo, “Bercanda dengan nyawa”Madura, “Undangan kuning” Purwodadi, “Pilihan iman, Perkawinan digubuk kota” Jakarta. Yang pertama tayang dalam Sinema Wajah Indonesia, berjudul Mahasmara bercerita tentang mitos seorang gadis bernama Mahasmara yang mempunyai bahu lawean atau berbentuk busur jika menikah akan membawa kematian bagi sang suami cerita ini berlatarbelakang kota solo. http:www.tabloidbintang.comfilm-tv-musikkabarsinema-wajah- indonesia . 2.2. Kerangka Pikir Manusia mempunyai banyak kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kebutuhan aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan penghargaan atau sebagai aktualisasi dirinya adalah kebutuhan akan informasi dan hiburan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan khalayak secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media tersebut. Khalayak mempunyai berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan dan berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhannya. Kebutuhan tersebut antara lain : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman atas lingkungan. b. Kebutuhan Identitas Personal, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan mengidentifikasikan diri, meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri. c. Kebutuhan Hiburan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan untuk melepaskan diri dari permasalahan atas ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi. Menonton program film televisi didasarkan pada motif-motif tertentu dan motif timbul karena adanya kebutuhan. Menurut Blummer dalam Rakhmat 2001 : 65 motif dapat diartikan sebagai keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru, keinginan untuk mencari hiburan dan keinginan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Dalam hal ini Sinema Wajah Indonesia sebagai film televisi yang memberikan tayangan film televisi yang bisa memberikan pengetahuan baru bagi remaja. Tayangan berdurasi 120 menit dengan iklan-iklannya menjadi Program film televisi yang menjadi unggulan berkat kesuksesan program sebelumnya yaitu Sinema 20 Wajah Indonesia yang telah mendapat penghargaan dari Komisi Penyiaran Indonesia KPI tahun 2010. Oleh karena itu peneleti berusaha meneliti motif remaja di Surabaya menonton “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Kebutuhan para penonton film : 1. Cognitive Needs 2. Affective Needs 3. Personal Integrative Needs 4. Social Inegrative Needs 5. Escapist Needs Motif kebutuhan media : 1. Motif Kognitif 2. Motif Identitas Pribadi 3. Motif Hiburan Remaja Surabaya yang menonton ”Sinema Wajah Indonesia” di SCTV Analisis Data mengunakan Tabel Frekuensi K e s i m p u l a n Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat diamati atau dioperasionalkan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, maka pada penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Penelitian ini difokuskan pada motif remaja dalam menonton film televisi “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV, sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif remaja tersebut. Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan need seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan dari dalam dirinya dan berusaha untuk mencapainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat 2001:66, dimana motif tersebut meliputi: 1. Motif Informasi Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari: a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang perkembangan film televisi di Indonesia. b. Ingin mendapatkan informasi tentang cerita-cerita lokal diberbagai daerah di Indonesia. c. Ingin mendapatkan informasi tentang tempat-tempat yang indah dan alami di berbagai daerah di Indonesia. d. Ingin mendapatkan informasi tentang kebudayaan diberbagai daerah di Indonesia. e. Ingin mendapatkan gambaran apa yang baik dan apa yang buruk tentang kehidupan manusia. f. Ingin memuaskan rasa ingin tahu akan kebudayaan di Indonesia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Motif Identitas Pribadi Personal Identity Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari: a. Menemukan penunjang untuk intropeksi diri dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. b. Menemukan figur untuk dicontoh. c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai yang ada dalam tayangan tersebut. d. Ingin mengetahui karakter tokoh yang ada di Sinema Wajah Indonesia karena merupakan gambaran diri manusia itu sendiri. 3. Motif Hiburan Diversi Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari: a. Mencari hiburan. b. Bosan dengan tayangan yang ada. c. Mengisi waktu luang. d. Melepaskan diri dari kejenuhan atau terpisah dari permasalahan e. Menyalurkan hobi menonton Ftv.

B. Remaja Sebagai Khalayak

Remaja di kota Surabaya disini merupakan khalayak sasaran target audience. Seperti yang dikatakan Monks et. Al. 2002 : 260 dalam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 16-18 tahun dan masa remaja akhir 19-21 tahun. Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa. Namun dalam penelitian ini peneliti menentukan remaja yang dijadikan objek penelitian adalah yang berumur 16-21 tahun. Hal ini dikarenakan remaja pada umur tersebut mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan model skala Likert skala sikap dengan rasio ordinal. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai motif dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya Singarimbun, 1987 : 111. Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat macam kategori yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS dan Sangat Tidak Setuju STS. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu- ragu undecided alasannya menurut Hadi 1981 : 20 adalah sebagai berikut : a. Kategori undecided memiliki arti ganda. Bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda multiple interpretable ini tidak diharapkan dalam instrumen. b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah central tendency effect terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawaban. c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden. Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut : Sangat Setuju SS : diberi skor 4, jika responden sangat menyetujui dan sependapat dengan pernyataan yang diajukan. Setuju S : diberi skor 3, jika responden setuju akan tetapi ada keraguan dengan pernyataan yang diajukan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tidak Setuju TS : diberi skor 2, jika responden tidak sependapat dengan pernyataan yang diajukan. Sangat Tidak Setuju STS : diberi skor 1, jika responden sangat tidak sependapat dengan pernyataan yang diajukan. Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total tiap pernyataan tersebut untuk masing-masing individu.selamjutnya tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan rumus : R range = diinginkan yang Jenjang dah Skor teren - nggi Skor terti Keterangan : Range : batasan dari setiap tingkatan Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Jenjang : 3 tinggi, sedang, rendah Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval jawaban untuk mengetahui motif remaja dalam menonton film televisi “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV. 1. Pada motif kongnitif terdapat enam item pertanyaan untuk responden yang menonton Ftv ”Sinema Wajah Indonesia” di SCTV, sebagai berikut: Motif informasi : 4 x 6 – 1 x 6 = 24 – 6 = 6 3 3 Rendah = 6 – 12 Sedang = 13 – 18 Tinggi = 19 – 24 Rendah : Mempunyai tingkat motif informasi yang rendah artinya tingkat informasi yang didapatkan dari menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat sedikit. Sedang : Mempunyai tingkat motif informasi yang sedang dalam arti tingkat informasi yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV hanya sebagian saja. Tinggi : Mempunyai tingkat motif informasi yang tinggi artinya tingkat informasi yang didapat setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat banyak. 2. Pada motif identitas personal terdapat lima item pertanyaan untuk responden yang menonton Ftv “Sinema Wajah Indonesia”di SCTV, sebagai berikut: Motif identitas personal : 4 x 4 – 1 x 4 = 16 – 4 = 4 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rendah = 4 – 8 Sedang = 9 – 12 Tinggi = 13 – 16 Rendah : Mempunyai tingkat motif yang rendah artinya tingkat identitas personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat kecil. Sedang : Mempunyai tingkat motif yang sedang dalam arti tingkat identitas personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV hanya sebagian. Tinggi : Mempunyai tingkat motif yang tinggi artinya tingkat identitas personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat banyak. 3. Pada motif hiburan Diversi terdapat lima item pertanyaan untuk responden yang menonton Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV, sebagai berikut: Motif hiburan : 4 x 5 – 1 x 5 = 20 – 5 = 5 3 3 Rendah = 5 – 10 Sedang = 11 – 15 Tinggi = 16 – 20 Rendah : Mempunyai tingkat motif hiburan yang rendah artinya tingkat hiburan yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat sedikit. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sedang : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang sedang dalam arti tingkat hiburan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV hanya sebagian saja. Tinggi : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang tinggi dalam arti tingkat hiburan yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara Ftv “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV sangat banyak.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan dari objek yang dijadikan pengamatan. Peneliti hanya bisa mempelajari, memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau subjek yang diteliti disebut populasi. Kriyantono,2007:149 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya berusia 16 - 21 tahun dengan jumlah 224.567 jiwa tersebar dalam 5 wilayah Surabaya pusat, Surabaya utara, Surabaya timur, Surabaya selatan dan Surabaya barat. BPS 2010. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menghitung responden menggunakan rumus Yamane Bungin, 2005 : 105 adalah : n = 1 2  d N N Keterangan : n = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah populasi d = nilai presisi ditentukan sebesar 90 atau 0,1 n = 1 1 , 567 . 224 567 . 224 2  n = 67 , 2246 567 . 224 n = 99,95 dibulatkan menjadi 100 remaja. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel ini dilakukan melalui tahap – tahap tertentu atau dengan sample gugus bertahap. Dengan catatan bahwa gugus yang akan diambil sebagai sampel harus secara acak. Singarimbun, 1989 : 166. Sampel disini Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. adalah remaja yang menonton film televisi “Sinema Wajah Indonesia” di SCTV. Mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar dalam wilayah kota Surabaya, populasinya dipilih secara acak random dan keadaan populasi bersifat homogen dan juga agar memudahkan penghitungan dalam penelitian ini. a. Langkah pertama adalah mengetahui wilayah yang terdapat di kota Surabaya yaitu Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan, Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat. Kemudian diarnbil secara acak random muncul wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan. b. Diambil secara acak random lagi ke bagian Kelurahan, wilayah Surabaya Barat terpilih Kecamatan Benowo dan Kecamatan Lakarsantri. Dari wilayah Selatan terpilih Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Wonocolo c. Langkah ketiga, dilakukan pemilihan daerah kelurahan. Dari Kecamatan Benowo, terpilih Kelurahan Sememi dan kelurahan Kandangan Dari kecamatan Lakarsantri terpilih kelurahan Lakarsantri dan Kelurahan Lidah Kulon Dari kecamatan Wonokromo terpilih Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Jagir. Dan dari Kecamatan Wonocolo terpilih Kelurahan Siwalankerto dan Kelurahan Jemur WonoSari. Jumlah sampel yang digunakan sebagai responden adalah 100 remaja. Selanjutnya, dialokasikan secara proposional yang ditentukan melalui rumus : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. n 1 = N N1 x n Keterangan : n 1 = jumlah penduduk di suatu Kelurahan N1 = ukuran stratum ke-1 N = jumlah seluruh penduduk n = jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan. Tabel 3.1 Remaja berusia 16 – 21 tahun di 8 Kelurahan No Kelurahan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sememi Kandangan Lakarsantri Lidah Kulon Jagir Ngagel Siwalankerto Jemur Wonosari 3.293 1.568 1.501 1.765 2.552 1.120 2.139 3.002 Total 17.039 Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh : a. Kelurahan Sememi. 039 . 17 3293 x 100 = 19,3 dibulatkan 19 b. Kelurahan Kandangan. 039 . 17 568 . 1 x 100 = 9,2 dibulatkan 9 c. Kelurahan Lidah Kulon. 039 . 17 765 . 1 x 100 = 10,3 dibulatkan 10 d. Kelurahan Lakarsantri. 039 . 17 501 . 1 x 100 = 8,8 dibulatkan 9 e. Kelurahan Jagir. 039 . 17 552 . 2 x 100 = 14,9 dibulatkan 15 f. Kelurahan Ngagel. 039 . 17 120 . 1 x 100 = 6,57 dibulatkan 7 g. Kelurahan Siwalankerto. 039 . 17 139 . 2 x 100 = 12,55 dibulatkan 13 h. Kelurahan Jemur Sari. 039 . 17 002 . 3 x 100 = 17,6 dibulatkan 18 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, menurut cara perolehannya dilakukan dengan dua pendekatan : 1. Data Primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari responden yang memberikan jawaban dari kuisioner. 2. Data Skunder. Data skunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data skunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data skunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis. Jenis kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup dan terbuka yang berupa angket. Yang dimaksud kuisioner tertutup adalah kemungkinan jawahan sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain Singarimbun, 1989 : 45.

3.4. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan rnenggunakan rumus : P = N F x 100 Keterangan : P : Persentase responden F : Frekuensi responden N : Jumlah responden Dengan menggunakan rurnus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum SCTV Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415RTFKIX1989 dan SK No. 150SPDIRTV1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 1111992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multimedianya dengan meluncurkan situs http:www.liputan6.com, http:liputanbola.com. Melalui ketiga situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk SCM, SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru. SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature produk Divisi Pemberitaan seperti Liputan6 Pagi, Siang, Petang dan Malam, Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu, dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orangtua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 322002 tentang Penyiaran yang terdiri dari BO Bimbingan Orangtua, D Dewasa, dan SU Semua Umur. Jauh sebelum ketentuan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan karakter programnya. Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi diraih dari dalam dan luar negeri antara lain: Asian Television Awards 2004 untuk program kemanusiaan Titian Kasih Pijar, 1996 program berita anak – anak Krucil, Majalah Far Eastern Economic Review 3 kali berturut – turut sebagai satu dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasific, Panasonic Awarsd untuk program berita, pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa dan sebagainya. Semua itu menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu, manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sebagai stasiun televisi keluarga. Maka sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efisiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia.

1. VISI SCTV

Menjadi stasiun televisi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pencerdasan kehidupan bangsa.

2. MISI SCTV

Membangun SCTV sebagai jaringan stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia dengan :  Menyediakan beragam program yang kreatif, inovatif dan berkualitas yang membangun bangsa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.  Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance

4.1.2 Gambaran Umum Remaja Surabaya

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja Surabaya yang selalu mengikuti perkembangan program acara film televisi di televisi serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi selalu ingin tahu terhadap sesuatu yang baru dan juga melihat dari segi jam penayangan program acara tersebut, Seperti yang dikatakan Monks et. Al. 2002 : 260 dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 16-18 tahun dan masa remaja akhir 19- 21 tahun. Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa. Maka objek penelitian ini adalah remaja usia 16 – 21 tahun Kota Surabaya. Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya Ali, 2005 : 9. Karena itulah pada fase ini, remaja yang sedang mengalami Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi dan hiburan, bisa didapat dari berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah media massa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat statistik BPS, remaja Surabaya usia 16-21 th, Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dan terbagi menjadi 163 kelurahan, Surabaya berbatasan dengan selat madura disebelah utara dan disebelah timur, disebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo dan berbatasan dengan kabupaten Gresik disebelah barat. Dalam penelitian ini sasaran lokasi pemilihan adalah wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan. Dari masing-masing wilayah diambil secara random acak 2 kecamatan, yaitu untuk Surabaya barat adalah kecamatan Benowo dan Lakarsantri, untuk Surabaya Selatan adalah kecamatan Wonokromo dan Wonocolo, dari masing-masing kecamatan diambil dua kelurahan secara random. Untuk kecamatan Benowo adalah kelurahan Sememi dan Kandangan, untuk kecamatan Lakarsantri adalah kelurahan Lakarsantri dan lidah kulon. Untuk kecamatan Wonokromo adalah kelurahan Jagir dan Ngagel, untuk kecamatan Wonocolo adalah kelurahan Siwalankerto dan kelurahan Jemur Wonosari, yang mana masing-masing kelurahan memiliki jumlah penduduk remaja usia 16-21 tahun yang berbeda-beda. Kelurahan Sememi mempunyai jumlah remaja sebanyak 3.293 jiwa, Sedangkan Kelurahan Kandangan mempunyai jumlah remaja sebanyak 1.568 jiwa, Untuk Kelurahan Lakarsantri mempunyai jumlah remaja sebanyak 1.501 jiwa, Yang untuk Kelurahan Lidah Kulon mempunyai jumlah remaja sebanyak 1.765 jiwa, Sedangkan Kelurahan Jagir mempunyai jumlah remaja sebanyak 2.552 jiwa, kemudian Kelurahan Ngagel mempunyai 1.120 jiwa, Untuk Kelurahan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Siwalankerto mempunyai jumlah remaja sebanyak 2.139 jiwa, Dan Kelurahan Jemur Wonosari mempunyai jumlah remaja sebanyak 3.002 jiwa.

4.1.3 Ftv “ Sinema Wajah Indonesia “

Film Televisi dalam bahasa Inggris disebut sebagai television movie atau lebih sering dikenal sebagai Ftv adalah jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta dan agama. Film layar lebar yang ditayangkan di televisi tidak dianggap sebagai Ftv. Program acara Film Televisi “ Sinema Wajah Indonesia “ adalah acara Ftv yang ditayangkan oleh SCTV. Sinema Wajah Indonesia ditayangkan perdana pada tanggal 23 April 2011, akan ditayangkan dua minggu sekali setiap bulan pada hari sabtu jam 22.30 WIB. Disini Harsiwi Achmad selaku Direktur program dan produksi SCTV mengajak Deddy Mizwar, Zairin zein, Arswendo Atmowiloto, Putu Wijaya, dan para pelaku seni dalam bidang perfilmman beserta para artis dan aktor yang sudah handal dibidangnya. Ftv tersebut mengusung konsep parade film televisi yang berusaha mengangkat dan menampilkan keindahan alam pesona yang ada diberbagai daerah di Indonesia beserta dengan kebudayaan lokal yang ada diberbagai daerah di Indonesia yang menarik disini adalah membahas tentang persoalan-persoalan masyarakat lokal daerah di Indonesia. Dengan kualitas gambar Ftv tersebut seperti gambar film layar lebar diharapkan oleh Harsiwi Achmad SCTV memberikan tayangkan Ftv yang berbeda dengan Ftv-Ftv yang ada di Stasiun swasta pada umumnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1 Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi : jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir, selengkapnya tertera pada tabel berikut :

1. Jenis Kelamin Responden

Dokumen yang terkait

“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI).

2 3 118

RECEPTION ANALYSIS REMAJA PADA FTV SINEMA SIANG SCTV (Studi Reception Analysis Remaja tentang Identitas Remaja di FTV “Indahnya Cinta Pertama” SCTV).

0 1 107

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV).

0 3 101

DI SCTV ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara FTV “Sinema Wajah Indonesia“ di SCTV )

0 0 27

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV)

0 1 24

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 )

0 0 25

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 )

0 0 25

RECEPTION ANALYSIS REMAJA PADA FTV SINEMA SIANG SCTV (Studi Reception Analysis Remaja tentang Identitas Remaja di FTV “Indahnya Cinta Pertama” SCTV)

0 0 22