D. Wayang
Secara harfiah wayang adalah bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang tersebut berubah dan kini dapat berarti aktor atau artis.
Budhy menjelaskan bahwa wayang juga sebagai seni teater yang berarti pertunjukan panggung dimana sutradara dalang ikut bermain, jadi berbeda
dengan pertunjukan seperti sandiwara atau film 2000: 2. Ada dasarnya wayang sama halnya dengan film yang dilihat oleh banyak orang dan penonton
bisa menebak dan mendukung cerita wayang dengan cara memberikan komentar ada tayangannya.
Poerwodarminto 1997:11 menyebutkan wayang dapat diartikan sebagai gambaran atau tiruan manusia yang terbuat dari kayu, kulit, dan
sebagainya untuk mempertunjukan suatu lakon cerita. Arti lain dari kata wayang adalah ayang-ayang bayangan, karena yang dilihat adalah bayangan
di kelir tabir kain putih sebagai gelanggang permainan wayang. Disamping itu, Sagio dan Samsugi, 1991:4 mengartikan bayangan angan-angan, yang
menggambarkan perilaku nenek moyang atau orang yang terdahulu leluhur menurut angan-angan, karena terciptanya segala bentuk wayang disesuaikan
dengan perilaku tokoh yang dibayangkan dalam angan-angan. Menurut Sunarto 1991:15. berpendapat bahwa wayang adalah sebuah
kata bahasa Indonesia Jawa asli, yang berarti bayang-bayang, atau bayang yang berasal dari akar kata “yang” mendapat tambahan “wa” yang menjadi
wayang. Kusumajadi mengatakan wayang adalah bayangan orang yang sudah meninggal Sunarto, 1991:15., jadi orang yang digambar itu sudah meninggal,
lebih lanjut ia menjelaskan: kata wayang tadi dari suku kata wa dan yang. Wa: trah yang berarti turunan, yang: hyang yang berarti eyang kakek, atau leluhur
yang sudah meninggal. Arti lain dari wayang adalah bayangan potret kehidupan yang berisi sanepa, piwulang, pituduh kebiasaan hidup, tingkah
laku manusia dan keadaan alam atau wayang adalah etika kehidupan manusia. Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa wayang
mempunyai pengertian yaitu suatu hasil seni budaya manusia yang menggambarkan tentang tingkah laku kehidupan manusia dalam menempuh
kesejahteraan dan beribadah kepada Tuhan. Karena wayang merupakan lambang manusia yang disesuaikan dengan tingkah lakunya, sebab wayang itu
sendiri apabila dipraktekkan akan membawa peran yang mencakup ajaran ke- Tuhan-an, filsafat, moral, dan mistik.
Wayang adalah salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara musik, seni tutur,
seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang dari zaman ke zaman juga merupakan media penerang, dakwah, pendidikan, pemahaman
filsafat, serta hiburan. Pertunjukan wayang kulit yang dimainkan oleh dalang digunakan untuk membawakan lakon-lakon dari Babad Purwa yaitu
Mahabarata dan Ramayana, oleh karena itu disebut juga Wayang Purwa. Untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit secara lengkap dibutuhkan kurang
lebih sebanyak 18 orang pendukung. Satu orang sebagai dalang, 2 orang sebagai waranggana, dan 15 orang sebagai penabuh gamelan merangkap
wiraswara. Tempat pertunjukan wayang ditata dengan menggunakan konsep
pentas yang bersifat abstrak. Arena pentas terdiri dari layar berupa kain putih dan sebagai sarana teknis di bawahnya ditaruh batang pisang untuk
menancapkan wayang. Dalam pertunjukan wayang kulit, jumlah adegan dalam satu lakon tidak dapat ditentukan. Jumlah adegan ini akan berbeda-beda
berdasarkan lakon yang dipertunjukan atau tergantung dalangnya. Sebagai pra- tontonan disuguhkan tetabuhan yang tidak ada hubungannya dengan cerita
pokok, jadi hanya bersifat sebagai penghangat suasana saja atau pengantar untuk masuk ke pertunjukan yang sebenarnya.
Sebagai pedoman dalam menyajikan pertunjukan wayang kulit biasanya seorang dalang akan menggunakan pakem pedalangan berupa buku
pedalangan. Namun ada juga dalang yang menggunakan catatan dari dalang- dalang tua yang pengetahuannya diperoleh lewat keturunan. Meskipun
demikian, seorang dalang diberi kesempatan pula untuk berimprovisasi, karena pakem pedalangan tersebut sebenarnya hanya berisi inti cerita pokok saja
http:www.ki-demang.comindex.phpisi-kesenian-tradhisional112-02- wayang-kulit-purwa, diakses pada tanggal 26 November 2013.
Untuk lebih menghidupkan suasana dan membuat pertunjukan menjadi lebih menarik, improvisasi serta kreativitas dalang ini memegang peranan yang
amat penting. Warna rias wajah pada wayang kulit mempunyai arti simbolis, akan tetapi tidak ada ketentuan umum di sini. Warna rias merah untuk wajah
misalnya, sebagian besar menunjukkan sifat angkara murka, akan tetapi tokoh Setyaki yang memiliki warna rias muka merah bukanlah tokoh angkara murka.
Jadi karakter wayang tidaklah ditentukan oleh warna rias muka saja, tetapi juga