Spesifikasi Produk Penyusunan Konsep Desain

commit to user IV-6 Tabel 4.3 Kebutuhan lansia terhadap perancangan alat bantu tongkat No Keluhan Responden Kebutuhan lansia 1 Ketidaknyamanan lansia terhadap pegangan tongkat yang digunakan, sebab panjang genggaman tongkat tersebut terlalu pendek dan permukaan genggaman yang keras. Perlu adanya alat bantu jalan yang memiliki pegangan tongkat yang nyaman untuk digunakan 2 Timbulnya rasa nyeri pada bagian lengan atas dan lengan bawah karena diameter tongkat yang terlalu kecil sehingga tongkat tidak dapat menahan beban lansia sepenuhnya dan menyebabkan kondisi tubuh tidak stabil. Perlu adanya alat bantu jalan yang dapat menopang beban lansia sepenuhnya dan aman untuk digunakan. 3 Timbulnya keluhan pada bagian lower back atau punggung karena lansia harus menyesuikan dengan ketinggian tongkat. Perlu adanya alat bantu jalan yang dapat diatur ketinggiannya sesuai kebutuhan. Sumber: Pengumpulan data, 2010

4.2.2 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk bertujuan untuk memunculkan “karakteristik engineering” untuk menyusun desain perancangan alat bantu tongkat. “Karakteristik engineering” melalui penterjemahan data hasil kebutuhan lansia ke bahasa pabrikasi. “Karakteristik engineering” ini digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan konsep desain perancangan alat bantu tongkat. Dengan adanya “Karakteristik engineering” tersebut diharapkan didapat konsep desain perancangan alat bantu tongkat yang lebih baik karena rancangan dibuat berdasarkan keinginan pengguna Ulrich, 2001. commit to user IV-7 Hasil pengumpulan data hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 4.4. Beberapa kebutuhan pengguna akan diterjemahkan menjadi “Karakteristik engineering” dalam perancangan desain sebagai berikut : Tabel 4.4 Spesifikasi produk konsep desain perancangan alat bantu tongkat No Kebutuhan responden “Karakteristik engineering” 1 Perlu adanya alat bantu jalan yang memiliki pegangan tongkat yang nyaman untuk digunakan Merancang alat bantu jalan yang memiliki panjang genggaman lebih lebar serta dilengkapi dengan karet busa pada bagian genggamannya. 2 Perlu adanya alat bantu jalan yang dapat menopang beban lansia sepenuhnya dan aman untuk digunakan. Merancang alat bantu jalan yang memiliki diameter lebih lebar dan memiliki bahan yang kuat supaya dapat menahan beban lansia sepenuhnya. 3 Perlu adanya alat bantu jalan yang dapat diatur ketinggiannya sesuai kebutuhan. Merancang alat bantu jalan yang dapat diatur ketinggiannya dengan penggunaan sistem height adjuster sesuai dengan postur lansia Sumber : Data diolah, 2010

4.2.3 Penyusunan Konsep Desain

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimanan produk memuaskan pelanggan yang ditampilkan dengan model 3 dimensi secara garis besar Ulrich, 2001. Langkah-langkah penyusunan konsep produk sebagai berikut: 1. Memperjelas Masalah Penjelasan masalah mencakup pembangunan pengertian secara general dan kemudian memecah menjadi sub masalah. Pemecahan ini disebut sebagai dekomposisi masalah. Salah satu pendekatan dalam dekomposisi masalah adalah berdasarkan kebutuhan utama pelanggan. Pendekatan ini berguna untuk produk commit to user IV-8 yang masalah utamanya adalah bentuk, bukan pada prinsip kerja atau teknologinya Ulrich, 2001. Pada perancangan ini, dekomposisi berdasarkan kebutuhan utama pelanggan adalah konsep yang diterjemahkan dari keluhan pengguna saat melakukan proses aktivitas jalan menggunakan alat bantu jalan yang sudah ada sebelumnya. Sub masalah hasil dari dekomposisi ini mencakup ketidaknyamanan lansia saat memegang alat bantu tongkat yang sudah ada, adanya rasa nyeri pada bagian lengan atas dan lengan bawah karena tongkat tidak dapat menahan beban lansia sepenuhnya serta menyebabkan kondisi tubuh tidak stabil. Selain itu timbulnya rasa nyeri pada bagian lower back atau punggung karena lansia harus menyesuaikan dengan ketinggian tongkat. Langkah selanjutnya dalam memperjelas masalah adalah memfokuskan pada sub masalah kritis. Pemfokusan pada sub masalah kritis pada perancangan alat bantu jalan tongkat dilakukan melalui penetapan urutan prioritas terhadap konsep berdasarkan banyaknya suara keluhan pengguna setelah melakukan proses aktivitas jalan. Untuk memenuhi semua keinginan konsumen maka semua atribut menjadi prioritas yang sama pentingnya. Hasil proses memperjelas masalah akan diterangkan pada sub bab sebagai berikut: a Perlu adanya fasilitas yang memberikan kenyamanan kepada lansia saat memakai pegangan tongkat tanpa menimbulkan rasa sakit pada telapak tangan. Hal ini dapat diwujudkan dengan pemberian karet busa pada bagian genggamannya, sehingga rasa sakit pada telapak tangan dapat dikurangi. b Alat mampu menahan beban lansia sepenuhnya dan alat tersebut dapat menyebabkan kondisi tubuh stabil saat aktivitas jalan berlangsung. Dalam hal ini alat bantu jalan tongkat hasil rancangan harus memiliki diameter lebih lebar dan memiliki bahan yang kuat supaya dapat menahan beban lansia sepenuhnya. c Perlunya alat bantu jalan yang bisa diatur ketinggiannya sesuai dengan postur lansia sehingga posisi tubuh tidak terlalu membungkuk. Hal ini dapat diwujudkan dengan penggunaan sistem height adjuster sehingga commit to user IV-9 ketinggian alat bantu jalan tersebut dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan lansia. 2. Pencarian eksternal Benchmarking Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan sub masalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah. Pencarian eksternal dalam penelitian ini dilakukan dengan benchmarking produk lain yang sejenis. Karena di Panti Wredha Darma Bakti Surakarta hanya menggunakan tongkat seadanya, maka benchmarking dilakukan terhadap alat bantu jalan tongkat yang ada di pasaran sebagai masukan atribut kebutuhan yang belum dapat dibangkitkan dari proses spesifikasi produk Ulrich, 2001. Gambar 4.2 Tongkat di pasaran Sumber : Data dikumpulkan, 2010 Dari produk pesaing di atas masih terdapat beberapa kelemahan apabila tongkat tersebut diaplikasikan ke Panti Wredha Darma Bakti Surakarta dimana subyeknya adalah lansia yang memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan tiap aktivitasnya. Identifikasi kekurangan tongkat di atas : a. Pada bagian genggaman tangan, bahan terbuat dari plastik bukan dari karet busa. Hal ini menyebabkan masih timbulnya rasa sakit khususnya pada bagian genggaman tersebut dan pada bagian kaki tongkat terbuat dari nilon yang masih bisa menyebabkan jatuh pada penggunanya ketika digunakan pada medan permukaan yang licin. a. b. c. commit to user IV-10 b. Tongkat masih terbuat dari bahan kayu yang belum dapat menopang beban lansia sepenuhnya dan pada bagian genggaman tangan terbuat dari bahan plastik yang dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada bagian genggaman tersebut serta pada bagian kaki tongkat terbuat dari nilon yang masih bisa menyebabkan jatuh pada penggunanya ketika digunakan pada medan permukaan yang licin. c. Tongkat tersebut hanya memiliki ketinggian tertentu, dan tidak bisa diatur ketinggiannya sesuai keinginan dan kebutuhan lansia sesuai dengan postur lansia. Pada saat tongkat tersebut digunakan, maka pada bagian alas tongkat cenderung kaku dan tidak fleksibel, sehingga pada bagian alas tongkat kurang mampu menyesuaikan dengan medan permukaan lantai. Dari kekurangan tongkat di atas dapat dibangkitkan beberapa atribut kebutuhan lansia yang belum bisa dibangkitkan lewat tahap spesifikasi. Atribut kebutuhan lansia tersebut antara lain : Tabel 4.5 Atribut Kebutuhan Lansia No Kekurangan tongkat Kebutuhan 1 Pada bagian genggaman tangan, bahan terbuat dari plastik bukan dari karet busa. Hal ini menyebabkan masih timbulnya rasa sakit khususnya pada bagian genggaman tersebut. Memberikan kenyamanan pada bagian genggaman tangan 2 Tongkat tersebut hanya memiliki ketinggian tertentu, dan tidak bisa diatur ketinggiannya sesuai keinginan dan kebutuhan lansia sesuai dengan postur lansia. Memberikan kemudahan untuk mengatur ketinggian tongkat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan commit to user IV-11 3 Pada saat tongkat tersebut digunakan, maka pada bagian alas tongkat cenderung kaku dan tidak fleksibel, sehingga pada bagian alas tongkat kurang mampu menyesuaikan dengan medan permukaan lantai sehingga kenyamanan penggunaannya pun kurang maksimal. Memberikankenyamanan penggunaan pada bagian alas tongkat serta dengan penambahan bahan yang kuat supaya dapat menahan beban lansia sepenuhnya. Sumber : Data diolah, 2010 Atribut kebutuhan pengguna yang muncul pada tahap spesifikasi produk akan digabung dengan atribut kebutuhan yang muncul saat benchmarking dengan produk sejenis Ulrich, 2001. Tahap selanjutnya setelah semua atribut kebutuhan dibangkitkan adalah membuat matrik kebutuhan yang ditunjukan pada tabel 4.6. Tujuan dari pembuatan matrik kebutuhan adalah menerjemahkan keinginan konsumen Voice of Customer ke ”karakteristik engineering” Voice of Engineer Tabel 4.6 Matrik-matrik kebutuhan Sumber : Data diolah, 2010 lanjutan Tabel 4.5 Atribut Kebutuhan Lansia commit to user IV-12 3. Menggali Secara Sistematis Teknik yang digunakan pada langkah ini adalah pohon klasifikasi konsep. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda sehingga akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan Ulrich, 2001. Setiap “karakteristik engineering” dijelaskan lebih dulu sebelum membuat pohon klasifikasi konsep. a. Rangka Kaki Tongkat Rangka untuk kaki tongkat pada perancangan kali ini mempunyai pilihan 2 model yaitu model 1 dan model 2. Pada model 1 rangka kaki mempunyai bentuk lurus serta memiliki satu tumpuan sebagai penopang beban dan pada model 2 rangka kaki mempunyai bentuk melengkung serta memiliki empat ruas kaki sebagai penopang beban. Model rangka ditunjukan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 dibawah ini. Gambar 4.3 Model rangka kaki bentuk 1 Sumber : Data dikumpulkan, 2010 Gambar 4.4 Model rangka kaki bentuk 2 Sumber : Data dikumpulkan, 2010 commit to user IV-13 b. Desain Rangka Desain rangka untuk perancangan tongkat mempunyai pilihan 2 model yaitu model 1 dan model 2. Pada model 1 desain rangka memiliki bentuk lurus memanjang mulai dari permukaan bawah sampai atas dan pada model 2 desain rangka memiliki bentuk melengkung pada bagian permukaan atasnya yang ditunjukkan seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.5 Model desain rangka bentuk 1 Sumber : Data dikumpulkan, 2010 Gambar 4.6 Model desain rangka bentuk 2 Sumber : Data dikumpulkan, 2010 commit to user IV-14 c. Sistem Kenyamanan dan Fleksibilitas Sistem kenyamanan dan fleksibilitas yang menjadi pilihan perancangan tongkat adalah dengan sistem balljoint sistem goyang dan tanpa balljoint. d. Sistem Pengatur Ketinggian Sistem pengatur ketinggian yang menjadi pilihan perancangan tongkat adalah dengan penggunaan roughcounter pengunci kupu-kupu dan tanpa roughcounter. Dari penjabaran beberapa alternatif konsep diatas didapat kombinasi beberapa konsep perancangan yang digambarkan lewat pohon klasifikasi dan tabel kombinasi konsep pada gambar 4.7 dan tabel 4.7 commit to user IV-15 Gambar 4.7 Pohon klasifikasi untuk perancangan tongkat Sumber : Data diolah, 2010 commit to user IV-16 Gambar 4.7 Pohon klasifikasi untuk perancangan tongkat lanjutan Sumber : Data diolah, 2010 commit to user IV-17 Tabel 4.7 Kombinasi konsep desain perancangan tongkat Sumber : Data diolah, 2010 Karena pada rangka kaki model 1 tersebut mempunyai banyak kelemahan dibanding dengan rangka kaki model 2, maka desain yang menggunakan rangka kaki model 1 tersebut dihilangkan. Kelemahan desain rangka kaki model 1 adalah pada bagian alasnya hanya memiliki satu tumpuan sebagai penopang beban sehingga saat digunakan kurang mampu untuk menahan beban lansia sepenuhnya dan kurang fleksibel terhadap medan permukaan lantai. Apabila ingin menyesuaikan dengan medan permukaan lantai, maka lansia tersebut harus mengangkat tongkat tersebut berulang-ulang. Jika hal tersebut dilakukan terus-menerus maka lansia akan mengalami nyeri pada bagian pergelangan tangan. Untuk itulah sistem kenyamanan dan fleksibilitas terhadap penyesuaian medan permukaan lantai lebih dipilih yang memakai sistem balljoint sistem goyang karena selain mampu menyesuaikan dan fleksibel terhadap permukaan lantai, sistem ini juga mampu mengurangi keluhan lansia khususnya nyeri pada bagian pergelangan tangan, bila dibandingkan dengan tanpa penggunaan sistem tersebut. Setelah menghilangkan desain rangka kaki model 1 dan tanpa penggunaan sistem balljoint sistem goyang tersebut didapat kombinasi akhir dari konsep desain perancangan tongkat yang ditunjukan pada tabel 4.8. commit to user IV-18 Tabel 4.8 Kombinasi akhir konsep desain perancangan tongkat Sumber : Data diolah, 2010 4. Kombinasi Konsep Kombinasi konsep-konsep desain yang terpilih dijelaskan seperti di bawah ini : a. Konsep 1 Pada konsep 1 ini desain perancangan tongkat menggunakan rangka kaki model 2 yaitu rangka kaki yang memiliki bentuk melengkung serta memiliki empat ruas kaki sebagai penopang beban. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh lansia sepenuhnya bila dibanding dengan hanya memiliki satu ruas kaki sebagai satu tumpuan bebannya saja. Desain rangka memakai model 1 yaitu memiliki bentuk lurus memanjang mulai dari permukaan bawah sampai atas. Untuk segi kenyamanan dan fleksibilitas desain perancangan kali ini dilengkapi dengan sistem balljoint sistem goyang yang bertujuan agar bagian alas tongkat ketika digunakan mampu menyesuaikan dengan medan permukaan lantai sehingga kenyamanan penggunaannya pun dapat maksimal. Desain perancangan tongkat ini juga dilengkapi sistem pengatur ketinggian dengan penggunaan roughcounter pengunci kupu-kupu supaya tongkat tersebut dapat diatur ketinggiannya sesuai kebutuhan pengguna. Desain ini dilihat pada gambar 4.8. Model Rangka Kaki Desain Rangka Sistem Kenyamanan dan Fleksibilitas Sistem Pengatur Ketinggian Model 2 Bulljoint sistem goyang Tanpa Bulljoint Bulljoint sistem goyang Tanpa Bulljoint Desain Model 1 Desain Model 2 Roughcounter pengunci kupu-kupu Tanpa Roughcounter Roughcounter pengunci kupu-kupu Tanpa Roughcounter commit to user IV-19 Gambar 4.8 Konsep desain perancangan tongkat 1 Sumber : Data diolah, 2010 b. Konsep 2 Pada konsep 2 ini desain perancangan tongkat menggunakan rangka kaki model 2 yaitu rangka kaki yang memiliki bentuk melengkung serta memiliki empat ruas kaki sebagai penopang beban. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh lansia sepenuhnya bila dibanding dengan hanya memiliki satu ruas kaki sebagai satu tumpuan bebannya saja. Desain rangka memakai model 1 yaitu memiliki bentuk lurus memanjang mulai dari permukaan bawah sampai atas. Desain ini dilihat pada gambar 4.9. commit to user IV-20 Gambar 4.9 Konsep desain perancangan tongkat 2 Sumber : Data diolah, 2010 c. Konsep 3 Pada konsep 3 ini desain perancangan tongkat menggunakan rangka kaki model 2 yaitu rangka kaki yang memiliki bentuk melengkung serta memiliki empat ruas kaki sebagai penopang beban. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh lansia sepenuhnya bila dibanding dengan hanya memiliki satu ruas kaki sebagai satu tumpuan bebannya saja. Desain rangka memakai model 2 yaitu memiliki bentuk melengkung pada bagian permukaan atasnya. Untuk segi kenyamanan dan fleksibilitas desain perancangan kali ini dilengkapi dengan sistem balljoint sistem goyang yang bertujuan agar bagian alas tongkat ketika digunakan mampu menyesuaikan dengan medan permukaan lantai sehingga kenyamanan penggunaannya pun dapat maksimal. Desain perancangan tongkat ini juga dilengkapi sistem pengatur ketinggian dengan penggunaan roughcounter pengunci kupu-kupu supaya tongkat tersebut dapat diatur ketinggiannya sesuai kebutuhan pengguna. Desain ini dilihat pada gambar 4.10. commit to user IV-21 Gambar 4.10 Konsep desain perancangan tongkat 3 Sumber : Data diolah, 2010 d. Konsep 4 Pada konsep 4 ini desain perancangan tongkat menggunakan rangka kaki model 2 yaitu rangka kaki yang memiliki bentuk melengkung serta memiliki empat ruas kaki sebagai penopang beban. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh lansia sepenuhnya bila dibanding dengan hanya memiliki satu ruas kaki sebagai satu tumpuan bebannya saja. Desain rangka memakai model 2 yaitu memiliki bentuk melengkung pada bagian permukaan atasnya. Desain ini dilihat pada gambar 4.11. commit to user IV-22 Gambar 4.11 Konsep desain perancangan tongkat 4 Sumber : Data diolah, 2010

4.2.4 Seleksi Konsep Produk

Dokumen yang terkait

Perancangan Troli Makanan Untuk Lanjut Usia Berdasarkan Prinsip Ergonomi (Studi Kasus : UPTD Panti Wredha “DB” Surakarta)

0 3 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

2 8 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA.

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STRESS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA.

0 0 8

GAMBARAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA GAMBARAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA.

1 1 15

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 2 15

PERANCANGAN ULANG TEMPAT WUDHU UNTUK LANJUT USIA (LANSIA) (Studi kasus Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta)

0 0 118