2.2.2.2 Showroom batik bayat
Showroom adalah ruang pamer, ruang yang khusus digunakan sebagai tempat memamerkan dan memajang batik seperti kain batik, blus batik, kemeja
batik, kaos batik, tas batik, telapak meja batik, seprai batik, sarung bantal batik, sepatu batik, sandal batik, dan batik kayu lainnya . Masyarakat umum menyebut
demikian karena secara global sudah di artikan sebagai tempat untuk memajang bernama showroom. Showroom juga dapat diartikan sebagai tempat display untuk
furniture ataupun barang yang memang untuk dipamerkan. Tujuan showroom dibuat adalah untuk memberikan fasilitas akan kebutuhan.
Desa Jarum menjadi desa wisata batik, para pengusaha mulai membuka gerai atau showroom yang menyediakan produk batik dengan berbagai corak dan
jenis. Mulai dari daster, kemeja, baju tidur, setelan kebaya, dan kemeja batik yang terbuat dari batik tulis, cap, printing, colet, jemputan maupun sutera serta berbagai
batik kayu dan patung. Simpulan berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa
showroom adalah tempat pajang hasil karya perajin batik Bayat di desa Jarum.
2.3 Batik
2.3.1 Pengertian Batik
Batik menurut Asti Musiman dan Ambar B. Arini 2011:2 adalah Kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia Khususnya Jawa sejak lama. Rina Pandan Sari 2013:3 berpendapat bahwa membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara
berulang-ulang di atas kain. Ari Wulandari 2011:3 berpendapat bahwa batik
adalah wujud hasil cipta karya seni yang adiluhung, diekspresikan pada motif kain untuk pakaian, sarung, kain panjang dan dekoratif lainnya, kemudian berkembang
menjadi lukisan batik, sepatu, hingga patung kayu. Batik adalah kain yang bergambar bercorak yang pembuatannya dengan cara tertentu, mula-mula ditulis
atau ditera dengan lilin atau diwarnakan dengan soga Surayin, 2001:31. Simpulan berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan
bahwa batik adalah suatu karya seni pada sehelai kain dengan berbagai corak dan warna yang dibuat dengan alat yang berupa canting dengan menggunakan
perintang warna, kemudian dicelupkan pada zat warna dan batik memiliki nilai seni yang tinggi karena menjadi warisan dari budaya Indonesia.
2.3.2 Sejarah Batik Bayat
Batik Bayat diperkirakan sudah ada sejak masa pra Hindu dan mulai berkembang sejak datangnya Ki Ageng Pandanaran. Sejak awal tahun 1900 an
pemasaran batik Bayat adalah ke kota Sala dan ke daerah Gunung Kidul yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten. Setelah kemerdekaan beberapa
perajin batik “pemula” mulai memasarkan kain batik Bayat ke kota Yogyakarta,
pada awalnya mereka menjual kain batik setengah jadi langsung kepada para perajin batik di Yogya untuk diproses menjadi kain batik. Dengan demikian
proses produksi dapat dilakukan lebih singkat dan tidak memerlukan modal besar. Dari keuntungan menjual kain batik setengah jadi tersebut dalam perjalanan
waktu yang cukup panjang selama antara 4 - 5 tahun akhirnya terkumpul modal untuk memproses kain batik dari awal hingga menjadi kain batik siap pakai. Para
perajin pemula tersebut mulai membutuhkan bahan - bahan untuk pewarnaan
batik selain bahan utama kain katun yang merupakan bahan import. Kemudahan untuk memperoleh barang - barang import pada dapat dilakukan apabila menjadi
anggota sebuah koperasi batik, sedangkan koperasi batik terdekat yang sudah berdiri baru ada di kota Solo dan Yogyakarta. Akhirnya para perajin batik Bayat
memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan ke Koperasi Batik BATARI di Surakarta.
Para perajin batik Bayat bergabung dalam keanggotaan Koperasi Batik “BATARI” di Surakarta antara tahun 1960 - 1967, batik Bayat berkembang cukup
pesat karena para anggota koperasi tersebut mendapatkan kemudahan baik dalam mendapatkan bahan baku batik maupun dalam hal pemasarannya. Bahkan pada
tahun 1967 berdirilah Koperasi Batik “PBT” di Bayat yang anggotanya dari Koperasi Batik BATARI, mereka mendirikan koperasi primer dan langsung
tergabung dalam koperasi induk Gabungan Koperasi Batik Indonesia GKBI. Kejayaan Batik Bayat berlangsung hingga tahun 1975, hal ini dapat disimak dari
jumlah keanggotaan koperasi PBT Perajin Batik Tulis yang pada saat itu mencapai sejumlah 460 orang. Setelah itu keanggotaan koperasi batik tersebut
terus berkurang seiring dengan jatuhnya industri batik Bayat, dan saat ini keanggotaan koperasi batik PBT Bayat tinggal 116 orang. Dari jumlah 116
anggota yang masih aktif memproduksi kain batik tinggal 7 - 10 perajin. Berkembangnya industri batik printing pabrikan yang dipelopori oleh Batik
Keris di Surakarta pada tahun 1970 merupakan salah satu pemicu hancurnya industri batik tradisional, terutama kerajinan batik tulis yang memerlukan biaya
tinggi dan waktu relatif lama. .
Kekhasan batik Bayat adalah batik tulis halus menggunakan bahan pewarna alami warna dari bahan-bahan tumbuhan dengan latar ireng dasaran warna
hitam atau gelap dan motif tradisional gaya Keraton Surakarta. Produk yang dihasilkan berupa kain panjang atau jarit motif parang rusak, trumtum, sido mukti,
dan lain-lain Ismadi, 2008:167. 2.3.3 Bentuk dan Gaya Batik Bayat
Gaya merupakan bentuk tetap atau konstan, kualitas, dan ekspresi seni, baik yang dihasilkan oleh individu maupun sebuah kelompok. Gaya dapat dilihat dari
aspek visual yang berupa garis, elemen bentuk atau motif, keterkaitan bentuk, warna, tekstur. Djoko Soekiman menjelaskan bahwa suatu karya dapat dikatakan
mempunyai gaya bilamana memiliki bentuk form, hiasan versiering dari benda tersebut mempunyai keselarasan harmonis, sesuai dengan kegunaan dan bahan
material yang dipergunakan Ismadi, 2008:171. Djoko Soekiman membagi gaya sebagai berikut :
1. Gaya objektif objective stijl, yaitu gaya dari suatu benda atau barang itu sendiri,
2. Subjective stijl atau persoonlijke stijl, yaitu gaya yang dimiliki oleh sang seniman, penulis, pemahat, pelukis dan arsitek yang
merupakan sebuah ciri sebagai penanda dari hasil pekerjaannya, 3. Gaya massa nationale stijl, yaitu gaya yang menjadi ciri atau
sebuah pertanda watak suatu bangsa, misalnya Indonesia, Eropa, Timur Tengah dan lain-lain,
4. Gaya khusus pada suatu keistimewaan teknik technische stijl, yaitu tentang bahan atau material yang dipergunakan, seperti bahan
kayu, besi dari suatu bangunan atau karya yang dibuat seseorang.
Sekitar tahun 1978 batik Bayat menjadi karya seni yang banyak diburu konsumen di Pasar Klewer, Solo. Batik motif lereng dengan satu warna coklat tua,
batik tipe ini hampir terdapat pada semua kios dan toko di pasar Klewer dan
banyak disukai konsumen. Dibuat secara sederhana, yaitu mori biru di cap tembokan parang rusak dan dicelup warna coklat tua inilah salah satu tipe batik
Bayat di tahun 1978. Ketertarikan konsumen pada saat itu dikarenakan jika dilihat cukup indah seperti batik biasa, sedang harganya lebih rendah 25 dari pada
batik pada umumnya. Namun kesederhanaan itu tidak semata-mata menjadi ciri dari batik Bayat, karena ada beberapa produk yang lain dengan kualitas bahan
motif halus maupun kasar. Warna yang menggunakan satu warna dan cenderung coklat tua dan hitam sepertinya menjadi karakter atau gaya batik Bayat pada
waktu itu. Kini hasil produksi industri batik tulis bayat, bukan semata-mata hanya
berupa batik kain, melainkan sudah berkembang dengan produk lain, yaitu batik kayu. Batik kain merupakan cikal bakal industri batik tulis di Jarum, terutama
batik kain jarik. Namun dengan perkembangnya permintaan pasar dan perkembangan mode, maka produk batik kain sudah meluas pada batik pakaian,
batik kain hiasan, dan aksesoris rumah tangga lain seperti taplak,sarung bantal, seprai, dan sajadah.
Batik tulis Bayat mempunyai motif khas, yang tidak ada pada daerah industri batik lainnya. Motif batik khas Bayat antara lain latar putih, kambil
secukil atau kopi pecah, dan remukan. Sejak awal tahun 2011 daerah Bayat mulai mengembangkan Batik Cagar Budaya yaitu mengenalkan motif-motif yang
diinspirasi dari objek Cagar Budaya, salah satu diantaranya motif ragam hias yang ditemukan pada relief Candi. Daerah Bayat yang secara kultural tidak jauh dari
kawasan candi-candi di Prambanan dan sekitarnya, dari beberapa relief seperti
misalnya Pohon Kalpataru dan Kinara-Kinari yang ditemukan di Kompleks Candi Lara Jonggrang, Prambanan.
Industri batik tulis Bayat mempunyai beberapa kelebihan, selain motif khas dan penciptaan kreasi baru. Kelebihan yang dimiliki oleh pembatik Jarum adalah
warna natural, yang merupakan pewarnaan kain batik dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dari kulit pohon mahoni, kilit pohon duwet, kulit
pohon secang, dan kulit pohon tangi. Dari kulit pohon-pohon tersebut diperoleh berbagai warna, antara lain cokelat, violet, merah hati, kuning dan gambir.
Bahkan warna-warna alami tersebut dapat dikombinasikan untuk memperoleh efek warna baru, sehingga akan mendapatkan banyak pilihan warna.
Gambar 2.4 Batik Remukan Khas Batik Bayat Sumber : Hasil Observasi di Batik Sekar Mawar, 2014
Batik pada gambar diatas disebut batik remukan karena proses pembuatan batik ini telah di modifikasi, yaitu dengan memecahkan malam pada pola batik yang
telah kering, sehingga pada proses pencelupan warnanya meresap pada retakan malam yang telah berbentuk.
Gambar 2.5 Batik Latar Putih Khas Batik Bayat. Batik latar putih merupakan batik yang warna dasarannya batik yaitu warna putih.
Sumber : Hasil Observasi di Unik Batik, 2014
Gambar 2.6 Proses Pembuatan Batik Kambil secukil atau kopi pecah Khas Batik Bayat
Sumber : Hasil Observasi di Batik Purwanti, 2014
Gambar 2.7 Hasil Jadi dari Kambil secukil atau kopi pecah Khas Batik Bayat Sumber : Hasil Observasi di Batik Purwanti, 2014
Batik kambil secukil atau kopi pecah ini biasanya dibuat langsung pada kemeja, blus, sajadah, bantal kursi dan lain-lainnya, kain tersebut masih polos
yang akan dibatik, dengan menggunakan dua kuas dan malam yang sudah cair lalu motif yang sudah dibentuk ditutup dan kedua kuas diberi malam yang sudah
cair dan digesek-gesekan dua kuas tersebut seperti gambar diatas.
Gambar 2.8 Batik tulis Bayat motif di ambil dari Pohon Kalpataru dan Kinara- Kinari yang ditemukan di Kompleks Candi Lara Jonggrang, Prambanan.
Sumber : Hasil Observasi di Sri Endah Batik, 2014
2.3.4 Macam-macam batik