Analisis Kadar Tembaga (Cu) Pada Air Sungai Deli di Kawasan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

(1)

ANALISIS KADAR TEMBAGA (Cu) PADA AIR SUNGAI DELI

DI KAWASAN BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM (SSA)

TUGAS AKHIR

OLEH:

DESI EKA PUTRI NST

NIM 112410030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KADAR TEMBAGA (Cu) PADA AIR SUNGAI DELI

DIKAWASAN BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM (SSA)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

Desi Eka Putri NST

NIM 112410030

Medan, Mei 2014 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Disahkan Oleh : Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Kadar Tembaga (Cu) Pada Air Sungai Deli di Kawasan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, Msi., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian sehingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.


(4)

4. Kakanda Rizki Adriani, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu dan arahan pada saat Praktek Kerja Lapangan.

5. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

6. Seluruh Staf dan Pegawai Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

7. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Mardansyah Nasution dan Ibunda Roslaini Lubis, S.Pd., serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Untuk sahabat-sahabat penulis (Hasnizar, Tri Agustina, Ervina Septa Yolanda) yang telah memberikan semangat dan dukungan.

9. Teman-teman PKL yang saling mendukung dan bahu membahu selama PKL hingga Tugas Akhir ini selesai dan teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2011 semua tanpa kecuali, adik-adik stambuk 2012 dan 2013 yang tidak disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

10. Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.


(5)

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2014 Penulis,

Desi Eka Putri NST NIM 112410030


(6)

Analisis Kadar Cu Pada Air Sungai Deli Di Kawasan Belawan

Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Abstrak

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Cu yang terkandung dalam air sungai Deli di kawasan Belawan memenuhi baku mutu atau tidak. Sampel diambil dari 2 lokasi yaitu hulu dan hilir air sungai Deli di kawasan Belawan. Analisis kadar Cu dilakukan dengan menggunakan spektofotometri serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air sungai Deli yang diperiksa mengandung kadar tembaga (Cu) di hulu A 0,0026, hulu B 0,0023 dan hilir A 0,0017, hilir B 0,0015 hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,02 mg/L.

Kata kunci: pencemaran sungai, penetapan kadar tembaga, spektrofotometri serapan atom.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat... 3

1.2.1 Tujuan... 3

1.2.2 Manfaat... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Air... 4

2.2 Pencemaran... 5

2.2.1 Pencemaran Air... 5

2.2.2 Sifat-Sifat Pencemaran Air... 6

2.3 Sungai... 6

2.3.1 Pencemaran Sungai... 7

2.3.2 Penyebab Pencemaran Air Sungai... 7

2.3.3 Dampak Pecemaran Air Sungai... 8


(8)

2.4 Tembaga (Cu)... 9

2.4.1 Sifat – Sifat Tembaga (Cu)... 9

2.4.2 Manfaat Cu Bagi Mikroelemen Tubuh... 10

2.4.3 Efek Keracunan Tembaga (Cu)... 11

2.4.4 Bentuk-bentuk Keracunan Tembaga (Cu)... 11

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)... 12

2.5.1 Instrumensasi Spektrofotometri Serapan Atom... 13

BAB III METODE PENGUJIAN... 17

3.1 Tempat... 17

3.2 Alat-alat... 17

3.3 Bahan-bahan... 17

3.4 Prosedur... 18

3.4.1 Pembuatan Pereaksi... 18

3.4.2 Pembuatan Larutan Induk... 18

3.4.3 Pembuatan Larutan Baku... 18

3.4.4 Pembuatan Larutan Kerja... 19

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi... 20

3.4.6 Persiapan Contoh Uji Tembaga Total... 20

3.4.7 Perhitungan... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 25

5.1 Kesimpulan... . 25

5.2 Saran... 25


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada air sungai... 24


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil Pengukuran SSA... 27 2. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan


(11)

Analisis Kadar Cu Pada Air Sungai Deli Di Kawasan Belawan

Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Abstrak

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Cu yang terkandung dalam air sungai Deli di kawasan Belawan memenuhi baku mutu atau tidak. Sampel diambil dari 2 lokasi yaitu hulu dan hilir air sungai Deli di kawasan Belawan. Analisis kadar Cu dilakukan dengan menggunakan spektofotometri serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air sungai Deli yang diperiksa mengandung kadar tembaga (Cu) di hulu A 0,0026, hulu B 0,0023 dan hilir A 0,0017, hilir B 0,0015 hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,02 mg/L.

Kata kunci: pencemaran sungai, penetapan kadar tembaga, spektrofotometri serapan atom.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standart tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Sesuai dengan kegunaanya air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi. Kegunaan air seperti tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional (Wardhana, 2004).

Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai lainnya. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial dijadikan untuk objek wisata sungai (Novia, 2012).

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Agus, 2012).


(13)

Sungai Deli adalah sungai tempat mengalirnya limbah-limbah cair yang berasal dari sekitar daerah Belawan. Parameter limbah cair meliputi parameter fisika (warna, rasa, bau, kejernihan), kimia (Ph, alkalinitas, logam berat), sedangkan biologi adalah ada tidaknya bahan orgnik atau organisme. Tembaga (Cu) merupakan parameter kimia yang apabila dibuang ke sungai harus memenuhi persyaratan sesuai baku mutu. Baku mutu limbah cair yang diatur dalam Menteri Lingkungan Hidup (Kementerian Lingkungan Hidup, 2006).

Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 2004).

Salah satu cara penetapan kadar tembaga dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom. Alat spektrofotometri serapan atom untuk penentuan ion-ion logam terlarut. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 mg/L), pelaksanaannya relative sederhana, dan interferensinya sedikit (Rohman, 2007).

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian pada air sungai Deli di kawasan Belawan. Sehingga penulis memilih judul tentang “Analisis Kadar Tembaga (Cu) Pada Air Sungai Deli Di Kawasan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”.


(14)

1.1Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar Tembaga (Cu) yang terkandung dalam air sungai Deli di kawasan Belawan memenuhi baku mutu atau tidak.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar Tembaga (Cu) yang terkandung dalam air sungai Deli dikawasan Belawan memenuhi baku mutu atau tidak sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaanya air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan dan air untuk sanitasi dan transportasi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat lepas dari kebutuhan akan air. Air yang terdapat di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral yang terlarut di dalamnya (Wardhana, 2004).

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam, dan jenis aktivitas manusia lainnya maka semakin meningkat pula tingkatan pencemarannya pada perairan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktifitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan termasuk baku mutu air. Baku mutu air adalah batas kadar yang di tetapkan atau yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.

Sumber air dapat dikategorikan menjadi 4 golongan yaitu :

a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.


(16)

b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan pertanian.

d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Kristanto, 2002).

2.2 Pencemaran

Berdasarkan keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988 yang dimaksud pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan komponen lain ke dalam air dan udara atau berubahnya tatanan atau komposisi air dan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara dan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkanya (Kristanto, 2002).

2.2.1 Pencemaran air

Pencemaran air adalah adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh adalah kehidupan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi logam berat, bau yang menyengat yang timbul ada pantai dan laut, sungai dan danau yang terpolusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan


(17)

yang berbeda-beda. Polutan air dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi 9 yaitu padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organik sintetik, nutrien tanaman dan minyak (Agusnar, 2007).

Beberapa bahan polutan yang terdapat pada sumber air, antara lain kuprum (Cu). Bahan itu berasal dari pelapukan pada air minum dan kontaminan alamiah dari hasil pelapukan pipa air minum dan kontaminan alamiah dari hasil pelapukan batuan yang dilewati oleh air dalam perjalanannya (Widowati, 2008).

2.2.2 Sifat – Sifat Air Tercemar

Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadinya penyimpangan batas-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan adalah nilai pH, suhu, warna/bau/rasa, jumlah padatan, nilai BOD/COD, pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, kandungan bahan radioaktif (Agusnar, 2007).

2.3 Sungai

Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai lain. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai (Novia, 2012).


(18)

2.3.1 Pencemaran Sungai

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Novia, 2012).

Pencemaran sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan basa/asam. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, detergen, PCPs (Polychlorinated Phenols) adalah salah satu contohnya. Pestisida digunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga (Agus, 2012).

2.3.2 Penyebab Pencemaran Air Sungai

1. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu: bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan-bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk penguraiannya, bahan-bahan kimia organik dari industri, bahan-bahan yang tidak sedimen dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas.

2. Penggunaan insektisida seperti DDT (Dicholoro Diphenil Trichonethan) oleh para petani untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air.


(19)

Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat menyebabkan pencemaran dan pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar oksigen terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.

3. Pembuangan sampah organik maupun yang anorganik yang dibuang kesungai terus-menerus selain mencemari air, dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir (Agus, 2012).

2.3.4 Dampak Dari Pencemaran Air Sungai

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengerusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Dampak terhadap kesehatan yaitu peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

a. Air sebagai media untuk hidup mikroba patogen b. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

c. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit (Agus, 2012). 2.3.5 Cara Pelestarian Daerah Aliran Sungai

1. Melestarikan hutan di hulu sungai 2. Tidak buang air di sungai

3. Tidak membuang sampah di sungai


(20)

2.4 Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai bobot atau berat atom 63,546. Unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar, 2004).

Tembaga selain ditemukan dalam bentuk sulfida, juga berada di alam sebagai unsur meski dalam jumlah yang sedikit. Hal ini karena kereaktifannya yang rendah. Tembaga merupakan unsur logam essensial yang dibutuhkan agar eritrosit dapat berkembang secara tepat. Tembaga mempermudah penyerapan Fe dalam sintesis hemoglobin. Karena itu kekurangan logam ini akan menyebabkan anemia (Lu, 1995).

Tembaga biasanya diperoleh dari udang, hati sapi, tiram, minyak zaitun, kacang buncis, suplemen larutan CuSO4 dalam kadar mikrogram dan air Cu

dengan kadar dalam batas 0,005 sampai 1,5 mg/L (Gabriel, 2001). 2.4.1 Sifat – Sifat Tembaga (Cu)

Secara kimia, senyawa-senyawa dibentuk oleh logam Cu (tembaga) mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Berdasarkan pada bilangan valensi yang dibawanya, logam Cu dinamakan cuppro untuk bervalensi +1 dan cuppri untuk bervalensi +2 (Palar, 2004).

Kedua jenis ion Cu tersebut dapat membentuk kompleksion-kompleksion yang sangat stabil. Sebagai contoh adalah senyawa Cu(NH3)6.Cl2. Logam Cu dan


(21)

beberapa bentuk persenyawannya, seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2 dan Cu(CN)2,

tidak dapat larut dalam air dingin atau panas, tetapi mereka dapat dilarutkan dalam asam. Logam Cu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat panas dan dalam larutan basa amonium hidroksida. Senyawa CuO dapat larut dalam ammonium klorida dan kalium sianida (Palar, 2004).

Secara fisik kuprum tidak bermagnet, termal konduktor yang tinggi, tahanan listrik yang rendah, sangat keras, diperoleh dalam 2 bentuk yaitu murni dan ikatan. Bentuk murni dalam jumlah kecil, bentuk ikatan terdapat dalam jumlah cukup besar dalam bentuk ikatan sulfida, ikatan oksida (Gabriel, 2001). 2.4.2 Manfaat Cu Sebagai Mikroelemen Tubuh

Tembaga (Cu) mempunyai sifat baik dan buruk bagi kesehatan makhluk hidup. Dalam jumlah kecil, Cu dibutuhkan untuk mepertahankan kesehatan. Namun, dalam konsentrasi yang tinggi Cu bersifat toksik dan bisa mengganggu kesehatan. Kebutuhan akan Cu adalah 0,005 mg/hari/kg berat badan. Manusia dewasa membutuhkan Cu sebesar 30 µg/kg berat badan, anak-anak membutuhkan Cu 40 µg/kg berat badan sedangkan bayi membutuhkan Cu 80 µg/kg. Konsumsi Cu yang baik untuk manusia adalah sebesar 2,5 mg/kg berat badan/hari dan 0,05 mg/kg berat badan/hari untuk anak-anak atau bayi, kadar Cu yang paling tinggi ditemukan di otak dan hati (Widowati, 2008).

Sebagai logam berat tembaga (Cu) berbeda dengan logam-logam berat lainnya Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam logam berat dipentingkan atau logam berat essensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat diperlukan oleh tubuh meskipun sedikit.


(22)

Karena itu Cu termasuk kedalam logam – logam essensial bagi manusia seperti besi (Fe) dan lain-lain (Palar, 2004).

2.4.3 Efek Keracunan Tembaga (Cu)

Unsur Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air, dan udara sehingga manusia bisa terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman dan saat bernapas. Cu merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil. Apabila jumlah Cu telah melampaui batas aman, akan muncul toksisitas. Manusia biasanya terpapar Cu melalui tanah, debu, makanan serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor pada pertambangan Cu atau industri yang menghasilkan limbah Cu (Widowati, 2008).

2.4.4 Bentuk-Bentuk Keracunan Tembaga (Cu)

Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 2004).

A.Keracunan Akut

Gejala-gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah

1. Adanya rasa logam di pernapasan penderita.

2. Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara berulang – ulang.

Pada 14 orang penderita lainnya terjadi pula diare pada hari pertama dan kedua setelah terpapar oleh CuSO4. Sementara itu pada 20 orang penderita lainnya


(23)

gejala tersebut berlanjut dengan terjadinya pendarahan pada jalur gastrointestinal. Selanjutnya melalui biopsi yang dilakukan terhadap hati beberapa orang penderita menunjukkan terjadinya centrobularnecrosis dan biliary statis (Palar, 2004). B.Keracunan Kronis

Pada manusia keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari penyakit Wilson ini adalah terjadinya kerusakan pada otak serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagiam otot tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi oleh manusia (Palar, 2004).

2.5 Spektrofotometi Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1995 oleh Walsh. Sesudah itu tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit dan sangat kelumit. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relative sederhana dan interfrensinya sedikit. Spektroskopi


(24)

serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Rohman, 2007).

2.5.1 Instrumentasi SSA : 1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berrongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung satu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon dan argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberi intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi, elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia diisikan tadi (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada terbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu


(25)

sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameles) (Rohman, 2007).

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar menjadi tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

Suhu yang dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800⁰C, gas alam-udara 1700⁰C, asetilen-udara 2200⁰C dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O)

sebesar 3000⁰C (Rohman, 2007). b. Tanpa nyala (flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala yang terlalu besar, dan proses atomosasi yang kurang sempurna. Oleh karena itu timbullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dengan tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).


(26)

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007). 5. Readout

Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Untuk keperluan analisis kuantittif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dinalisis haruslah sangat encer (Rohman, 2007).

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu : - Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai - Sampel dilarutkan dengan suatu asam

- Sampel dilarutkan dengan suatu basa atau dilebur terlebih dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.


(27)

Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilka harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kiantifikasi hasil analisis dengan metode SSA yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode analisis yang absolut. Suatu perbandingan dengan merupakan metode yang umum dalam melakukan metode analisis kuantitatif (Rohman, 2007).


(28)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisa kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Balai Riset Standardisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No.24 Medan.

3.2 Alat-alat

Alat – alat yang digunakan adalah Corong gelas, Erlenmeyer, Gelas piala, Kaca arloji, Labu semprot, Labu ukur, Lampu katoda berrongga (Hallow Cathode Lamp) tembaga, Pemanas listrik, Pipet volumetric, Kertas saring whatmann No. 42, Seperangkat alat saring vakum, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA 7000, Timbangan analitik (SNI, 2009).

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Air bebas mineral, Asam Nitrat (HNO3) pekat p.a, Gas asetilen (C2H2), Larutan Pengencer HNO3 0,05 M, Logam


(29)

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Pereaksi

- Larutan Pengncer HNO3 0,05 M

Dilarutan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam

gelas piala (SNI, 2009).

3.4.2 Pembuatan Larutan Induk Logam Tembaga 100 mg Cu/L

- Ditimbang ± 0,1000 gram logam tembaga, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml;

- Tambahkn 2 ml HNO3 pekat sampai larut;

- Ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda

tera kemudian homogenkan (SNI, 2009). 3.4.3 Pembuatan Larutan Baku

a. Pembuatan larutan baku logam Tembaga 10 mg Cu/L

- Dipipet 10 ml larutan induk 100 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml;

- Ditepatkan dengan menggunakan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2009).

b. Pembuatan larutan baku logam Tembaga 1 mg Cu/L

- Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Cu/ L, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml;

- Ditepatkan dengan menggunakan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2009 ).


(30)

3.4.4 Pembuatan Larutan Kerja

1. Pembutan laruan kerja logam tembaga 1 mg Cu/L

- Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml;

- Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tand atera dan homogenkan (SNI, 2009).

2. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,2 mg Cu/ L

- Dipipet 10 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, msukkan ke dalam labu ukur 50 ml; - Ditepatkan dengan larutan pengence sampai tnda tera dan homogenkan (SNI, 2009).

3. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,4 mg Cu/L

- Dipipet 20 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu takar 50 ml; - Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

4. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,6 mg Cu/L

- Dipipet 30 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu takar 50 ml;

- Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2009).

5. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,8 mg Cu/L

- Dipipet 40 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu takar 50 ml;


(31)

(SNI, 2009).

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut :

- Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengukuran tembaga

- Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA – nyala kemudian atur serapan hingga nol;

- Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA – nyala, lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 324,7 nm, kemudian catat;

- Lakukan pembilasan pada selang spirator dengan larutan pengencer; - Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garis lurusnya (SNI,2009). 3.4.6 Persiapan contoh uji Tembaga Total

- Homogenkan contoh uji, pipet 50 ml contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala 100 ml atau erlenmeyer 100 ml;

- Tambahkan 5 ml HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup; - Panaskan perlahan – lahan sampai sisa volumenya 15 ml sampai dengan

20 ml;

- Bila destruksi belum sempurna (belum jernih), maka tambahkan lagi 5 ml; HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup erlenmeyer dengan menggunakan corong dan panaskan (tidak mendidih); - Lakukan proses ini secara berulang – ulang sampai semua logam larut; - Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasan;


(32)

- Pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml (saring bila perlu) dan tambahkan air kemudian dihomogenkan;

- Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 324,7 nm;

- Bola diperlukan, lakukan pengenceran (SNI, 2009). 3.4.7 Perhitungan

1. Pembuatan larutan induk 100 ppm Berat Cu = Ar Cu

Ar Cu x 100 mg/L

= 63,546

63,546 x 100 mg/1000 ml

= 100 mg/1000ml = 0,1 g/1000ml

2. Pembuatan larutan baku - 10 ppm dari 100 ppm V1N1 = V2N2

V1 . 100 = 100 . 10

V1 = 10 ml

3. Pembuatan larutan kerja - 1 ppm dari 10 ppm

V1N1 = V2N2

V1 . 10 = 250 . 1


(33)

- 0,2 ppm dari 1 ppm V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,2

V1 = 10 ml

- 0,4 ppm dari 1 ppm V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,4

V1 = 20 ml

- 0,6 ppm dari 1 ppm V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,6

V1 = 30 ml

- 0,8 ppm dari 1 ppm V1N1 = V2N2

V1 . 1= 50 . 0,8


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air sungai Deli di kawasan Belawan adalah air sungai yang berada di kawasan industri. Masyarakat sekitar masih ada yang menggunakan air untuk digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan.

Sampel (contoh uji) air sungai Deli diambil secara acak yaitu bagian hulu dan hilir. Hulu adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke depan dari pabrik industri dan hilir adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke belakang dari pabrik industri. Pengambilan sampel dilakukan dengan botol plastik biasa berkapasitas 1,5 L yang diambil dipermukaan air secara langsung.

Penentapan tembaga dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA). Hasil pemeriksaan air sungai dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada tanggal 26 Februari 2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:


(35)

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada sampel air sungai Deli di kawasan Belawan

NO Sampel Absorbansi Konsentrasi Keterangan

1 Hulu A 0,0026 0,0080 Memenuhi baku mutu Hulu B 0,0026 0,0061 Memenuhi baku mutu 2 Hilir A 0,0017 0,0120 Memenuhi baku mutu Hilir B 0,0015 0,0106 Memenuhi baku mutu

Kadar Cu (tembaga) yang diperoleh pada hulu A 0,0026, hulu B 0,0023 dan hilir A 0,0017, hilir B 0,0015 memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada PP RI No. 82 tahun 2001 yaitu 0,02 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air sungai Deli tidak berbahaya untuk lingkungan sekitar.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar Tembaga (Cu) pada hulu dan hilir sungai memenuhi baku mutu.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur pengujian agar tidak terjadi kesalahan, dan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dari laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan sebaiknya perlu ditambahkan alat-alat yang hasil analisanya lebih baik.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: USU Press. Hal. 10-12.

Agus, D. (2012). Sungai.

sungai-pengertian-penyebab.html. Tgl: 2 april 2014.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 174-178. Kementerian Lingkungan Hidup. (2006). Himpunan Peaturan

Perundang-undangan di Budang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bogor: PT Restorasi Ekosistem Indonesia. Hal. 726.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Hal. 71-73.

Lu, F.c. (1995). Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 367. Novia, S. (2012). Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan

CaraMengatasinya).

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta. Hal. 61-63.

Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298 – 312.

SNI. (2009). Cara Uji Limbah (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta: BSN. Hal. 2-4.

Wardhana,W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 71-74.


(38)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

KIMIA ANORGANIK

ph 6-9 6-9 6-9 5-9

Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan

berdasarkan kondisi alamiah

BOD 2 3 6 12 COD 10 25 50 100

DO 6 4 3 0 Angka batas minimum Total

Fosfat sbg P

0,2 0,2 1 5

NO 3 sebagai N

10 10 20 20

NH3-N 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan,

kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka < 0,02 mg/L sebagai NH3 Tembaga 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Cu < 1 mg/L

Besi 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara koncensional, Fe < 5 mg/L

Timbal 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Pb < 0,1 mg/L

Seng 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara


(39)

mg/L MIKROBIOLOGI

Fecal coliform

100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform < 2000 jml/ 100 ml dan total coliform < 10000 jml/100ml

RADIOAKTIVITAS

Gross - A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1 Gross - B bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

Lemak

1000 1000 1000 (-) Detergen

sebagai MBAS

200 200 200 (-) Senyawa Fenol 1 1 1 (-)

BHC 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin 17 (-) (-) (-) Chlordane 3 (-) (-) (-)

DDT 2 2 2 2

Heptachlor dan Heptachlor epoxide

18 (-) (-) (-)

Lindane 56 (-) (-) (-) Methoxyctor 35 (-) (-) (-)

Endrin 1 4 4 (-)


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air sungai Deli di kawasan Belawan adalah air sungai yang berada di kawasan industri. Masyarakat sekitar masih ada yang menggunakan air untuk digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan.

Sampel (contoh uji) air sungai Deli diambil secara acak yaitu bagian hulu dan hilir. Hulu adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke depan dari pabrik industri dan hilir adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke belakang dari pabrik industri. Pengambilan sampel dilakukan dengan botol plastik biasa berkapasitas 1,5 L yang diambil dipermukaan air secara langsung.

Penentapan tembaga dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA). Hasil pemeriksaan air sungai dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada tanggal 26 Februari 2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:


(2)

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada sampel air sungai Deli di kawasan Belawan

NO Sampel Absorbansi Konsentrasi Keterangan

1 Hulu A 0,0026 0,0080 Memenuhi baku mutu Hulu B 0,0026 0,0061 Memenuhi baku mutu 2 Hilir A 0,0017 0,0120 Memenuhi baku mutu Hilir B 0,0015 0,0106 Memenuhi baku mutu

Kadar Cu (tembaga) yang diperoleh pada hulu A 0,0026, hulu B 0,0023 dan hilir A 0,0017, hilir B 0,0015 memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada PP RI No. 82 tahun 2001 yaitu 0,02 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air sungai Deli tidak berbahaya untuk lingkungan sekitar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar Tembaga (Cu) pada hulu dan hilir sungai memenuhi baku mutu.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur pengujian agar tidak terjadi kesalahan, dan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dari laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan sebaiknya perlu ditambahkan alat-alat yang hasil analisanya lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: USU Press. Hal. 10-12.

Agus, D. (2012). Sungai. sungai-pengertian-penyebab.html. Tgl: 2 april 2014.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 174-178. Kementerian Lingkungan Hidup. (2006). Himpunan Peaturan

Perundang-undangan di Budang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bogor: PT Restorasi Ekosistem Indonesia. Hal. 726.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Hal. 71-73.

Lu, F.c. (1995). Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 367. Novia, S. (2012). Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan

CaraMengatasinya).

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta. Hal. 61-63.

Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298 – 312.

SNI. (2009). Cara Uji Limbah (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta: BSN. Hal. 2-4.

Wardhana,W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 71-74.


(5)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

KIMIA ANORGANIK

ph 6-9 6-9 6-9 5-9

Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan

berdasarkan kondisi alamiah

BOD 2 3 6 12

COD 10 25 50 100

DO 6 4 3 0 Angka batas minimum Total

Fosfat sbg P

0,2 0,2 1 5

NO 3 sebagai N

10 10 20 20

NH3-N 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan,

kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka < 0,02 mg/L sebagai NH3 Tembaga 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Cu < 1 mg/L

Besi 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara koncensional, Fe < 5 mg/L

Timbal 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Pb < 0,1 mg/L

Seng 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara


(6)

mg/L

MIKROBIOLOGI Fecal

coliform

100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform < 2000 jml/ 100 ml dan total coliform < 10000 jml/100ml

RADIOAKTIVITAS

Gross - A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross - B bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

Lemak

1000 1000 1000 (-)

Detergen sebagai MBAS

200 200 200 (-)

Senyawa Fenol 1 1 1 (-)

BHC 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin 17 (-) (-) (-)

Chlordane 3 (-) (-) (-)

DDT 2 2 2 2

Heptachlor dan Heptachlor epoxide

18 (-) (-) (-)

Lindane 56 (-) (-) (-)

Methoxyctor 35 (-) (-) (-)

Endrin 1 4 4 (-)