Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi Paragraf C01–C20

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 73.xii Apakah Anda setuju dengan tanggal efektif dan ketentuan transisi sebagaimana diusulkan dalam DE PSAK 73: Sewa paragraf C01–C20? Jika tidak, apa alasan Anda?

9. Pencabutan Pernyataan Lain Paragraf C21 dan DK01–DK10

DE PSAK 73: Sewa menggantikan PSAK 30: Sewa, ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa, ISAK 23: Sewa Operasi–Insentif, ISAK 24: Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa, dan ISAK 25: Hak atas Tanah. DE PSAK 73 diadopsi dari IFRS 16 Leases yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board IASB sehingga mencerminkan pertimbangan dan deliberasi IASB atas berbagai isu akuntansi terkait sewa. Dalam kaitannya dengan perlakuan akuntansi atas suatu transaksi yang secara substansi menyerupai pembelian suatu aset tetap, IFRS 16 Leases paragraf BC139b mendeskripsikan dasar pemikiran IASB bahwa pencatatan suatu transaksi bergantung pada substansi dari transaksi tersebut dan bukan pada bentuk legalnya. Konsekuensinya, jika kontrak memberikan hak yang secara substansi merepresentasikan pembelian aset tetap, maka hak tersebut memenuhi definisi aset tetap dan dicatat sesuai IAS 16 Property, Plant and Equipment yang saat ini merupakan rujukan PSAK 16: Aset Tetap, tanpa memperhatikan apakah hak kepemilikan legal aset tetap tersebut telah beralih. IFRS 16 Leases paragraf BC140 menegaskan bahwa IFRS 16 diterapkan untuk kontrak yang memberikan hak untuk menggunakan aset pendasar selama suatu jangka waktu, dan tidak diterapkan untuk transaksi yang mengalihkan pengendalian atas aset pendasar tersebut kepada entitas karena transaksi ini masuk dalam ruang lingkup Pernyataan lain misalnya DE PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan atau PSAK 16: Aset Tetap. DSAK IAI mencermati bahwa IFRS 16 Leases paragraf BC138–BC140, sebagaimana dianalisis dan dijelaskan dalam DE PSAK 73: Sewa paragraf DK04–DK06, pada prinsipnya sesuai dengan perlakuan akuntansi yang sebelumnya diatur dalam ISAK 25: Hak atas Tanah. DSAK IAI juga memahami bahwa IFRS 16 paragraf BC138–BC140 memberikan prinsip Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 73.xiii dan pertimbangan dalam menganalisis apakah suatu transaksi masuk ke dalam ruang lingkup sewa menurut IFRS 16. Dengan demikian, entitas perlu melakukan penilaian dan menggunakan pertimbangannya dalam menganalisis fakta dan keadaan untuk masing-masing hak atas tanah yang dimilikinya dalam menentukan perlakuan akuntansi untuk masing-masing hak atas tanah tersebut sehingga dapat merepresentasikan dengan tepat kejadian atau transaksi ekonomik yang mendasarinya. Mencermati pertimbangan tersebut relevan dalam konteks perlakuan akuntansi untuk hak atas tanah di Indonesia, yang telah diatur sebelumnya dalam ISAK 25: Hak atas Tanah, serta dalam upaya mendorong program konvergensi ke IFRS Standards dengan mengurangi perbedaan antara SAK dan IFRS Standards, maka DSAK IAI memandang perlu untuk mencantumkan pertimbangan IASB tersebut sebagaimana dicantumkan dalam DE PSAK 73: Sewa paragraf DK01–DK10 dan dengan demikian DE PSAK 73 akan mencabut ISAK 25. Apakah Anda setuju dengan penjelasan pencabutan ISAK 25: Hak atas Tanah sebagaimana diusulkan dalam DE PSAK 73: Sewa paragraf DK01–DK10? Jika tidak, apa alasan Anda?

10. Tanggapan Lain

Apakah Anda memiliki tanggapan atas isu lain yang terkait dengan DE PSAK 73: Sewa?