Model Untuk Pembuatan Gigitiruan Perubahan Dimensi Gips

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan

Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan gigitiruan sehingga model gigitiruan merupakan media yang menghubungkan prosedur klinis yang dilakukan dokter gigi dan prosedur laboratoris yang dilakukan oleh dokter gigi atau laboran. 3 2.2 Jenis Model Untuk Pembuatan Gigitiruan 2.2.1 Model Studi Model studi merupakan replika jaringan rongga mulut pasien yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengamati dan mempelajari keadaan rongga mulut pasien sehingga model studi harus dapat mencakup beberapa hal penting, yaitu: 2,3,19 a. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal b. Kontur linggir yang tersisa, ukuran, dan konsistensi mukosa c. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigitiruan vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut, dan frenulum. Kegunaan model studi yaitu: 3,19 a. Memberikan gambaran keadaan jaringan keras dan lunak rongga mulut pasien dalam bentuk tiga dimensi. b. Media untuk mempelajari hubungan oklusal dari lengkung rahang pasien. c. Media untuk mempelajari ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi, dan hubungan rahang pasien. d. Media untuk mempelajari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien dari pandangan lingual saat gigi oklusi. Universitas Sumatera Utara e. Media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum dilakukan perawatan dan setelah dilakukan perawatan. f. Media untuk menjelaskan keadaan pasien. g. Rekam medis legal mengenai keadaan lengkung rahang pasien untuk keperluan asuransi, gugatan hukum, dan forensik. Gips tipe II umumnya digunakan sebagai bahan membuat model studi.

2.2.2 Model Kerja

Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris karena digunakan sebagai media pembuatan gigitiruan. 3,7

2.3 Gips

Gips merupakan mineral yang terdapat di alam yang digunakan sebagai bahan cetak sejak tahun 1844 dan sebagai bahan model sejak tahun 1756. 3 Alasan utama penggunaan gips pada bidang kedokteran gigi yaitu karena gips merupakan bahan yang mudah dimodifikasi secara kemis atau fisis untuk tujuan yang berbeda. Gips yang digunakan pada kedokteran gigi merupakan gips yang mengandung kalsium sulfat dihidrat CaSO 4 H 2 O kemudian dipanaskan pada temperatur 110 o -120 o C 230 o - 250 o F untuk mengeluarkan air dari kristalisasi sehingga menghasilkan kalsium sulfat hemihidrat CaSO 4 ½H 2 O dalam bentuk bubuk, dan saat bubuk gips kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, terjadi reaksi balik secara kimia yaitu kalsium sulfat hemihidrat berubah kembali menjadi kalsium sulfat dihidrat. 3,5,20 Terdapat dua metode pengapuran gips, yaitu untuk menghasilkan α-hemihidrat dan β-hemihidrat. Pengapuran gips pada temperatur 125 o C akan menghasilkan kristal yang padat, kurang berporus, dan kristal dengan bentuk prismatik, yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. 2,3,5 Pengapuran gips pada temperatur 115 o C akan menghasilkan hemihidrat yang berporus, relatif kecil, dan kristal yang tidak teratur, disebut dengan β-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model studi. 2,3,5 Universitas Sumatera Utara Gips diproduksi menjadi beberapa jenis, yaitu plaster, stone, high-strength stone, dan bahan tanam berdasarkan sifat fisiknya. Perbedaan utama pada sifat fisik gips yaitu tergantung pada variasi ukuran, bentuk, dan porositas bubuk gips yang dihasilkan dari proses pengapuran yang berbeda. 3

2.3.1 Tipe – tipe Gips

Berdasarkan spesifikasi ADA American Dental Association No. 25, gips dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Tipe I Impression Plaster

Digunakan untuk mencetak daerah edentulous dan perbaikan gigitiruan. Gips tipe ini memiliki konsistensi yang lebih kental sehingga gips sulit mengalir keluar dari sendok cetak saat dimasukkan kedalam mulut. 8 Plaster cetak jarang digunakan lagi sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. 3,5 2. Tipe II Model Plaster Gips tipe II umunya digunakan sebagai bahan membuat model studi dan bahan tanam untuk mengisi kuvet dalam pembuatan gigitiruan. 3,5 Gips tipe II dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada suhu 110ºC-120ºC sehingga menghasilka n senyawa β- hemihidrat yang porus, mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dan jarak antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan memerlukan banyak air. 8 3. Tipe III Dental Stone Gips tipe III dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada temperatur 125ºC dibawah tekanan atmosfer sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan airnya akan berkurang, setelah melalui proses dehidrasi, maka akan dihasilkan seny awa α- hemihidrat yang lebih padat, bentuknya teratur, kurang porus, dan kristal dengan bentuk prismatik. Karakteristik yang dimiliki oleh α-hemihidrat menyebabkan gips ini membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit dan memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan gips tipe II, sehingga gips tipe III sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. 2,3,5 Gips tipe III awalnya berwarna putih sehingga sulit dibedakan dengan gips tipe I dan II sehingga pabrik biasanya memberi warna Universitas Sumatera Utara kekuningan atau warna kapur lainnya, namun perlu diketahui bahwa pemberian warna pada gips tidak menentukan kualitas gips. Berdasarkan spesifikasi ADA No.25, setting ekspansi gips tipe III setelah 2 jam pengerasan yaitu sebesar 0,00 - 0,20 dan besar rasio WP, yaitu sebesar 28-30 ml air100 gr gips. 3,5 4. Tipe IV Dental Stone, High Strength Gips tipe IV digunakan sebagai bahan pembuatan die stone, terdiri dari partikel α-hemihidrat jenis Densite yang berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan gips tipe III. Pada pencampuran gips tipe IV ini penggunaan air lebih sedikit dibandingkan dengan gips tipe III sehingga memiliki kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk tahan terhadap daya abrasi saat penggunaan instrumen yang tajam serta memiliki setting ekspansi yang minimal. 3,5 5. Tipe V Dental Stone, High Strength, High Expansion Gips tipe V merupakan gips yang memiliki ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar 0,1-0,3. 4 Ekspansi pengerasan pada gips tipe V ini ditingkatkan karena logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar dibandingkan logam campur mulia konvensional sehingga dibutuhkan ekspansi yang lebih besar pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur. 3,5 Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Tipe-tipe Gips 4,5 Jenis gips Rasio W:P Setting time min 2-Hr setting expansion 1-Hr compressive strength Min Max MPa psi I. Plaster, impression 0.40 – 0.75 4±1 0.00 0.15 4.0 580 II. Plaster, model 0.45 – 0.50 12±4 0.00 0.30 3.0 1300 III. Dental stone 0.28 – 0.30 12±4 0.00 0.20 20.7 3000 IV. Dental stone, high strengths 0.22 – 0.24 12±4 0.00 0.10 34.5 5000 V. Dental stone, high strength, high expansion 0.18 – 0.22 12±4 0.10 0.30 48.3 7000

2.3.2. Karakteristik Gips

Karakteristik gips meliputi: a. Kekuatan kompresi Kekuatan gips umumnya dinyatakan dengan istilah kekuatan kompresi, yang diartikan sebagai kemampuan gips untuk menahan tekanan hingga fraktur. 5 Kekuatan gips dipengaruhi oleh bentuk kristal, porositas kristal, dan rasio WP. 3 Peningkatan porositas pada partikel mengakibatkan penggunaan air menjadi lebih banyak untuk mengubah hemihidrat menjadi dihidrat sehingga produk gips yang dihasilkan akan semakin lemah kekuatannya. 3,5 b. Setting time Waktu pengerasan gips dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu initial setting time dan final setting time. Initial setting time merupakan interval antara waktu pencampuran gips dan waktu ketika adonan tidak dapat lagi dituangkan ke dalam master mold sehingga initial setting time identik dengan waktu kerja dari gips. Secara klinis, initial setting time dapat diamati saat adonan sudah kehilangan kilapnya, hal Universitas Sumatera Utara ini terjadi karena reaksi kimia dari hemihidrat yang bergabung dengan air menyebabkan partikel hemihidrat menarik permukaan air. Initial setting time berkisar diantara 8 – 16 menit dari waktu pencampuran air dan bubuk gips sesuai dengan spesifikasi ADA No. 25. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis produk gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur. 2,3 c. Setting ekspansi Selama proses pengerasan gips, seluruh tipe gips secara alamiah akan mengalami ekspansi, namun hal ini harus dihindari semaksimal mungkin dalam pembuatan model karena dapat mempengaruhi perubahan dimensi model gips. Cara yang paling efektif dalam mengontrol setting ekspansi adalah dengan penambahan bahan kimia, ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan K 2 SO 4, NaCl atau boraks. Menurut Noort 2007 penambahan NaCl mempunyai pengaruh menurunkan setting ekspansi dengan menyediakan lokasi tambahan untuk pertumbuhan kristal. 20 d. Perubahan dimensi Perubahan dimensi pada gips merupakan hasil dari proses ekspansi selama pengerasan gips yang disebabkan oleh hasil dari pertumbuhan kristal gips yang saling mendorong keluar. 20,21 Gips mengalami ekspansi selama proses pengerasannya, hal ini dapat diartikan bahwa model akan berukuran sedikit lebih besar dari hasil cetakan dan hal ini mempengaruhi perubahan dimensi dari model gips.

2.4 Perubahan Dimensi Gips

perubahan dimensi model gips merupakan perubahan ukuran pada model gips selama proses pengerasannya, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari panjang semula atau volume. 2 Ekspansi massa gips dapat dideteksi selama perubahan dari partikel hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Setting ekspansi dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme kristalisasi yang digambarkan sebagai suatu pertumbuhan kristal –kristal dihidrat dari nukleus yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara Kristal gips yang terbentuk selama proses pengerasan yaitu berbentuk sperulitik, kristal ini saling menimpa satu sama lain dan mencoba untuk mendorong kristal yang lain agar terpisah sehingga terjadi ekspansi selama proses pengerasan yang dapat menyebabkan perubahan dimensi pada gips. 20 Dimensi merupakan parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefenisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi, serta bentuk. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear yang biasanya dinyatakan dalam presentase panjang atau volume akhir dibandingkan dengan panjang atau volume-volume dari suatu objek. Perubahan dimensi linear lebih mudah dan sederhana untuk diukur dibandingkan dengan perubahan dimensi volumetrik. 2 Pengukuran perubahan dimensi menggunakan travelling microscope. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis A, pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cd- c’d’ pada garis C. Gambar 1. Garis pada ruled block Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rata-ratanya. Hasil rata- rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus, yaitu: 2 l 1 – l x 100 = l0 Universitas Sumatera Utara dimana: l 1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel mm l = panjang garis pada stainless steel die mm 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Dimensi Gips Tipe III 2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur dan NaCl 2% terhadap Setting Time dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe III sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

2 72 81

Pengaruh Pemakaian Slurry Water Dan Air Bersih Terhadap Kekuatan Kompresi Dan Perubahan Dimensi Gips Tipe III Pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

4 75 79

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur Dan Nacl 2%Terhadap Setting Time Dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe Iii Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

10 57 81

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan - Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

0 0 5

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NaCl DAN GARAM DAPUR TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE III PADA PEMBUATAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur dan NaCl 2% terhadap Setting Time dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe III sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 19

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2 TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

0 0 16

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur Dan Nacl 2%Terhadap Setting Time Dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe Iii Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 7

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2 TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

0 2 16