Ijma’ Dasar Hukum Disyari’atkannya Jual Beli a. Al-Quran

diperbolehkan, jika di dalamnya telah terpenuhi rukun dan syarat. Alasannya karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. 37 Alasan inilah yang kemudian dianggap penting, karena dengan adanya transaksi seseorang dapat dengan mudah memiliki barang yang diperlukan dari orang lain. Selain itu, berdasarkan dasar hukum sebagaimana tersebut di atas bahwa jual beli itu hukumnya adalah mubah, yang artinya jual beli itu diperbolehkan asalkan di dalamnya memenuhi ketentuan yang ada dalam jual beli. Oleh karena itu, praktek jual beli yang dilakukan manusia sejak masa Rasulullah Saw., hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual beli. 38

3. Syarat dan Rukun Jual Beli

Dalam jual beli rukun dan syarat merupakan hal yang penting, sebab tanpa terpenuhinya rukun dan syarat maka jual beli tersebut tidak sah. Oleh karena itu, Islam telah mengatur rukun dan syarat jual beli tersebut sebagai berikut :

a. Syarat Jual Beli

Syarat menurut syara’ adalah sesuatu yang harus ada, dan menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak berada dalam pekerjaan itu. 39 Dalam jual beli 37 Rachmat Syafei, Op. Cit., hal. 75 38 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, Jilid III, Al-Ma’arif, Bandung, 1987, hal. 46 39 M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi’ah AM, Op.Cit, hal. terdapat empat macam syarat, yaitu syarat terjadinya akad in ‘iqad, syarat sahnya akad, syarat terlaksananya akad nafadz, dan syarat lujum. 40 Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk menghindari pertentangan diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang sedang berakad, menghindari jual beli gharar terdapat unsur penipuan, dan lain-lain. Jika jual beli tidak memenuhi syarat terjadinya akad, maka akad tersebut batal. Syarat ini meliputi : ‘akidorang yang berakad, syarat dalam akad ijab dan qabul, tempat akad, ma’qud ‘alaih objek akad. Jika jual beli tidak memenuhi syarat nafadzpelaksanaan akad, maka akad tersebut mauquf yang cenderung boleh, bahkan menurut ulama Malikiyah, cenderung kepada kebolehan. Misalnya adalah benda yang menjadi objek akad merupakan milik yang sempurna atau tidak terdapat milik orang lain di dalamnya. Jika jual beli tidak memenuhi syarat lujum, maka akad tersebut mukhayyir pilih- pilih, baik khiyar untuk menetapkan maupun membatalkan. Syarat ini hanya satu, yaitu akad jual beli harus terbebas dari khiyar pilihan. Jika tidak memenuhi syarat sah, menurut ulama Hanafiyah, akad tersebut fasid. Adapun syarat sah jual beli terbagi menjadi tiga bagian, yaitu syarat bagi penjual dan pembeli, syarat untuk objek jual beli, dan syarat untuk sighat. 40 Rachmat Syafei, Op. Cit, hal. 76