Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

(1)

DAFTAR REFERENSI

Abin, Syamsuddin Mahmu. 2002. Psikologi Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Abu, Ahmadi. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abu, Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Adi, Rianto. 2004. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Alma, Buchari. 1992. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: PT Alfabeta.

Arquero, J. L. , Byrne, M., Flood, B., Gonzalez, J. M. (2008). Motives, Expectations, Preparedness and Academic Performance: A Study of Students of Accounting at A Spanish University. Resista de Contabilidad Spanish Accounting Review. 12(2),279-300.

Atwater, LE & DD.Van Fleet. (1977). Another ceiling? Can males compete for traditionally feminine jobs? Journal of Management, vol 23 (5), 603-606.

Badudu dan Zain Sutan, Mohammad. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bungin, Burhan 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori, Pradigma dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana.

Burns R. B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. (Alih Bahasa: Eddy). Jakarta : Arcan.

Calhoun, J.F & Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Cawagas. Vignia. F.1983.Self Concept as a Non-Intelektual Factor of School Performence. DLS Graduate School Journal, Vol.1, No.1. De La Salle University.

Centi, Paul. J. 1993. Mengapa Rendah Diri?. Yogyakarta: Kanisius.


(2)

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakri.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Felker. 1974. The Development of Self Esteem. New York: William Corporation.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gulo,W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hair, JF. Jr, RE.Anderson. R.L. Tatham. W.C Black.1998. Multivariate Data Analysis, 5th ed, Pren-Hall Inc, Upper Saddle River.

Hurlock, Elizabeth B . 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.

Kelsey, K.D. Bond, J.A (2001). A Model for Measuring Customer Satisfaction within An Academic Center of Excellence. Journal of Managing Service Quality. Vol. 11 No. 5. p. 359-367.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Lee, Hasik.Yongki Lee.Dongkeun Yoo.2000. The Determinants of Perceived Service Quality and Its Relationship with Satisfaction. Journal of Services Marketing. Vol 14. No. 3. p.217-231.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada Media Group.

Malcolm Hardy & Heyes, Steve. Pengantar Psikologi. Terj. Soenardji. Jakarta: Erlangga, 1988.

Mappiera, Andi. 1997. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(3)

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Parasuraman. V.A Zeithaml, Leonard L Berry.1998.SERVQUAL:A multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing. Vol 64. No.1.

Pariseau, Susan E. McDaniel, J.R.1997. Assesing Service Quality in Schools of Business. International Journal of Quality & Reliability Management. Vol. 14. No.3. p. 204-218

Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

Pudjijogyanti, Clara R. 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 1999. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rosner, Bernard. 2000. Fundamentals of biostatistics. (5th.ed). Harvard University. Duxbury Thomson Learning.

Ruben dan Steward. 1998. Communication and Human Behavior. USA.

Ruslan, Rosady. 1998. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Sadat, A. M. 2000. Analisis Hubungan Kinerja Jasa Perguruan Tinggi terhadap Kepuasan Mahasiswa: Studi Kasus Universitas Indonesia. Thesis Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi dan Manajemen Universitas Indonesia. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Santrock, J.W. 1996. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Seifert, K.L dan Hoffnung, R.J.(1994). Child and Adolescent Development. Boston :Houghton Mifflin Company.

Srinadi dan Nilakusmawati. 2008. Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Fakultas Sebagai Lembaga Pendidikan Studi Kasus di FMIP, Universitas Udayana. Jurnal Cakrawala Pendidikan. November. 2008.


(4)

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei: Jakarta: LP3S.

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

---2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi, Suryabrata.1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relation Perusahaan. Bandung: Nuansa.

Sureshchandar, G.S. Chandrasekharan Rajendran. R.N Anantharaman, 2002. The Relationship Between Service Quality and Customer Satisfaction- a Factor Specific Approach. Journal of Services Marketing. Vol16. No. 4 p. 363 – 379.

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutojo, Siswanto. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivaria: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsu, Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tradisi Sibernatika yang diakses dalam http://conglimboo.blogspot.com tanggal 26 November 2014

Usman H. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., & Davis, F. D. (2003). User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View. (C. Beath, Penyunt.) MIS Quarterly, 27 (3), 425-478.

Wingkel WS, 1984, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.


(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP USU di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1, Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2015.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk membahas penilaian citra dan deskriptif kualitatif untuk membahas penilaian ekspektasi. Adapun penelitian ini yang bersifat cross sectional yang diambil dengan melakukan survey pada waktu tertentu. Menurut Notoatmodjo (2002), cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data pada suatu saat tertentu (point time approach). (Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta)

Pendapat lain mengatakan bahwa cross sectional adalah pendekatan yang sifatnya sesaat atau pada suatu waktu saja dan tidak diikuti dalam kurun waktu tertentu (Rosner, 2000). (Rosner, Bernard. 2000. Fundamentals of biostatistics. (5th.ed). Harvard University. Duxbury Thomson Learning)

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dan perilaku mahasiswa, yang bersifat suatu paparan pada variabel-variabel yang diteliti maupun ketergantungan variabel pada sub-sub variabelnya. Penelitian deskriptif ini memiliki ciri-ciri terstruktur, formal, informasi yang dicari ditetapkan dengan jelas, dilengkapi data kuantitatif dan data kualitatif. Penelitian ini juga menggambarkan fenomena yang akan diteliti dengan menggunakan jawaban responden.

Untuk menjawab permasalahan yang pertama tentang penilaian (persepsi) mahasiswa terhadap citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU


(6)

menggunakan wawancara, yang menggambarkan kesan (kesan awal dan kesan saat ini), kepercayaan dan sikap (kognitif, afektif dan konatif) mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua tentang penilaian (persepsi) ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menggunakan kuisioner dimana dalam menjawab kuisioner survei diberikan angka 1 untuk jawaban ya dan angka 2 untuk jawaban tidak.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, gejala, nilai peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka, populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara seluruh, angkatan mulai dari angkatan 2010 hingga angkatan 2014 yang masih aktif sebanyak 675 mahasiswa. Adapun jumlah seluruh mahasiswa yang aktif di Departemen Ilmu Komunikasi Tahun Ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Terdaftar

Di Departemen Ilmu Komunikasi Tahun Ajaran 2014/2015

No. Stambuk Jumlah Mahasiswa

1. 2010 57

2. 2011 112

3. 2012 138

4. 2013 165

5. 2014 203

Jumlah 675

Sumber: Direktori Mahasiswa Universitas Sumatera Utara 3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat representatif (Morissan. 2012. Metode Penelitian


(7)

Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group). Untuk membahas penilaian citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU diambil sebanyak 3 (tiga) orang sampel secara acak yang mewakili keseluruhan stambuk. Sedangkan untuk membahas penilaian ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi d = Sampling Error

Berdasarkan jumlah populasi yang ada maka jumlah sampel yang ditentukan adalah sebagai berikut:

n =

n = 47

Jadi sampel yang digunakan dalam membahas penilaian ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU adalah sebanyak 47 orang mahasiswa.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Dalam rancangan ini, penarikan sampel dikelompokkan dalam kelompok atau kategori tertentu yang disebut strata. Sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen, artinya suatu populasi dianggap heterogen dikelompokkan kedalam subpopulasi berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel yang relatif homogen (Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.). Dalam hal ini, karakteristik sampel yang akan ditetapkan adalah


(8)

seluruh mahasiswa yang aktif di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2014/2015.

Untuk mengetahui jumlah sampel dalam membahas penilaian citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik ini merupakan pengambilan secara acak responden dari keseluruhan sampel yang akan digunakan juga untuk mengolah penilaian ekspektasi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, yakni berjumlah 3 (tiga) orang mahasiswa. Sedangkan untuk membahas penilaian ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU diperoleh pembagian sampel berdasarkan rumus Taro Yamane di atas, yang untuk setiap stambuk menjadi sebagai berikut:

Keterangan : na = Ukuran Sampel Tiap Golongan n = Ukuran Sampel

N1 = Jumlah Per-Golongan N = Jumlah Sampel

Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh jumlah sampel setiap stambuk adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Responden Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Stambuk Jumlah Sampel

2010 57

2011 112

2012 138

2013 165

2014 203


(9)

Sumber: Data diolah 3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Penelitian Lapangan (Field Research)

Dalam teknik ini menggunakan wawancara mendalam (in depth interviews) dan penyebaran kuisoner. Adapun yang menngunakan wawancara mendalam (in depth interviews) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori, Pradigma dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.).

Sedangkan penyebaran kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan survei ke lokasi penelitian melalui kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan sejumlah daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.

3.5.2 Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan yaitu studi yang dilakukan peneliti dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

3.6Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Citra Departemen Ilmu Komunikasi

Dalam teknik analisis data didalam penelitian kualitatif ini menggunakan model interaktif. Didalam model ini disusun langkah-langkah yang dirumuskan oleh


(10)

Nasution, S. (2009) meliputi : (Nasution, S. 2009. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara)

1. Mengumpulkan data (collecting data) 2. Menyederhanakan data (simplify data) 3. Menyajikan data (display data)

4. Mengambil kesimpulan (conclusion) 5. Verifikasi (verivying)

Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif diatas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data (collecting data)

Dalam mengoleksi (mengumpulkan) data, peneliti melakukan wawancara dan dengan segera dituangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan analisis.

2. Menyederhanakan data (simplify data)

Dalam menyederhanakan data dilakukan penelaahan kembali seluruh catatan wawancara, dengan demikian tahapan ini akan diperoleh hal-hal pokok berkaitan dengan fokus penelitian.

3. Menyajikan data (display data)

Saat menyajikan data dilakukan kegiatan penyusunan hal-hal pokok dan pola yang sudah dirangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan. 4. Mengambil kesimpulan (conclusion)

Dalam mengambil kesimpulan melakukan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan member check atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data yang dikumpulkan

5. Verifikasi (verivying)

Dalam proses verifikasi yaitu memaknai dari data yang telah dikumpulkan seperti mencari pola, tema, hubungan persamaan, perbedaan-perbedaan, hal yang sering ditimbulkan dan sebagainya.

Peneliti akan merujuk pada sistem penyajian atau data yang akan diperoleh dari hasil jawaban responden, dimana metode pengumpulan data dengan


(11)

melalui wawancara kepada responden yang berjumlah 3 (tiga) orang untuk menjawab perumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3.6.2 Analisis Ekspektasi Mahasiswa

Untuk menjawab perumusan masalah yang kedua yakni bagaimana ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menggunakan teknik analisis tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel penelitian ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal untuk menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom jumlah frekuensi dan kolom persentase setiap kategori (Singarimbun, 1995). Data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya. Peneliti akan merujuk pada sistem penyajian atau data yang akan diperoleh dari hasil jawaban responden, dimana metode pengumpulan data dengan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden yang berjumlah 47 orang untuk menjawab perumusan masalah yang kedua yaitu bagaimana ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan angket yang berisi daftar pertanyaan mengenai citra dan ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang disusun berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara dengan mahasiswa pada saat pra penelitian. Untuk mengungkap citra mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU digunakan wawancara yang berisi tentang gambaran kesan, kepercayaan dan sikap menggunakan analisis kualitatif. Sedangkan untuk mengungkap ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU digunakan metode analisis tabel tunggal. Proses komputasi analisis tabel tunggal akan dilakukan dengan bantuan software SPSS Versi 16.

Setelah kuisioner terkumpul dari responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Adapun tahapan mengolah data dapat dijelaskan sebagai berikut:


(12)

1. Memberi urutan (Numbering)

Penomoran kuesioner variabel ekspektasi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap departemennya yaitu memberi nomor kuesioner sebagai pengenal, yaitu 1-47.

2. Mengedit (Editing)

Proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuisioner.

3. Memberi kode (Coding)

Pengkodean merupakan proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke dalam kotak skor yang disediakan dalam bentuk angka.

4. Menginventarisasi (Inventory)

Inventarisasi variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar tabel Fortran Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam kesatuan.

5. Tabulation

Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden yang sudah melalui pengkodean dan inventarisasi variabel kedalam kerangka tabel. Adapun tabel sebanyak jumlah pertanyaan dari kuisioner. Data disajikan dalam bentuk tabel tunggal dan dirinci melalui kategori, frekuensi dan persentase. Selanjutnya untuk memperjelas isi tabel, data dianalisis melalui deskripsi teks.


(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Departemen Ilmu Komunikasi merupakan salah satu departemen dari 7 departemen yang berada dibawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universtas Sumatera Utara. Pada awal pendiriannya tahun 1980, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik masih merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat yang dicangkokkan pada Fakultas Hukum Universtas Sumatera Utara. Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS).

Pada tahun 1982 Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Mendikbud RI No.0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU memiliki 6 (enam) jurusan yaitu :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan Administrasi Negara 5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum)

Pada perkembangan selanjutnya, Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaannya diluar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada Mata Kuliah Dasar Umum. Kemudian dengan SK Dikti No. 108/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 april 2001 bertambah satu program studi baru yaitu Ilmu Politik dan pada tahun 2010 dibuka lagi satu Program Studi baru yaitu Administrasi Bisnis. Dengan demikian, hingga saat ini ada 7 (tujuh) departemen yang berada dibawah naungan FISIP USU. Namun


(14)

demikian ke tujuh departemen tersebut tidak dibuka secara sekaligus. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Pada awal berdirinya FISIP Pemilihan Jurusan dilakukan pada semester VII. Keadaan ini berlangsung sampai pada tahun ajaran 1986/1987, baru pada tahun ajaran 1987/1988 pemilihan jurusan dilakukan langsung pada saat calon mahasiswa mendaftarkan diri pada SIPENMARU.

Dalam proses perkembangannya pada tahun 1994-1997 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka 2 (dua) Program Studi yaitu : Program Studi Public Relations/Humas dan Program Studi Jurnalistik. Mahasiswa diwajibkan memilih program studi Humas atau program studi Jurnalistik saat mereka sudah duduk pada semester IV.

Berdasarkan SK Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No. 002 tahun 1997/1998 Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU ditetapkan mendapat hasil akreditasi dengan peringkat dan nilai akreditasi yang dicapai adalah B(511)

Mulai tahun ajaran 2000/2001 masa bakti Ketua Jurusan ditetapkan menjadi 4 (empat) tahun sebelumnya setiap masa baktinya hanya 3 (tiga) tahun. Pada tahun ajaran 2001/2002, berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 2162/J05/TU/2001. Jurusan Ilmu Komunikasi membuka Program Ekstensi Ilmu Komunikasi. Setelah berhasil membuka Program Ekstensi, pasa tahun ajaran 2004/2005 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka program Reguler Mandiri. Kemudian pada tanggal 05 april 2011 berdasarkan SK Rektor Nomor: 980/H5. 1. R/SK/PRS/2011, Departemen berhasil membuka Program Studi Magister Ilmu Komunikasi (S-2).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 56 Tahun 2003 Tanggal 11 november 2003 tentang penetapan USU sebagai Badan Hukum Milik Negara dan keputusan Wali Amanat USU No. 1/SK/MWA/1/2005 tanggal 8 januari 2005 tentang Anggaran Rumah Tangga USU Jurusan dirubah menjadi Departemen. Maka Jurusan Ilmu Komunikasi sekarang berganti nama menjadi Departemen Ilmu Komunikasi.


(15)

Pada tahun 2004 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi kembali menyatakan bahwa Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU terakreditasi dengan peringkat : Akreditasi A (Baik Sekali). Sertifikat akreditasi program studi sarjana ini berlaku 5 (lima) tahun sejak tanggal 7 mei 2004 sampai dengan 7 mei 2009.

Selama perjalanaan Jurusan Ilmu Komunikasi sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 2011 telah menjadi Departemen, Departemen Ilmu Komunikasi sudah dijabat oleh 9 Ketua/Sekretaris. Selama perjalanan itu pula Departemen Ilmu Komunikasi sudah melakukan aktivitas ke arah pengembangan departemen ke depan berbasis pelayanan, baik pada stakeholder langsung (mahasiswa), alumni, dunia industri maupun masyarakat umum.

4.1.1 Visi, Misi, dan Sasaran Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Visi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU :

Menghasilkan sarjana-sarjana yang terdidik, terampil dan profesional di bidang Ilmu Komunikasi.

Misi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU :

1. Melakukan dan mengembangkan pendidikan, penelitian serta pengabdian pada masyarakat dalam bidang Ilmu Komunikasi.

2. Membangun sumber daya manusia dengan tenaga-tenaga yang terdidik, terampil dan profesional di bidang Jurnalistik dan Humas dengan latar belakang akademis komunikasi.

3. Berperan aktif melestarikan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni khususnya yang berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi.

4. Menjalin kebersamaan dan toleransi antara staf pengajar dalam satu departemen dan membina mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan moralitas.

Sasaran Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU:

1. Dilihat dari sudut pasar kerja, lulusan Departemen Ilmu Komunikasi dapat diserap oleh instansi pemerintah, perusahaan swasta, BUMN, BUMD serta


(16)

pembukaan lapangan kerja sendiri seperti mendirikan studio foto, perusahaan, periklanan, broadcasting, Media Massa, Lembaga Pendidikan Komunikasi, dll.

2. Dilihat dari sudut pertumbuhan industri media massa, lulusan Departemen Ilmu Komunikasi dapat dipekerjakan disana. Apalagi dengan berdirinya stasiun-stasiun televisi baru dan radio di berbagai daerah. Ini akan mendorong industri-industri media massa seperti TV, Radio, Surat Kabar, dan Industri Periklanan memerlukan lulusan-lulusan Departemen Ilmu Komunikasi.

Sistem Pendidikan

Sistem penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU menggunakan Sistem Kredit, dengan beban mahasiswa dan beban kerja tenaga pengajar dinyatakan dalam kredit.

1. Pengertian SKS

a. Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS) untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar dan beban penyelenggaraan program.

b. Satuan Kredit Semester (SKS) adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per minggu sebanyak 1 (satu) jam perkuliahan atau 2-3 jam praktikum, atau 4-5 jam kerja lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sektiar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan 1-2 jam kegiatan mandiri.

2. Jumlah SKS

Program Pendidikan sarjana (regular dan regular mandiri (S-1) di Departemen Ilmu Komunikasi dijadwalkan selesai dalam 8 (delapan) semester dengan beban kredit 144 SKS.

a. Pengambilan Pendidikan Kredit Program Reguler dan Reguler Mandiri.


(17)

b. Jumlah beban kredit untuk mahasiswa baru diberikan dalam bentuk paket yaitu total SKS yang ditentukan pada semester I dan II

c. Mahasiswa baru harus mengambil beban kredit seluruh mata kuliah semester 1 yang ditawarkan, kurang lebih 20 SKS dan yang ditetapkan oleh fakultas sesuai dengan kurikulum yang berlaku di fakultas/program studi.

d. Beban kredit yang diambil pada semester II tidak bergantung pada keberhasilan hasi studi semester I. Besar beban kredit pada semester II yang boleh diambil adalah 40 SKS dikurangi jumlah SKS pada semester 1, dan mata kuliah yang dibenarkan untuk diambil hanyalah mata kuliah yang ditawarkan pada semester I dan II. Khusus bagi mahasiswa yang pada hasil evaluasi akhir semester I menunjukkan prestasi yang baik lebih dari 2,50, beban SKS yang diizinkan disesuaikan dengan IP yang diperoleh.

e. Beban kredit yang dapat diambil pada semester berikutnya (semester III dan seterusnya) ditentukan dengan mempertimbangkan keberhasilan studi pada semester sebelumnya.

4.1.2 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Gambar 4.1

Struktur Departemen Ilmu Komunikasi

Sumber : Buku pedoman akademik Pasca

kom

Ketua departemen

Sekretaris departemen

Radio USU Kom Laboratorium

Ilmu Komunikasi

P2KM Dosen

Ketua departemen


(18)

Sepanjang perjalanan Jurusan Ilmu Komunikasi sejak tahun 1985 sampai 2005 telah menjadi Departemen, Departemen Ilmu Komunikasi sudah dijabat oleh 9 (Sembilan) Ketua/Sekretaris sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pengelola Departemen

No. Periode Pejabat

1 1985-1988 Ketua : Drs. H. R Danan Djaja,MA Sekretaris : Prof. Dr. Suwardi Lubis,MS 2 1988-1989 Ketua : Drs. H. R Danan Djaja,MA

Sekretaris : Prof. Dr. Suwardi Lubis,MS 3 1989-1991 Ketua : Dra. Rusni,MA

Sekretaris : Prof. Dr. Suwardi Lubis,MS 4 1991-1994 Ketua : Drs. H.R Danan Djaja,MA

Sekretaris : Drs. T. Nuralamsyah (Alm) 5 1994-1997 Ketua : Drs. Humaizi,MA

Sekretaris : Drs. Zulfikar Amir,MSi (Alm) 6 1997-2000 Ketua : Drs. Humaizi,MA

Sekretaris : Dra. Fatma Wardy Lubis,MA,Ph.D 7 2000-2005 Ketua : Drs. Safrin, MSi

Sekretaris : Lusiana A. Lubis, MA, Ph.D 8 2005-2010 Ketua : Amir Purba,MA,Ph.D

Sekretaris : Dra. Dewi Kurniawati, Msi

9

2010-sekarang

Ketua : Dra. Fatma Wardy Lubis,MA,Ph.D Sekretaris : Dra. Dayana, Msi

Sumber: Buku pedoman akademik

4.2 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data

Penulis memulai beberapa tahap untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data, adapun tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perizinan

Peneliti meminta izin untuk meneliti kepada Departemen Ilmu Komunikasi dan Dekanat FISIP USU untuk melakukan penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Setelah memperoleh izin dari pihak dekanat, penulis memperoleh data mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang menjadi populasi dalam penelitian ini.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilalukan melalui penyebaran kuesioner kepada informan dalam jangka waktu dua minggu yakni, mulai tanggal 16 Mei 2015


(19)

sampai dengan tanggal 27 Mei 2015. Jumlah kuisioner yang disebar oleh peneliti yaitu 47 unit kuisioner untuk variabel citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU untuk variabel ekspektasi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU .

4.2.1 Profil Informan

1. Yolanda Eldhisa Manalu

Yolanda Eldhisa Manalu seorang wanita berdarah batak dan beragama Nasrani yang lahir di Jakarta, 13 april 1994. Bersekolah dasar hingga menamatkan sekolah menengah atas di Jakarta. Namun, mahasiswi ini sempat pindah ke SMA di Bagan Batu Riau. Orang tua dari Yolanda sudah cerai. Orang tua laki-laki sekarang bertempat tingga dijakarta, sementar ibunya sekarang bertempat tinggal di Riau. Mempunyai hobi menyanyi dan menonton film horor. Terkadang menyanyi dilakukan dengan memainkan sebuah alat yaitu gitar. Mengambil konsentrasi di Departemen Ilmu Komunikasi sebagai public relation. Mempunyai tempat tinggal di Medan. Masih berstatus Mahasiswa dengan umur 21 tahun. Mempunyai golongan darah O. Menurut teman-temannya, Yolanda merupakan anak yang tomboy. Mempunyai keinginan atau mimpi untuk membeli sebuah mobi dengan merk VW beetle dengan uang sendiri. Binatang yang ia sukai yaitu jerapah. Belum pernah ikut organisasi apapun selama menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Menurutnya, karena pribadi informan yang kurang bisa mengatur waktu menjadikan informan tidak berkeinginan mengikuti suatu organisasi. Mau berteman dengan siapa saja, tetapi informan tidak terbuka dengan siapa saja. Sewaktu masih di Sekolah Menengah Atas dulu, prestasi informan sangat membanggakan, merupakan jawara mulai dari kelas satu hingga akhir masa sekolah. Sewaktu sebelum menentukan kuliah, Yolanda sempat menginginkan untuk masuk di Fakultas Kedokteran Gigi. Namun, sesuai dengan pilihan orang tuanya, akhirnya mahasiswi ini tergabung sebagai mahasiswi dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Inka Adrina Paramita Ketaren

Mahasiswi ini lahir di Medan, 7 agustus tahun 1995. Merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Memiliki jarak umur sekitar 6 tahunan dengan


(20)

abangnya sendiri. Bersekolah dasar di Sekolah Dasar Eria, dan alumni dari SMPN 1 Medan. Mengenyam Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Medan. Ayahnya merupakan pensiunan PTPN 2, sedangkan ibunya mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Dari kecil suka pindah-pindah rumah antara medan dan binjai, jadinya juga suka pindah-pindah sekolah juga. Mengambil konsentrasi di Departemen Ilmu Komunikasi sebagai Public Relation. Mahasiswi ini mempunyai hobi membaca dan menulis, dan saat sekarang lagi suka dengan buku pengarangnya Tere Liye. Juga merupakan penggemar dari kartun Conan, sehingga banyak sekali film ataupun komik berada di rumah mahasiswi ini. Makanan kesukaan yaitu sate padang. Minuman kesukaan mahasiswi ini teh tarik. Mempunyai artis idola yaitu Taylor Swift. Mahasiswi stambuk 2012 ini salah satu anggota IMAJINASI, yaitu organisasi internal dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Tergabung dalam anggota Hubungan Masyarakat di Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Merupakan seorang mahasiswi yang aktif per organisasian, selain di IMAJINASI, Inka yang biasa dipanggil ini juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mempunyai golongan darah O dan saat ini bertempat tinggal di Binjai.

3. Muhammad Rivanda Addari

Informan ini merupakan mahasiswa stambuk 2010. Mempunyai hobi membaca dan menonton televisi. Selain itu, juga hobi berenang dan hang out bersama teman-teman. Senang dengan keadaan yang sedikit menyinggung tentang politik. Sewaktu menjadi mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, informan mengambil konsentrasi jurnalistik. Saat ini sudah menyelesaikan masa studinya di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Departemen ini merupakan pilihan dari dirinya sendiri. Pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di salah satu surat kabar terkenal di Indonesia yaitu Media Indonesia. Muhammad Rivanda Addari saat ini tinggal di Kota binjai bersama orang tuanya.

4.3 Hasil Penelitian


(21)

Adapun untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian ini adalah bagaimana penilaian mahasiswa terhadap citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dilakukan wawancara berdasarkan penilaian kesan, kepercayaan dan sikap mahasiswa seluruh angkatan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penentuan informan mahasiswa didasari atas pengambilan secara acak sebanyak 10 (sepuluh) orang (stambuk 2010 hingga 2014). Setelah dilakukan proses menyederhanakan data wawancara, peneliti mendapati data yang berulang ataupun data jenuh, sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan 3 (tiga) orang infoman saja, yang telah mewakili keseluruhan informan penelitian yang peneliti pilih, dan menurut peneliti sesuai untuk dijadikan narasumber. Informasi yang diperoleh dari 10 (sepuluh) informan dianggap peneliti sudah jenuh, yang artinya penambahan informan tidak lagi menambah informasi baru dan berarti bagi penelitian yang dilakukan. Sesuai dengan wacana sebelumnya, penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara mendalam kepada masing-masing informan secara bertahap, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Penelitian diawali dengan mengumpulkan nama-nama informan dan selanjutnya peneliti mulai menemui informan, karena kesibukan masing-masing informan peneliti memutuskan untuk mewawancarai informan yang paling memungkinkan diwawancarai dalam waktu dekat. Peneliti mendapatkan informan pertama yang memiliki waktu luang untuk diwawancarai yang bernama Yolanda Eldhisa Manalu. Setelah dihari sebelumnya membuat janji ketemu dengan informan ini, akhirnya diperoleh kesepakatan untuk dapat mewawancarainya di lobby FISIP USU pada Hari Rabu 1 April 2015 pukul 14.00 WIB.

Pada saat itu, keadaan di lobby FISIP USU sedang ramai, dimana terlihat banyak mahasiswa yang duduk dan bercengkrama di lobby. Terlihat kurang kondusif, peneliti mengajak informan untuk pindah ke lobby FISIP dilantai 2 (dua). Pada awalnya, keadaan sedikit agak kaku. Kemudian penliti mencoba mencairkan suasana dengan menanyakan kegiatan sehari-hari dari informan. Barulah kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian terhadap informan, setelah merasa nyaman dan cukup santai, peneliti mulai mewawancarai informan. Peneliti merekam suara dari wawancara yang berlangsung dengan


(22)

informan menggunakan handphone dan alat rekam. Peneliti melakukan wawancara mendalam berdasarkan pedoman panduan wawancara yang telah disusun, dan mulai mengajukan pertanyaan kepada informan. Informan Yolanda Eldhisa ini sangat antusias, dengan memberikan jawaban atas pertanyaan dari peneliti dengan lancar dan terbuka.

Setelah melakukan wawancara dengan Yolanda Eldhisa Manalu, pada Pukul 20.30 WIB, peneliti menghubungi Inka Adrina Paramita Ketaren untuk diwawancarai esok hari melalui sosial media. Informan setuju untuk melakukan wawancara esok hari di lobby FISIP USU. Tanggal 3 April 2015 pukul 15.00 WIB, informan yang saat itu baru selesai menjalani mata perkuliahan keluar dari kelasnya. Saat itu, peneliti melihat informan sedang melakukan makan siang di kantin FISIP USU. Peneliti meberikan waktu untuk informan, dan akan mengabari informan setelah makan siang. Setelah itu, informan menghubungi peneliti bahwa informan menunggu di lobby FISIP USU. Keadaan lobby FISIP USU saat itu cukup ramai, karena pengalaman dari informan pertama, peneliti menanyakan kesediaan informan untuk diwawancari dalam kondisi saat itu. Informan menyetujui. Pada saat akan dimulai, keadaan menjadi agak kaku dengan banyaknya suara yang menganggu konsentrasi dari informan. Peneliti memulai dengan obrolan ringan kepada informan seputar perkuliahan untuk mencairkan suasana. Setelah percakapan mulai nyaman dan akrab, peneliti kemudian mengatakan maksud dan tujuan peneliti mewawancarai informan. Informan menyambut antusias maksud dari peneliti dan langsung menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang akan peneliti ajukan. Setelah itu peneliti mulai mengajukan beberapa pertanyaan yang telah ada di panduan wawancara. Informan menceritakan tentang alasan kenapa dia tertarik terhadap departemen ini dan apa yang dia rasakan selama kuliah selama ini. Selain itu, informan terkadang juga menanyakan bagaimana pengalaman dari peneliti selama kuliah di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Adanya interaksi timbal balik ini membuat informan dan peneliti mendapatkan keadaan yang membuat informan menjadi nyaman dalam membahas hal apa yang ingin dipaparkan peneliti.

Pada tanggal 4 April 2015, peneliti menghubungi informan selanjutnya yaitu Muhammad Rivanda Addari. Informan ini biasa dipanggil Rivanda oleh


(23)

teman-temannya. Peneliti menggunakan sosial media untuk menghubungi informan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada informan dan menetapkan tempat untuk dilakukan wawancara. Keesokan harinya, pada tanggal 5 April 2015 pukul 16.30 WIB, Peneliti melakukan wawancara dengan informan terakhir. Sesuai dengan kesepakatan dengan informan, bahwa tempat untuk wawancara yaitu di Kantin FISIP USU. Pada waktu itu, suasana kantin FISIP USU sangat ramai. peneliti merasa terganggu dan informan juga merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Kemudian peneliti menyarankan untuk pindah tempat di bawah tangga tepatnya di depan ruangan Dosen FISIP USU. Informan menyetujui tempat tersebut. Sesampainya ditempat tersebut, informan langsung menanyakan hal apa saja yang ingin ditanyakan kepada informan. Peneliti mengajukan pertanyaan yang telah ada dipanduan wawancara. Informan kemudian menceritakan bagaimana dia selama ini berada dikampus dan menceritakan apa yang dia alami selama menjadi mahasiswa Komunikasi FISIP USU. Adanya beberapa saran dan pengalaman yang dipaparkan oleh informan, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan atas informasi yang telah diberikannya.

4.3.2 Hasil Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi yang dijadikan sebagai informan. Hasil penelitian variabel pencitraan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini akan dibedakan berdasarkan kesan mahasiswa baik yang dirasakan saat pertama kali memasuki Departemen Ilmu Komunikasi ini maupun kesan mahasiswa yang dirasakan saat wawancara dilaksanakan. Untuk indikator penilaian kepercayaan, mahasiswa diminta pendapatnya tentang keyakinan dan perubahan atas Departemen ini saat wawancara dilakukan dan masa mendatang. Sedangkan untuk penilaian sikap mahasiswa dibagi atas 3 (tiga) komponen yaitu kognitif (berupa pendapat mahasiswa terhadap pengetahuan dan persepsi atau penilaian Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)), afektif (berupa perasaan dan emosional mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU) dan konatif (berupa pendapat


(24)

dan tindakan mahasiswa dalam ‗membesarkan‘ Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU).

Garis besar pertanyaan (guideline questions) dalam wawancara terdapat dalam Lampiran 1. Berikut ini adalah hasil jawaban wawancara mendalam (in depth interview) variabel pencitraan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU:

Kesan terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU 1. Kesan Pertama

Informan pertama yang bernama lengkap Yolanda Eldhisa mengatakan bahwa untuk kesan pertama, informan merasa penasaran apa itu Departemen Ilmu Komunikasi. Informasi yang diterima informan didapat dari orang tua dan keluarganya sekitar. Informan mengira bahwa Departemen Ilmu Komunikasi merupakan salah satu bagian dari Fakultas Ilmu Komputer. Berikut hasil petikan wawancara nya :

―Rasanya penasaran sih, karena jujur, gak pernah tau apa itu Ilmu Komunikasi, karena jurusan ini pilihan dari orang tua sendiri. Aku pikir dulu Ilmu Komunikasi ini ya Ilmu Komputer, jadi bayangannya ya sepertinya aku akan berada di belakang komputer terus. Mengapa memilih ini, ya karena ini pilihan dari orang tua, mereka bilang ini baik buatku, jadi ya saya akhirnya memilih jurusan ini. Trus info nya juga dapat dari mama, temen-temen mama bilang, nanti anakmu

masukin aja di Ilmu Komunikasi, passing gradenya lagi bagus tuh‖.

Salah satu faktor orang tua menjadi hal yang penting bagi saudari Yolanda Eldhisa dalam memilih jurusan ini. Dan akhirnya ini menjadi Departemen pilihan dari informan. Hal yang serupa juga terlihat dari pernyataannya berikut ini,

―Awalnya aku ragu memilih departemen ini karena ini pilihan orangtuaku, karena aku mengidolakan kuliah di ekonomi tapi ya lulusnya disini, ya aku ambil aja daripada kuliah di swasta, uang kuliah nya mahal padahal aku anak sulung,

ada adikku 4 orang lagi yang masih butuh biaya‖.

Lain halnya dengan Muhammad Rivanda Addari yang mengatakan bahwa ia secara pribadi sangat menginginkan untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, karena saat informan masih bertatus siswa dari Sekolah Menengah Atas, Departemen Ilmu Komunikasi merupakan favorit bagi informan.


(25)

selain itu, Departemen ini sangat dibutuhkan di pasar tenaga kerja. berikut kutipan wawancaranya :

―Kesan pertamanya adalah senang, memang dari awal udah kepengen masuk Departemen Ilmu komunikasi. Kan kemarin ada 3 pilihan, nah pilihan awal Departemen Ilmu Komunikasi. Mengapa memilih Departemen Ilmu Komunikasi? Karena di tahun 2010, jurusan Ilmu Komunikasi lagi naik daun, secara keseluruhan di skala nasional, tapi kenapa memilih di FISIP USU? Karena orang tua yangg gak ngasih ijin untuk kuliah keluar dari Sumatera Utara. Dapet informasi tentang departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dari internet dan

senior yang udah kuliah disini juga‖.

Pernyataan di atas ini merupakan kesan pertama positif yang dirasakan dirinya dengan ekspresi antusiasnya saat menjelaskan ke penulis. Ini didukung dengan pernyataan Rivanda selanjutnya seperti berikut,

―Departemen ini adalah favorit saya waktu memilih melanjutkan setelah SMU

mengalahkan jurusan hukum dan sastra. Pilihan saya tes masuk universitas dulu adalah Ilmu Komunikasi UI dan yang kedua adalah Ilmu Komunikasi USU. Alhamdulillah saya lulus di pilihan kedua bearti sudah takdir saya kuliah disini.

Departemen ini waktu itu lagi ‗booming‘ dan sangat dibutuhkan di pasar tenaga

kerja, kata ayah saya‖.

Berbeda dengan Inka Adrina Paramita Ketaren yang salah persepsi awal masuk jurusan ini, seperti kutipan wawancaranya berikut ini,

―Saya masuk departemen ini iseng-iseng aja gak tahu mo jadi apa nantinya, kata teman-teman saya di SMU dulu biar bisa ngomong di depan umum, mengolah kata-kata, padahal saya orangnya pemalu, sedikit bicara‖.

Pernyataan ini mendasari informan karena ia merasa lemah dan tidak mampu kuliah di bidang eksakta, seperti kutipan wawancara berikut ini,

―Aku pilih departemen ini untuk menghindari mata kuliah yang bersifat hitungan dan berbau matematika, karena saya lemah di bidang itu. Jadi ini pilihan saya yang pertama lalu yang kedua adalah jurusan hukum. Guru-guru saya semasa di SMU dulu juga menyarankan saya memilih departemen ini‖.


(26)

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan mengidolakan Departemen Ilmu Komunikasi USU sebagai langkah awal dalam memasuki jenjang perguruan tinggi negeri walaupun masih banyak minat dan bakat mahasiswa belum sepenuhnya atas dorongan dari dirinya sendiri tapi dari rekomendasi saudara dan orang tua informan. Apalagi semenjak tahun 2010, jumlah mahasiswa yang diterima sebanyak 102 orang yang meningkat terus hingga tahun 2014 menjadi 203 orang. Artinya motivasi alumni SMU/SMK/MA untuk mengambil pilihan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU sangat banyak dan sangat diminati.

2. Kesan Saat ini (Saat Wawancara Berlangsung)

Menurut Yolanda, ia sudah mulai menyukai jurusan ini, karena informan merasa dirinya sendiri memang cocok untuk menuntut ilmu di Departemen ini. Memang pada awal-awal masa perkuliahan, informan merasa seperti salah dalam mengambil Departemen, tetapi pada akhirnya informan mengerti bagaimana perkuliahan saat ini. seperti pernyataannya berikut,

―Saya sudah mulai mencintai, karena memang awalnya aku pun rasa kayak salah jurusan, karena semester-semester awal banyak teori dan kayaknya berat kali pembelajarannya. Tapi, makin kesini makin kelihatan kok kayaknya aku

emang cocok disini ya‖.

Di tambah lagi ia mengatakan suasana di lingkungan disini menyenangkan, dimana semuanya dapat bersahabat dengan dirinya maupun orang sekitar. Berikut kutipan wawancaranya,

‖Dibuat happy dan semangat aja, karena dosen-dosennya, mahasiswanya, karyawannya cukup bersahabat. Kuliahnya santai dan

menyenangkan‖.

Dilanjutkan dengan pernyatan ini yang mendukung adanya hal yang mulai disukai informan Yolanda yakni tidak banyaknya mata perkuliahan yang bersifat hitungan, namun masih ada beberapa hal yang masih kurag dibandingkan dengan Universitas lain, berikut kutipan wawancaranya,


(27)

―Sebenarnya menyenangkan, karena gak ada hitung-hitungan, dari segi mata kuliahnya. Cukup menyenangkan dari keseluruhan. Memang dari beberapa aspek, kurang ya dibandingkan dengan universitas lain. Tapi saya rasa cukuplah

untuk taraf USU‖.

Berbeda dengan informan Yolanda, saudara Muhammad Rivanda bahwasanya saat ini kesan jurusan ini tidak bagus, dimana informan merasakan ada masalah. Menurut informan, mungkin dari segi pengajar yang masih jadi terkendala. berikut pernyataannya,

―Kesannya itu gak selama nya baik, karena ditarik belakangan ini memang ada masalah, tapi sejauh ini, secara keseluruhan Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU ini baik. Mungkin dari segi dosen, tergantung pribadi dosennya juga, tapi banyak juga kok dosen di Departemen Ilmu Komunikasi ini yang bisa diajak sharing, kalau staff sih, cukup mengayomi, mungkin dibilang ada beberapa yg

diganti ya agar bisa memenuhi kebutuhan mahasiswanya‖.

Hal ini didasari oleh pengalaman informan Muhammad Rivanda selama PKL dulu, seperti petikan wawancaranya berikut,

―Kesan saat ini sih agak kecewa, karena sewaktu PKL dulu, departemen ini jauh

sekali rasanya ketinggalan dari universitas yang berada di Jawa. Kami selaku mahasiswanya belum mengerti bagaimana ilmu jurnalistik itu sendiri, kalau mahasiswa dari ilmu komunikasi universitas lain sudah gesit, sudah bisa jadi reporter, buat berita, ataupun disuruh meliput untuk berita headline mereka

sudah jago, beda jauhlah sama yang di USU‖.

Ada hal yang kurang disenangi oleh Rivanda, seperti petikan berikut ini,

―Tapi ada beberapa yang kayaknya ada yang kurang disenangi, seperti

pembelajaran yang semulanya dibayangkan membuat mahasiswa mengerti, malah kurang paham. Kayak desain grafis, di Departemen kita hanya memberikan teori saja, yang kita tahu desain grafis lebih mengarah terhadap praktek.

Lalu di tambah lagi dengan pernyataan Rivanda selanjutnya, sambil berujar


(28)

Dan melanjutkan penjelasan tentang kesan saat ini kepada penulis, seperti berikut ini,

―Menurut saya, terkesan saat ini kuliahnya banyak di kelas deh dibandingkan kuliah di lapangan. Saya juga tak tahu apa dosennya yang banyak ‗text book‘ maunya dibarengi dengan ‗study tour‘. Mungkin lebih menyenangkan‖.

Menurun Rivanda, jika mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi USU lebih banyak melakukan praktek ketimbang dengan belajar dikelas, jauh menguntungkan. Sesuai dengan pengalaman pribadi yang di alami oleh informan selama PKL. Banyaknya pertukaran pikiran dengan orang baru menjadikan wawasan mahasiswanya akan bertambah.

Lain halnya dengan informan Inka Adrina Paramita Ketaren, menurutnya proses perkuliahannya membebaninya, dikarenakan adanya beberapa konsep dan teori yang dipelajarinya. Memang, menurut informan bentukanya seperti hapalan, tetapi bisa membuat dirinya jenuh. seperti kutipannya berikut,

―Materi kuliahnya kok terkesan memberatkan ya, saya harus paham banyak konsep dan teori, bentuknya hafalan, lumayan jenuh juga‖.

Dilanjutkan dengan petikan berikut,

―Saya masih belum menemukan resep khusus untuk menyenangi Departemen ini

hingga saat ini. Saya belum PeDe gitu, nilai semester lalu aja masih rendah. Saya

masih galau dengan departemen ini‖.

Dapat disimpulkan bahwa, kesan yang dialami semua informan adalah masih kurang menyenangkan dan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Walau secara konsep dan teori, mahasiswa dituntut untuk memahami dari awal perkuliahan tapi jika dibarengi dengan praktek kemungkinan akan membuat mahasiswa lebih mengerti. Pergi studi lapangan dan membuat laporan kerja lapangan memungkinkan mahasiswa untuk aktif dalam menerapkan konsep dan teori yang mahasiswa dapatkan dari kelas.

Dalam kedua komponen indikator yang menjelaskan kesan mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU baik saat pertama kali


(29)

menjadi mahasiswa baru hingga mengikuti bangku perkuliahan saat ini memperlihatkan bahwa keseluruhan informan menginginkan inovasi ibarat cerita cinta, yakni ―Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya sungguh mempesona‖. Tapi yang terjadi ―Kesan pertama sungguh mempesona, selanjutnya sungguh membinasa‖. Keseluruhan informan masih mengharapkan perubahan yang lebih baik yang membuat mahasiswanya mempunyai ‗sesuatu‘ yang lebih berarti untuk mahasiswanya agar siap memasuki dunia kerja.

Kepercayaan terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU

Menurut informan Yolanda, jurusan ini kurang terbaik, dimana masih ada beberapa Departemen baik diluar maupun di Sumatera Utara yang bisa dikatan menjadi saingan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. seperti kutipan berikut,

―Kalau ditanya terbaik, aku rasa kurang. Karena yang kita tahu, di medan aja

ada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi juga kan, kayaknya kalau pun ditanya tentang serapan ilmu, kita disini masih kurang ya. Padahal kita tahu, USU saat

ini nomor 1 di Sumatera Utara‖.

Karena menurutnya, hal-hal berikut ini yang mendasarinya yakni seperti kutipannya berikut,

―Ya menurut pribadi saya, kekurangan fasilitas, trus jumlah tenaga pengajar kita

yang disini masih sangat kurang, kadang mau kita gak jadi belajar karena infokus di FISIP itu gak bisa dipakai, terus kayaknya perlu pembentukan komunitas ataupun lab, agar bakat-bakat ataupun keinginan yang ingin belajar bisa

terpenuhi‖.

Bagi informan, adanya fasilitas yang belum memadai, jumlah tenaga pengajar yang masih kurang menjadi penghambat kemajuan bagi mahasiswa itu sendiri. Selain itu, perlu diadakannya sebuah komunitas atau sarana penyaluran bakat bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi agar bisa menunjang kemajuan dari mahasiswa itu sendiri. Selain itu juga bisa menjadikan nilai plus bagi Departemen ini.


(30)

―Jujur saya katakan, saya masih kecewa karena fasilitas perkuliahan nya

membuat saya terganggu, mungkin karena kampus kita kuliah bersama. Mungkin harus dipikirkan ada bagian maintenance gedung yang selalu cek berfungsi atau tidak peralatan dan perlengkapan untuk perkuliahan mahasiswa agar kegiatan

belajar kita menjadi menyenangkan‘.

Informan Rivanda membandingkan pengalamannya ketika PKL, seperti berikut,

―Saya yakin akan departemen ini bisa setara maju nya dengan Pulau Jawa,

karena ada teman saya yang kuliah di Ilmu Komunikasi UI, mereka lebih mengenal prakteknya sambil memahami konsep dan teori, mungkin seni dari

dosennya dalam mengajar, sehingga banyak lulusannya ke pake di tempat kerja‖. Coba kampus kita juga begitu‖.

Sama halnya dengan kedua informan di atas, informan Inka Adrina Paramita Ketaren menyatakan jurusan ini perlu perbaikan yang lebih baik lagi ke depan, seperti kutipannya berikut,

―Saya sih kurang antusias dengan keadaan departemen ini ya, boleh saya bilang

harus banyak yang diperbaiki. Ya dari segi stafnya, kurikulumnya, wawasan dosennya. Atau mungkin kita harus studi banding mungkin ke departemen yang bagus kualitasnya. Jadi sedikit banyak kita bisa meniru untuk menjadi yang lebih

baik lagi dari sekarang‖.

Informan Inka juga menyarankan hal berikut ini, seperti petikan wawancaranya,

―Ya mungkin agak perlu ada perencanaan dalam perbaikan ke depannya.

Dengan didengarnya keluhan mahasiswa sehingga perlu dilakukan proses ‗duduk bersama‘ oleh pengambil kebijakan departemen dan universitas ini‖.

Penulis menyimpulkan dari keseluruhan informan ini adalah bahwasanya informan merasa optimis dengan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dalam membawa perubahan perbaikan di seluruh aspek pendidikan untuk kelancaran proses belajar mengajar kedepannya. Informan agak mengecewakan pada fasilitas belajar di kelas berupa perlengkapan dan peralatan yang menunjang


(31)

belajar belum sesuai harapan mereka. Informan berharap adanya kemajuan yang lebih baik lagi membuat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini bisa ‗setara‘ dengan dengan Ilmu Komunikasi terkenal di Pulau Jawa. Para pengambil keputusan baik di tingkat Departemen Ilmu Komunikasi maupun di tingkat FISIP USU ini sudah harus mulai memikirkan jalan keluar dari permasalahan mahasiswa saat ini. Karena semua akan berujung dengan kenyamanan semua pihak dan tentu saja akan menaikkan nilai akreditasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU periode mendatang.

Sikap terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi 1. Sikap Kognitif

Informan Yolanda merasakan hal-hal berikut ini yang dialaminya terhadap jurusan ini, seperti petikan wawancara berikut,

―Yang diketahui, yaaa masih kurang. Adanya sarana yang kurang, kayak kelas dan fasilitas juga akupun ngerasa masih jauh. Infokus yang kadang rusak,

padahal itu penting banget untuk perkuliahan‖.

Di tambah lagi pernyatan informan Yolanda tentang penjurusan (konsentrasi) dalam Departemen ini. Pada saat informan menuntut ilmu disini, konsentrasi di Departemen ini masih dua. Seiring berjalannya waktu, penjurusan ditambah menjadi 3. berikut kutipannya,

―Mungkin di jaman saya dulu, Ilmu Komunikasi masih terbagi dua penjurusan, yaitu public relation dan jurnalistik. Seiring berjalannya waktu, adik-adik juga

sudah merasakan adanya penambahan penjurusan yaitu di bidang advertising‖.

Namun menurutnya sebaiknya dilakukan penjurusan mulai dari semester awal perkuliahan, karena bagi informan, pada semester awal perkuliahan sudah dilakukan penjurusan, maka mahasiswa nya sendiri dapat fokus dan memahami dengan pilihan kondentrasinya itu sendiri, seperti pernyataannya berikut,

―Yang saya ketahui tentang departemen ini adanya 3 penjurusan yang dibagi

sewaktu semester lima, sebaiknya dari semester awal kami sudah dilakukan penjurusan, karena bisa langsung bisa fokus ke masing-masing minat, yaitu


(32)

Menurut informan Inka juga merasakan hal serupa seperti yang yang diungkapkannya berikut,

―Awal-awalnya, ada beberapa pendapat bilang kalau Departemen Ilmu Komunikasi ini merupakan Departemen yang terbaik di FISIP USU. Namun,

makin kesini kok makin gak ada kerasanya‖.

Karena menurutnya seperti keadaan berikut ini,

―Mata kuliah yang kadang-kadang aneh namun masih dikatakan sudah mulai baik, ya bisalah kalau memang kita sering sharing juga sama dosennya, seperti ada penambahan penjurusan yaitu di advertising, terus adanya kurikulum baru, sama adanya organisasi internal jurusan kita yaitu imajinasi. Trus, sepertinya

ada penambahan peralatan di lab kita‖.

Begitu juga dengan informan Rivanda yang menunjukkan pernyataan perasaan (sikap) yang sama dengan kedua informan di atas, seperti pernyataan berikut,

―Selama saya kuliah disini belum pernah rasanya ada evaluasi dari departemen

atas proses kegiatan belajar mengajarnya yang dinilai oleh mahasiswanya. Ini

khan bisa juga jadi masukan untuk departemen ini di masa depan‖.

Ia juga memaparkan tentang perbandingan dengan temannya yang juga kuliah jurusan yang sama di pulau jawa, seperti kutipannya berikut,

―Kalau saya punya teman di kampus lain di Jawa, disana ada malam pelepasan alumni yang diadakan departemennya satu hari sebelum wisuda universitas dilaksanakan, untuk dimintakan saran dan masukan membangun untuk departemen yang dihadiri oleh Ketua Departemen dan seluruh dosen departemen. Kayaknya departemen kita patut juga meniru itu‖.

Informan Rivanda menyarankan hal berikut, seperti pernyataannya,

―Agar dibuka forum keterbukaan antara dosen dan mahasiswa agar lebih terarah

proses belajar mengajar ya bisa dengan menyebarkan kuisioner ke mahasiswa seperti kami ini yang sangat-sangat butuh diperhatikan‖.


(33)

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari para informan mahasiswa ini adalah dibukanya forum tanya jawab atau sharing atau menyebarkan kuisioner sebelum ujian semester ke kami para mahasiswa untuk mengevaluasi kebutuhan dan keinginan para mahasiswa untuk kemajuan jurusan ke depan. Mulailah departemen dan mahasiswa merapatkan ‗barisan‘ untuk Departemen Ilmu Komunikasi terbaik di Indonesia dengan akreditasi A setiap periodenya.

2. Sikap Afektif

Menurut informan Yolanda, ia belum merasakan perubahan di jurusan ini seperti kutipan berikut ini,

―Saya merasa belum tampak perubahan yang berarti di departemen kita ini‖.

Karena menurutnya, ―Memang, kalau dibandingkan dengan Ilmu Komunikasi universitas di Jawa, perlu perubahan untuk departemen kita. Terihat memang

pengalaman kita yang dulu bagaimana, ya kalau dibilang kurang puas‖.

Ketidakpuasan Yolanda terhadap Jurusan ini terlihat dari pernyataannya berikut,

―Kami mempunyai lab namun penggunaannya masih terlalu sedikit sehingga terbatas makenya. Padahal sekarang sudah ada UKT khan seharusnya peralatannya bisa ditambah karena duit sudah ada. Perasaan saya sama departemen ini bingung, kayak tanpa arah, mau belajar serius tapi sepertinya gak

ada yang bisa bimbing‖.

Ketidakpuasan terhadap jurusan ini juga dialami oleh informan Inka, seperti penyataannya berikut,

―Perasaannya jenuh, karena sepertinya akupun sudah masuk di semester 6,

sepertinya mata kuliahnya makin banyak tugas, trus yang lagi sibuk eksternal dan

internal kampus yang imbasnya ke kuliah aku‖. Dilanjutkan dengan kutipan berikut ini tentang jurusan ini, yaitu. Perasaannya senang sih, tapi kok terbatas ya. Dari aspek sarana dan prasarana tadi, terus dari suasana kampus yang mungkin kurang kondusif, misalnya dari kamar mandi, terus pelayanan dari kemahasiswaan, yang kadang kayak sulit untuk birokrasinya.

Sama halnya dengan informan Yolanda dan Inka, Rivanda juga merasakan hal yang sama seperti kutipannya berikut,


(34)

―Perasaan saya kok bingung aja di departemen ini. Birokasinya memberatkan

mahasiswa. Tolonglah dengar aspirasi kami sebagai mahasiswa, saya belum merasakan ide-ide segar yang mendongkrak departemen ini‖.

Informan Rivanda menyarankan hal berikut, ―Menurut saya, dosen didepartemen ini harus kompak dulu sehingga menjadi tim sukses untuk membawa perubahan

yang lebih baik lagi‖.

Adapun kesimpulan saya atas sikap afektif ini adalah keseluruhan informan yang saya pilih acak yang bisa mewakili dari keseluruhan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, mahasiswa masih kecewa dengan proses kegiatan belajar mengajar yang belum mengena di hati mahasiswa. Aspirasi, masukan dan kritik dari mahasiswa juga harus didengar agar input dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU bisa lebih ditingkatkan lagi.

3. Sikap Konatif

Dalam mempromosikan jurusan ini, informan Yolanda bersikap sebagai berikut,

―Sebenarnya saya malu memperkenalkan departemen ini sama khalayak karena

mungkin internal disini sendiri masih perlu dirubah, namun yang saya sadari, seandainya sekritis bagaimanapun, toh stakeholder departemen gak terlalu

respon, ya hasilnya sama saja kayak sekarang‖.

Menurutnya dengan hal berikut ini, ―Ya cara memperkenalkannya, kita harus bersama-sama untuk berpikir tentang kemajuan Departemen Ilmu Komunikasi ini, kalau dari pihak mahasiswanya saja yang kritis, tapi dari

departemen gak ada pergerakan, sama aja hasilnya juga nihil‖.

Yolanda menambahkan pernyataan yang cukup menyentuh, yakni,

―Tolong dengarkanlah aspirasi kami sebagai mahasiswa‖. Ia menyarankan, Informan Rivanda juga bersikap yang sama dengan Yolanda, yakni,

―Begini ya, kalau kita sebagai pihak mahasiswa kritis sekalipun, tapi pemangku-pemangku departemen tidak merespon tindak kritis kita sama saja, apa yg mau diperkenalkan. Setidaknya mereka juga welcome, jadi pendapat ataupun aspirasi


(35)

Sebenarnya menurut Rivanda, ia ingin berbuat lebih untuk jurusan ini, seperti kutipannya berikut,

―Kalau rencana memperkenalkan, kayaknya lebih sering konsolidasi bersama

alumni, sering sharing, trus cerita bagaiamana bisa Departemen kita ini ke arah yang lebih baik.dan sekarang, lagi ada program kerja pembentukan Ikatan

Alumni gitu, jadi semoga ekspektasinya bisa membangun departemen kita ini‖.

Serupa dengan Yolanda dan Rivanda, informan Inka juga akan berbuat hal yang sama, seperti pernyataannya berikut,

―Kecewa, jadi bertanya-tanya aja kemana sih uang kuliah kita yang selama ini dibayar. Toh sekarang malah udah masuk ke UKT, yang kita tau UKT itu gak

murah kan. Kenapa kita gak bisa ngerasain fasilitas yg lebih baik gitu‖.

Informan Inka juga memberikan apresiasi ke jurusan ini seperti kutipan berikut,

―Suasana kelas yang saya jalani selama ini sangat membosankan. Dosen yang

mengajar seperti dikejar target banyak menuntut tapi yang bagaimana membuat

kami betah di kelas gak pernah ditanya‖. Ia menyarankan, ―Sebaiknya diawal kelas berlangsung ditanya ke kami maunya bagaimana kelas kami yang mengasikkan sehingga membuat nilai yang kami peroleh pun memuaskan karena

minat belajar kami yang tinggi‖. Di tambah dengan saran lainnya seperti berikut,

―Tolong juga evaluasi dosen yang masuk ke kelas kuliah dan dievaluasi oleh

professor agar ada kemajuan dalam teknik mengajarnya dan ‗disenangi‘ oleh mahasiswa‖.

Dapat saya simpulkan dalam sikap konatif ini adalah banyak ide-ide dan perilaku yang mulai dilakukan oleh mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini untuk kemajuan masa mendatang berupa dimulai dirintis ikatan alumni, adanya forum diskusi dalam kelas, mendesak departemen ini untuk mulai membuat evaluasi perkuliahan dan kegiatan belajar mengajar, mendorong dosen sewaktu memperkenalkan silabus diminta input dan saran dari mahasiswa kelasnya supaya kelasnya menjadi ‗hidup‘ dan menyenangkan.

Akhirnya dari seluruh indikator penilaian komponen variabel citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU didapatkan kesimpulan bahwa terdapat citra negatif dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Hal ini tidak sesuai


(36)

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutojo, 2004 tentang membangun citra perusahaan harus memiliki indikator citra yang positif yakni komponen kesan, kepercayaan dan sikap.

Seluruh mahasiswa yang diwakili dengan informan acak yang saya ambil di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, menaruh perhatian dan emosional terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU agar memberikan perubahan yang lebih baik di masa datang. Sumbang saran, ide-ide, dan aksi kelompok kecil untuk menyuarakan inovasi kinerja Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU sudah mulai digerakkan. Jikalau aspirasi dan pendapat mahasiswa ini juga didukung oleh seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU pastilah Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU akan cepat bangkit dari keterpurukan selama ini.

Saran

Dari hasil wawancara mendalam mahasiswa tentang pencitraan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU didapatkan beberapa saran yang cerdas dan membangun untuk kemajuan departemen ini di masa mendatang, seperti; Agar sesegeranya dilakukan rapat internal dosen yang membahas perbaikan proses kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan nilai peningkatan akreditasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menjadi nilai A dengan membuat rapat mingguan departemen. Dalam rapat mingguan ini diundang seluruh dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU diminta saran, masukan atau bahkan studi banding ke kampus Ilmu Komunikasi terbaik di Indonesia. Supaya dikesampingkan perasaan egosentrisme masing-masing dosen agar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini semakin kokoh dan bersatu untuk memikirkan dalam semangat tim departemen menjadi semangat perubahan yang baru. Untuk masalah perlengkapan dan peralatan yang kurang memuaskan mahasiswa, menurut informan agar dibuat divisi kelistrikan dan maintance gedung untuk memantau dan mengontrol fungsi perlengkapan dan peralatan yang sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Atau kalau perlu dibuat genset listrik yang mampu menghidupkan daya lampu dan infokus seluruh ruangan kuliah jika lampu mati. Sehingga proses belajar mengajar tidak terganggu dengan lisrik


(37)

padam. Jikalau dengan kekompakan seluruh dosen departemen dan mahasiwanya menyampaikan ide ke senat fakultas untuk memohon membuat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi USU.

4.3.3 Variabel Ekspektasi Mahasiswa terhadap Departemen

Pada variabel ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU mempunyai indikator penilaian berupa penilaian bukti fisik (tangible), andal (reliability), tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty). Hasil penelitian yang didapat dapat mewakili pendapat mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penjabaran nilai indikator ekspektasi ini merupakan nilai persentase dari setiap akumulasi komponen jawaban informan pada variabel ekspektasi. Berikut dapat dilihat hasil jawaban kuisioner dari informan mahasiswa di Lampiran 3.

a. Bukti Fisik (Tangible)

Adapun dari indikator penilaian bukti fisik (tangible) diselidiki beberapa komponen pendukungnya, antara lain mengenai perlengkapan dan peralatan yang digunakan terbaru, fasilitas fisik di departemen ini menarik dilihat mata, pakaian karyawan dan dosen sopan dilihat mata, fasilitas fisiknya sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, dan departemen ini pasti menepati janji. Dari hasil wawancara melalui penyebaran kuisoner dapat disimpulkan dalam bentuk tabulasi silang berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Empiris Indikator Penilaian Bukti Fisik (Tangible)

No. Indikator Penilaian Bukti Fisik

Jawaban Informan Ya Tidak

P1 Departemen memiliki perlengkapan dan peralatan terbaru 10 21.3 %

37 78.7 %

P2 Fasilitas fisiknya menarik dilihat mata 14

29.8 %

33 70.2 %

P3 Pakaian karyawan dan dosen sopan dilihat mata 42

89.4 %

5 10.6 % P4 Fasilitas fisiknya sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan 25

53.2 %

22 46.8 %

Rata-rata 48.4 % 51.6 %


(38)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perlengkapan dan peralatan yang dimiliki Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU menurut semua informan sebanayak 47 orang mahasiswa mengatakan tidak baru lagi yakni sebesar 78.7 % (37 orang) sedangkan sisanya sebesar 21.3 % (10 orang) mengatakan perlengkapan dan peralatan departemen ini adalah terbaru. Untuk fasilitas fisiknya yang mengatakan tidak menarik dilihat mata adalah sebesar 70.2 % (33 orang) sedangkan 29.8 % (14 orang) mengatakan fasilitas fisik departemen ini masih enal dilihat mata. Dari segi pakaian yang dikenakan oleh karyawan dan dosen sudah sopan dan enak dilihat mata. Ini terlihat dari angka persentase jawaban informan sudah sopan sebesar 89.4 % (42 orang) dan sisanya 10.6 % (5 orang) mengatakan masih belum sopan dan tidak enak dipandang mata. Kesesuaian fasilitas fisik dengan jenis pelayanan yang diberikan departemen ini, sebesar 53.2 % (25 orang) mengatakan sudah sesuai sedangkan yang belum sesuai dengan fasilitas fisik terhadap jenis pelayanan sebesar 46.8 % (22 orang). Secara keseluruhan bahwa dari segi fisik, baik perlengkapan, peralatan, fasilitas fisik maupun dari segi pakaian terlihat belum layak dan perlu di up date yakni sebesar 51.6 %.

b. Andal (Reliability)

Untuk indikator penilaian andal (reliability) dalam menjawab ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU mengandung komponen pendukung berupa departemen pasti menepati janji, saat mahasiswa mempunyai masalah departemen cepat tahu dan segera membantu, departemen bisa diandalkan, departemen mneyediakan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, dan departemen mempunyai catatan dan arsip lengkap. Hasil tabulasi silang dari indikator andal (reliability) dapat dilihat pada tabel berikut:


(39)

Tabel 4.3 Hasil Empiris Indikator Penilaian Andal (Reliability)

No. Indikator Penilaian Andal

Jawaban Informan Ya Tidak

P5 Departemen pasti menepati janji 23

48.9 %

24 51.1 % P6 Saat mahasiswa bermasalah, departemen cepat tahu dan segera

membantu

20 42.6 %

27 57.4 %

P7 Departemen bisa diandalkan 34

72.3 %

13 27.7 % P8 Departemen menyediakan pelayanan sesuai dengan yang

dijanjikan

29 61.7 %

18 38.3 %

P9 Departemen mempunyai catatan dan arsip yang lengkap 32

68.1 %

15 31.9 %

Rata-rata 58.7 % 41.3 %

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU adalah andal. Ini terbukti dengan rata-rata keseluruhan nilai indikator keseluruhan untuk komponen andal sebesar 58.7 %. Nilai persentase ini diakumulasi dari beberapa komponen penilaian seperti departemen dapat diandalkan sebesar 72.3 % informan (34 orang) yang mengatakannya. Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU telah menyediakan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan sebesar 61.7 % informan (29 orang) dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU mempunyai catatan serta arsip yang lengkap sebesar 68.1 % (32 orang) informan. Tapi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU belum bisa menepati janji sebanyak 51.1 % informan (24 orang).

c. Tanggap (Responsivennes)

Pada indikator penilaian tanggap (responsivennnes) yang menjelaskan ekspektasi mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU memperlihatkan bahwa departemen belum tanggap terhadap mahasiswa. Ini terlihat dalam rata-rata keseluruhan yakni sebesar 59.05 % informan yang mengemukakan keadaan ini. Kesimpulan ini didasarkan atas komponen seperti departemen tidak memberitahukan kapan pelayanan akan diberikan, mahasiswa tidak menerima pelayanan yang segera dari karyawan dan dosen, departemen tidak berkeinginan untuk membantu mahasiswa, karyawan dan dosen terlalu sibuk menanggapi permintaan (keluhan) mahasiswa. Dari hasil kuisioner diperoleh nilai


(40)

rata-rata jawaban informan bahwa hampir setengah dari informan mengatakan bahwa departemen memberitahukan kapan pelayanan akan diberikan yakni sebesar 53.2 % informan (25 orang), departemen mendapatkan pelayanan segera sebesar 51.1 % informan (24 orang), departemen berkeinginan untuk membantu mahasiswa sebesar 72,3 % informan (34 orang), karyawan dan dosen tidak terlalu sibuk bisa menanggapi permintaan dan keluhan mahasiswa sebanyak 59.6 % informan (28 orang). Hasil kesimpulan nilai rata-rata tabulasi silang untuk indikator penilaian tanggap (responsiveness) seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Empiris Indikator Penilaian Tanggap (Responsivennes)

No. Indikator Penilaian Tanggap

Jawaban Informan Ya Tidak

P10 Departemen tidak memberitahukan kapan pelayanan akan diberikan

22 46.8 %

25 53.2 % P11 Mahasiswa tidak menerima pelayanan segera dari karyawan dan

dosen

23 48.9 %

24 51.1 %

P12 Departemen tidak berkeinginan untuk membantu mahasiswa 13

27.7 %

34 72.3 % P13 Karyawan dan dosen terlalu sibuk menanggapi permintaan dan

keluhan mahasiswa

19 40.4 %

28 59.6 %

Rata-rata 40.9 % 59.1 %

Sumber: Lampiran 3

d. Jaminan (Assurance)

Dalam indikator penilaian jaminan (assurance), Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU memperlihatkan tidak ada kecurangan dan kecurigaan dari ekspektasi mahasiswa terhadap departemennya. Hal ini terlihat pada rata-rata keseluruhan informan mahasiswa, terdapat 73.4 % mahasiswa yang mengatakan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU terjamin dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Konsep terjamin ini dicerminkan pada komponen penilaian yakni mahasiswa mempercayai departemen ini sebesar 80.9 % informan (38 orang), mahasiswa merasa aman dalam melakukan transaksi dan pembayaran sebesar 91.5 % informan (43 orang), informan setuju bahwasanya karyawan dan dosen berperilaku secara sopan sebanyak 80.9 % informan (38 orang), tapi karyawan dan dosen tidak mendapat dukungan dari fakultas dan univeritas dalam pekerjaannya sebanyak 59.6 % informan (28 orang). Untuk melihat hasil tabulasi silang dapat diperoleh pada tabel di bawah ini:


(41)

Tabel 4.5 Hasil Empiris Indikator Penilaian Jaminan (Assurance)

No. Indikator Penilaian Jaminan

Jawaban Informan Ya Tidak

P14 Mahasiswa dapat mempercayai departemen ini 38

80.9 %

9 19.1 % P15 Mahasiswa merasa aman dalam melakukan transaksi dan

pembayaran

43 91.5 %

4 8.5 %

P16 Karyawan dan dosen berperilaku sopan 38

80.9 %

9 19.1 % P17 Karyawan dan dosen dapat dukungan dari fakultas dan

universitas dalam pekerjaannya

19 40.4 %

28 59.6 %

Rata-rata 73.4 % 26.6 %

Sumber: Lampiran

e. Empati (Emphaty)

Saya menyimpulkan dalam penelitian ini mengenai indikator penilaian ekspektasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU melalui komponen empati terlihat departemen tidak memberikan empati kepada mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Ini terlihat dalam nilai komponen mendukung indikator empati yakni departemen tidak memberikan perhatian pribadi, karyawan dan dosen tidak memberikan perhatian pribadi kepada mahasiswa, karyawan dan dosen tidak tahu apa sesungguhnya kebutuhan mahasiswa, departemen tidak menempatkan mahasiswa sebagai prioritas, dan departemen tidak mempunyai jam pelayanan yang nyaman. Hasil tabulasi silang dari keseluruhan informan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Hasil Empiris Indikator Penilaian Empati (Emphaty)

No. Indikator Penilaian Empati

Jawaban Informan Ya Tidak

P18 Departemen tidak memberikan perhatian pribadi 22

46.8 %

25 53.2% P19 Karyawan dan dosen tidak memberikan perhatian pribadi kepada

mahasiswa

21 44.7 %

26 55.3 % P20 Karyawan dan dosen tidak tahu apa sesunggunhya kebutuhan

mahasiswa

20 42.6 %

27 57.4 % P21 Departemen tidak menempatkan mahasiswa sebagai prioritas 16

34.0 %

31 66.0 %

P22 Departemen tidak mempunyai jam pelayanan yang nyaman 21

44.7 %

26 55.3 %

Rata-rata 42.6 % 57.4 %


(1)

ABSTRACT

This study, entitled The image of the Department of Communication Sciences and Student Expectations (Descriptive Study of Communication and Image Department of Social Communication Science Student Expectations USU). The research objective was to determine the image and expectations of students to the department of communication sciences. The theory used in this study is communication, public relations, corporate image, and expectations. This research is a quantitative and qualitative descriptive method. This method illustrates the state of the subject or object of research at the present time based on the facts that appear or as it is .. To look at the assessment of the Department of Social Communication image selected USU assessment components such as impressions, beliefs and attitudes of students to the Department of Social Communication USU. As for seeing the assessment of students' expectations for the Department of Social Communication USU chosen components such as assessment of physical evidence (tangible), reliable (reliability), responsiveness (responsiveness), assurance (assurance), and empathy (empathy). In examining the image of the Department of Social Communication USU, the authors take a random sample of 3 (three) students from the Department of Social Communication USU processed qualitatively produce a negative image. To investigate the expectations of students to the Department of Social Communication USU, the authors take a random sample of 47 students of the Department of Social Communication USU were analyzed quantitatively produce 58.7% of the respondents of the Department of Social Communication USU reliable and guaranteed to make the Department of Social Communication USU be more preferably by 73.4% of respondents, but 51.6% of the students said that the Ministry of Social Communication Sciences USU had inadequate physical facilities, yet responsive as much as 59.1% of respondents and not empathize as much as 57.4% responden.Sampel taken as many as 47 respondents obtained from Taro Yamane formula calculation. The sampling technique used is Proportionate Stratified Random Sampling. Data collection techniques used in this study in two ways Library Studies and Field Studies. The data analysis technique used is the analysis of a single table.

Keywords :


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Pembatasan Masalah ... 5

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Studi Terdahulu ... 7

2.2 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2.1 Komunikasi ... 8

2.2.2 Public Relation ... 11

2.2.3 Citra Diri (Konsep Diri) ... 13

2.2.4 Ekspektasi ... 25

2.3 Kerangka Konsep ... 28

2.4 Model Teoritis ... 29

2.5 Definisi Operasional ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2 Metode Penelitian... 33


(3)

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5.1 Penelitian lapangan (Field Research) ... 37

3.5.2 Studi Kepustakaan (LibraryResearch) ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 37

3.6.1 Analisis Citra Departemen Ilmu Komunikasi ... 37

3.6.2 Analisis Ekspektasi Mahasiswa ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Sejarah Singkat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU... 41

4.1.1 Visi, Misi, dan Sasaran Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 43

4.1.2 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 45

4.2 Pelaksanaan dan Pengumpulan data... 46

4.2.1 Profil Informan ... 47

4.3 Hasil Penelitian ... 48

4.3.1 Variabel Citra Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 48

4.3.2 Hasil Wawancara ... 51

4.3.3 Variabel Ekspektasi Mahasiswa Terhadap Departemen ... 65

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 73

DAFTAR REFERENSI ... 74 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Operasional ... 30

3.1 Jumlah Mahasiswa Terdaftar ... 34

3.2 Jumlah Responden Mahasiswa ... 36

4.1 Pengelola Departemen ... 46

4.2 Hasil Empiris Indikator Penilaian Bukti Fisik ... 65

4.3 Hasil Empiris Indikator Penilaian Andal ... 67

4.4 Hasil Empiris Indikator Penilaian Tanggap ... 68

4.5 Hasil Empiris Indikator Penilaian Jaminan ... 69


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Teoritis ... 29 4.1 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi ... 45


(6)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Fortran Cobol

2. Kuesioner

3. Display Data Hasil Wawancara Citra 4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 5. Biodata


Dokumen yang terkait

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

6 70 134

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 65 257

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 0 14

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 1 2

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 13

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 2

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 0 6

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 27

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU) Chapter III V

1 5 41

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 4