Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
73.xiii
dan pertimbangan dalam menganalisis apakah suatu transaksi masuk ke dalam ruang lingkup sewa menurut IFRS 16. Dengan demikian, entitas
perlu melakukan penilaian dan menggunakan pertimbangannya dalam menganalisis fakta dan keadaan untuk masing-masing hak atas tanah
yang dimilikinya dalam menentukan perlakuan akuntansi untuk masing-masing hak atas tanah tersebut sehingga dapat
merepresentasikan dengan tepat kejadian atau transaksi ekonomik yang mendasarinya.
Mencermati pertimbangan tersebut relevan dalam konteks perlakuan akuntansi untuk hak atas tanah di Indonesia, yang telah diatur
sebelumnya dalam ISAK 25: Hak atas Tanah, serta dalam upaya mendorong program konvergensi ke IFRS Standards dengan
mengurangi perbedaan antara SAK dan IFRS Standards, maka DSAK IAI memandang perlu untuk mencantumkan pertimbangan IASB
tersebut sebagaimana dicantumkan dalam DE PSAK 73: Sewa paragraf DK01–DK10 dan dengan demikian DE PSAK 73 akan mencabut ISAK
25.
Apakah Anda setuju dengan penjelasan pencabutan ISAK 25: Hak atas Tanah sebagaimana diusulkan dalam
DE PSAK 73: Sewa paragraf DK01–DK10? Jika tidak, apa alasan Anda?
10. Tanggapan Lain
Apakah Anda memiliki tanggapan atas isu lain yang terkait dengan DE PSAK 73: Sewa?
Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
73.xiv
IKHTISAR RINGKAS Draf Eksposur Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 73 DE PSAK 73
Sewa menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sewa. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penyewa
dan pesewa menyediakan informasi yang relevan yang merepresentasikan dengan tepat transaksi tersebut. Informasi ini memberikan dasar bagi
pengguna laporan keuangan untuk menilai dampak transaksi sewa pada posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas.
DE PSAK 73: Sewa diusulkan untuk berlaku efektif tanggal 1 Januari 2020. Penerapan dini diperkenankan untuk entitas yang menerapkan DE PSAK 72:
Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan pada atau sebelum tanggal penerapan awal DE PSAK 73.
DE PSAK 73: Sewa akan menggantikan: a
PSAK 30: Sewa; b
ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa; c
ISAK 23: Sewa Operasi – Insentif; d
ISAK 24: Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa; dan
e ISAK 25: Hak atas Tanah.
Alasan Penerbitan DE PSAK 73: Sewa Penyewaan merupakan aktivitas penting untuk banyak entitas. Penyewaan
merupakan cara untuk mendapatkan akses atas aset, memperoleh pembiayaan, dan mengurangi eksposur entitas terhadap risiko kepemilikan
aset. Prevalensi penyewaan ini berarti bahwa penting bagi pengguna laporan keuangan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan terpahami
mengenai aktivitas penyewaan yang dilakukan entitas. Model akuntansi sewa sebelumnya mensyaratkan penyewa dan pesewa
untuk mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. Model
tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang tepat atas
transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan penyewa untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.