Kepatuhan pasien dalam minum obat

d. Dukungan Emosional Selama individu mengalami gangguan jiwa, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga atau orang lain dapat membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Pada dukungan emosional keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta memberikan semangat dan membantu penguasaan terhadap emosi.

3. Kepatuhan pasien dalam minum obat

Hal yang dapat memicu kekambuhan penyakit jiwa dan memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa yang dialami oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit. Ditemukan beberapa informasi bahwa klien yang kambuh dirawat dan tidak patuh minum obat dapat diketahui melalui adanya obat yang ditemukan disekitar rumah , dan ditemukan obat disaku baju klien Purwanto, 2010. Universitas Sumatera Utara Beberapa peneliti memasukkan faktor-faktor farmakologik sebagai bagian dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang meliputi efek samping obat yang mengganggu dan dosis yang tidak efektif. Atas dasar tersebut, faktor-faktor farmakologik tersebut yang diduga berperan dalam menimbulkan relaps akan dianggap sebagai bagian ketidakpatuhan terhadap medikasi Simanjuntak,2008. Menurut Yustina 2009 terdapat prinsip 6 tepat yang harus dipatuhi dalam pemberian obat, yaitu: 1. Tepat obat, yaitu a Menegecek program terapi pengobatan dari dokter, b Menanyakan ada tidaknya alergi obat, c Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, d Mengecek label obat 3 kali saat melihat kemasan, sebelum menuangkan, dan setelah menuangkan obat sebelum memberikan obat, e Mengetahui interaksi obat, f Mengetahui efek samping obat, g Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri 2. Tepat dosis, yaitu a Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, b Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat lain double check, c Mencampur mengoplos obat sesuai petunjuk panda label kemasan obat 3. Tepat waktu, yaitu a Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, Pastikan pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1 berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam sekali, b Mengecek tanggal kadaluarsa obat, c Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit setelah waktu yang diprogramkan Universitas Sumatera Utara 4. Tepat pasien, yaitu a Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, b Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, c Mengecek identitas pasien pada papan kardeks di tempat tidur pasien yang akan diberikan obat 5. Tepat cara pemberian, yaitu a Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, b Mengecek cara pemberian pada label kemasan obat, c Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai meminum obatnya, d Pemberian melalui intramuskular : tidak memberikan obat 5 cc pada satu lokasi suntikan 6. Tepat dokumentasi, yaitu a Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, b Mencatat nama pasien , nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat, c Mencantumkan nama inisial dan paraf, d Mencatat keluhan pasien, e Mencatat penolakan pasien, e Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat pada pasien yang memerlukan pembatasan cairan, f Mencatat segera setelah memberikan obat Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Beberapa kondisi yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam minum obat yaitu 1 Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu, 2 Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya, 3 Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit, 4 Mahalnya harga obat, 5 Universitas Sumatera Utara Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien Yustina, 2009. Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien dan keluarga mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya. Maka perawat perlu memberikan KIE yaitu pedoman Komunikasi Informasi dan Edukasi kepada pasien maupun keluarga tentang : 1 Nama obatnya, 2 Kegunaan obat itu, 3 Jumlah obat untuk dosis tunggal, 4 Jumlah total kali minum obat, 5 Waktu obat itu harus diminum sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu, 6 Untuk berapa hari obat itu harus diminum, 7 Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang, 8 Rute pemberian obat, 7 Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya, 8 Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin, 9 Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak, 10 Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak Yustina, 2009. 4. Gangguan Jiwa 4.1 Defenisi gangguan jiwa

Dokumen yang terkait

Gambaran Karakteristik Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

28 144 68

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

20 157 94

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid Di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propsu Medan

8 64 67

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara - Medan

30 131 90

this PDF file HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG PROVINSI SULAWESI UTARA | Pelealu | JURNAL KEPERAWATAN 1 SM

1 6 9

Dukungan Psikososial Keluarga dalam Penyembuhan Pasien NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dukungan Psikososial Keluarga - Dukungan Psikososial Keluarga dalam Penyembuhan Pasien NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan

0 1 26

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia

0 0 15

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Gr

0 0 16