Al-Hadits Dasar Hukum Disyari’atkannya Jual Beli a. Al-Quran

ْﻲ ِﺑَأ ِﻦ ْﺑ ِﺪ ْﯾِﺰَﯾ ْﻦ َﻋ ، ُﺚ ْﯿﱠﻠﻟا ﺎَﻨَﺛﱠﺪ َﺣ ، ُﺔ َﺒْﯿَﺘُﻗ ﺎَﻨَﺛﱠﺪ َﺣ ِﺑﺎ َﺟ ْﻦ َﻋ، ٍحﺎ َﺑَر ﻲ ِﺑَأ ِﻦ ْﺑ ِءْﺎ ﻄَﻋ ْﻦ َﻋ ، ٍﺐ ْﯿِﺒَﺣ ِﻦ ْﺑ ٍﺮ ِﷲ َلﻮ ﺳَر َﻊِﻤ َﺳ ُﮫ ﱠﻧَأ ـ ﺎ َﻤُﮭْﻨَﻋ ُﷲ َﻲ ِﺿَر ـ ِﷲِﺪ ْﺒَﻋ َﷲ ﱠنِإ ، ِﺢْﺘ َﻔْﻟا َمﺎ َﻋ ُلْﻮ ُﻘَﯾ ﻢﻠ ﺳو ِﮫ ﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠ ﺻ ِﺮ ْﯾِﺰْﻨِﺨْﻟاَو ِﺔ َﺘْﯿَﻤْﻟاَو ِﺮ ْﻤَﺨْﻟا َﻊ ْﯿَﺑ َمﱠﺮ َﺣ ُﮫﻟﻮ ﺳرو ُﺤ ُﺷ َﺖ ْﯾَأَرَأ ، ِﷲ َلﻮ ﺳَرﺎَﯾ َﻞ ْﯿِﻘَﻓ ، ِمﺎَﻨ ْﺻً ْﻷاَو َمْﻮ ، ُدْﻮ ُﻠُﺠْﻟا ﺎ َﮭِﺑ ُﻦَھْﺪ ُﯾَو ُﻦُﻔ ﱡﺴﻟا ﺎ َﮭِﺑ ﻰ َﻠْﻄُﯾ ﺎ َﮭﱠﻧِﺈَﻓ ِﺔ َﺘْﯿَﻤْﻟا َلﺎ َﻘَﻓ ُسﺎ ﱠﻨﻟا ﺎ َﮭِﺑ ُﺢِﺒ ْﺼَﺘْﺴَﯾَو ٌماَﺮَﺣَﻮ ُھ ، َﻻ َلﺎ َﻗ ﱠﻢ ُﺛ َﻚ ِﻟاَذ َﺪ ْﻨِﻋ ﻢﻠ ﺳو ﮫ ﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠ ﺻ ِﷲ ُلﻮ ﺳَر َﻞ َﺗﺎَﻗ َمﱠﺮ َﺣ ﺎ ﱠﻤَﻟ َﷲ ﱠنِإ ، َدْﻮ ُﮭَﯿْﻟا ُﷲ ﱠﻢ ُﺛ ُهْﻮ ُﻠَﻤَﺟ ﺎَﮭَﻣْﻮُﮭ ُﺷ ُﮫَﻨَﻤَﺛ اﻮُﻠَﻛَﺄَﻓ ُهْﻮُﻋﺎَﺑ يرﺎﺨﺒﻟا هاور Artinya : “Mewartakan Qutaibah mewartakan Laitsu dari Yazid bin Abi Habibi dari ‘Atha’ bin Abi Rabah dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw., bersabda pada tahun kemenangan di Mekah : “sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan menjual minuman yang memabukkan khamr, bangkai, babi dan berhala. Lalu ada orang bertanya, “ ya, Rasulullah bagaimana tentang lemak bangkai, karena dipergunakan mengecat perahu-perahu supaya tahan air, dan meminyaki kulit-kulit, dan orang- orang mempergunakannya untuk penerangan lampu. ? beliau menjawab : “tidak boleh, itu haram”.kemudian diwaktu itu Rasulullah Saw., bersabda : Allah melaknat orang-orang Yahudi, sesungguhnya Allah tatkala mengharamkan lemaknya bagi mereka, mereka cairkan lemak itu kemudian dijualnya dan mereka makan harganya.” HR. Bukhari 35 Hadits lain yang berkenaan dengan dengan jual beli adalah : ْﻦَﻋ، ٍرٍﻮَﺛ ْﻦَﻋ ، ﻰّﺴْﯿِﻋ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ، ﻰَﺳْﻮُﻣ ُﻦْﺑ ِﻢْﯿِھاَﺮْﺑِإ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ِماَﺪْﻘِﻤْﻟﺎِﻨَﻋ،ِناَﺪْﻌَﻣ ِﻦْﺑ ِﺪِﻟﺎَﺧ . ُﷲ َﻲِﺿَر ِلْﻮُﺳَر ْﻦَﻋ ـ ُﮫْﻨَﻋ َلﺎَﻗ َﻢَﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲ َﻰﻠَﺻ ِﷲ ًﺎًﻣﺎَﻌَط ٌﺪَﺣَأ َﻞَﻛَأ ﺎَﻣ َدُواَد ِﷲ ﱠﻲِﺒَﻧ ﱠنِاَو ، ِهِﺪَﯾ ِﻞَﻤَﻋ ْﻦِﻣ َﻞُﻛْﺄَﯾ ْنَأ ْﻦِﻣاًﺮْﯿَﺨﱡﻄَﻗ ِهِﺪَﯾ ِﻞَﻤَﻋ ْﻦِﻣ ُﻞُﻛْﺄَﯾ َنﺎَﻛ ُمَﻼﱠﺴﻟا ِﮫْﯿَﻠَﻋ يرﺎﺨﺒﻟا هاور Artinya : “Mewartakan Ibrahim bin Musa, bercerita ‘Isa, dari Tsaur, dari Khalid bin Ma’dan, dari Miqdam r.a, dari Rasul Saw., Beliau bersabda : “tidak ada makanan yang dimakan seseorang, sekali-kali tidak, yang lebih baik dari pada makanan dari hasil usaha tangannya sendiri. Sesungguhnya nabi Allah Dawud a.s makan dari hasil usaha tangan Beliau sendiri.” HR. Bukhari 36 Berdasarkan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri. Kemudian jika pekerjaan tersebut adalah jual beli, maka jual beli yang dimaksud adalah jual beli yang mabrur baik zat maupun sifatnya.

c. Ijma’

Para ulama fiqh dari dahulu sampai sekarang telah bersepakat bahwa jual beli itu 35 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih Bukhari, Jilid II, Syirkah Almaktabah Litabi’i Wan Nasr, tt, hal. 59 36 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih Bukhari, Jilid II, Syirkah AlMaktabah Litabi’i wan Nasr Indonesia, tt, hal. 12 diperbolehkan, jika di dalamnya telah terpenuhi rukun dan syarat. Alasannya karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. 37 Alasan inilah yang kemudian dianggap penting, karena dengan adanya transaksi seseorang dapat dengan mudah memiliki barang yang diperlukan dari orang lain. Selain itu, berdasarkan dasar hukum sebagaimana tersebut di atas bahwa jual beli itu hukumnya adalah mubah, yang artinya jual beli itu diperbolehkan asalkan di dalamnya memenuhi ketentuan yang ada dalam jual beli. Oleh karena itu, praktek jual beli yang dilakukan manusia sejak masa Rasulullah Saw., hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual beli. 38

3. Syarat dan Rukun Jual Beli

Dalam jual beli rukun dan syarat merupakan hal yang penting, sebab tanpa terpenuhinya rukun dan syarat maka jual beli tersebut tidak sah. Oleh karena itu, Islam telah mengatur rukun dan syarat jual beli tersebut sebagai berikut :

a. Syarat Jual Beli

Syarat menurut syara’ adalah sesuatu yang harus ada, dan menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak berada dalam pekerjaan itu. 39 Dalam jual beli 37 Rachmat Syafei, Op. Cit., hal. 75 38 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, Jilid III, Al-Ma’arif, Bandung, 1987, hal. 46 39 M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi’ah AM, Op.Cit, hal.