7
memiliki efek pelindung terhadap timbulnya karsinoma kolorektal. Bermacam paparan seperti konsumsi alkohol, merokok dan komponen diet seperti serat dan
mikronutrient seperti kalsium dan selenium telah terbuki memiliki efek pada risiko KKR Fearon dan Bommer, 2008.
1.4 Pemeriksaan Kanker Kolorektal
Penderita tanpa gejala yang diduga menderita kanker kolon didapatkan anemia atau tes darah samar tinja yang positif selama pemeriksaan fisik. Diagnosa
terbaik kanker kolon dengankolonoskopi. Gejala Penderita mungkin berhubungan perdarahan per rektum hematochesia, peningkatan frekuensi konstipasi atau
diare dan atau rasa tidak nyaman di perut. Penurunan berat badan kurang umum terjadi kecuali penyakit sudah lanjut, kelelahan juga sering terjadi. Kelelahan dan
anemia adalah gejala yang berhubungan dengan lesi sisi kanan.Evaluasi laboratorium antara lain pemeriksaan darah, evaluasi pembekuan darah, kerusakan
hati dan tes fungsi ginjal, gula darah puasa, elektrolit, urinalisis, dan pengukuran Carcinoembryonic antigen CEA. Tujuan pencitraan untuk staging kanker kolon
dapat dibagi menjadi dua kategori: 1 deteksi dan staging tumor primer dan 2 penentuan tingkat metastasis penyakit. Untuk deteksi kanker primer dan polip
yang lebih besar dari 1,0 cm, single dan double-contrast barium enema telah digunakan selama bertahun-tahun. Dengan munculnya computed tomography
CT scan,CT colonography telah digunakan untuk skrining polip dan massa lainnya. Beberapa pemeriksamenggunakanMagnetic Resonance Imaging MRI
Colonography. Untuk staging penyakit yang berpotensi metastasis ekstrakolon,
8
dapat digunakanultrasound, CT, MRI, dan tomografi emisi positron PETCompton dkk, 2008.
Skrining diperkirakan dapat mengurangi kejadian mortalitas akibat Karsinoma kolorektal Edwards dkk, 2010. Sebagian besar KKR berasal dari
perkembangan adenoma-karsinoma, sebuah proses yang dapat berlangsung lebih dari 10 tahun. Perkembangan dari polip adenomatosa kecil menuju polip yang
besar akibat adanya dysplasia yang kemudian berkembang menjadi kanker memberikan kesempatan untuk mencegah kanker dengan mengembalikan polip ke
onset kanker sebelumnya. Panjang perkembangan waktu dari polip ke kanker memberikan waktu untuk melakukan skrining seperti kolonoskopi yang tidak
perlu diulang tiap tahun dan tes yang kurang sensitif seperti darah samar, dilakukan tiap tahun dapat mengidentifikasi lesi yang terlewat pada awal skrining.
Kolonoskopi telah menjadi standar emas untuk mendeteksi polip kolon dan kanker kolorektal. Telah terlihat bahwa skrining awal kolonoskopi dan prosedur
polipektomi mengurangi insiden KKR pada penderita dengan polip adenomatosa. Penilaian saat ini tentang metoda skrining mengindikasikan bahwa tingginya
angka ketaatan setiap metoda, dari keuntungan tersebut didapatkan beberapa metoda screening: kolonoskopi tiap 10 tahun, tes darah samar tiap tahun dan
sigmoidoskopi setiap 5 tahun dengan hemocult SENSA tiap 2-3 tahun Merchant dkk, 2007; Edwards dkk, 2010. Rekomendasi skrining untuk KKR sporadik
dijelaskan dalam tabel 3.
9
Tabel 2.1 Rekomendasi screening untuk kanker kolorektal sporadicMerchant dkk, 2007.
K a t e g o r i R i s i k o Skrining yang dianjurka n P e m e r i k s a a n a l t e r n a t i v e Usia usia 50 tahun, tanpa riwayat adenoma, IBD, dan riwayat keluarga Kolonoskopi pada usia 50 tahun dan diulang tiap 10 tahun jika tidak ada polip Pemeriksaan darah samar tiap tahun dan sigmoidoskopi fleksibel tiap 5 tahun atau barium enema double kontras tiap 5 tahun.
Inflammatory bowel disease Dimulai 8-10 tahun setelah gejala awal dengan kolonoskopi, tiap 1-2 tahun dengan biopsi 4 kuadran, tiap 10 tahun dengan total 30 sampel, masa dan striktur juga disertakan. - Riwayat keluarga positif generasi pertama atau kedua keluarga dengan KKR pada semua usia Skrining awal kolonoskopi pada usia 40 tahun atau 10 tahun lebih awal pada keluarga dengan KKR.
2.5. Stadium Kanker Kolorektal