Model Pembelajaran Index Card Match

19 affords elaborate student interactions. That richness makes cooperative learning a complex construct to study. Given its complexity, researchers have attempted to specify its methods and to control its implementation . Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pendidikan yang dapat membangun berbagai interaksi siswa. Dimana dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Meskipun demikian, pembelajaran kooperatif tergolong rumit untuk belajar karena terdiri dari berbagai macam metode. Karena kerumitannya, peneliti telah berusaha untuk mengkhususkan metodenya dan mengimplementasikannya. Pembelajaran kooperatif dianggap dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk bekerjasama satu sama lain. Lingkungan belajar yang tercipta berpusat pada siswa, sehingga dapat meningkatkan interaksi siswa di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran index card match yang menerapkan unsur permainan berkelompok dalam proses pembelajaran. Siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas yang diberikan guru dalam bentuk permainan yang mengandung unsur kompetisi. Hal ini dapat memicu rasa kebersamaan dalam diri siswa.

2.1.2.4 Model Pembelajaran Index Card Match

Menurut Silbermen 2009: 240, model index card match dikenal juga dengan istilah “mencari pasangan kartu”. Model pembelajaran ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam model pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Tentu saja 20 penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada siswa agar model ini menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model ini yaitu sebagai berikut: 1 Guru mempersiapkan potongan-potongan kertas yang akan dibuat sebagai kartu index sebanyak separuh siswa dalam kelas yang akan diajar. 2 Potongan-potongan kertas tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama. 3 Pada separuh bagian ditulis pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4 Pada separuh bagian yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. 5 Kemudian potongan-potongan tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga soal dan jawaban tercampur. 6 Kertas-kertas tersebut kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa mendapatkan satu kertas. Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari temannya yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula sebaliknya. 7 Setelah menemukan pasangannya, siswa disuruh untuk duduk sesuai dengan pasangan yang diperolehnya. Pasangan satu dengan yang lain disuruh untuk tidak memberitahukan materi yang diperolehnya. 8 Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan disuruh untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara bergantian agar didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya membacakan jawabannya, juga dengan suara 21 keras. 9 Setelah semua pasangan telah membaca soal dan jawaban yang diperoleh, kemudian guru membuat klarifikasi. Bersama-sama siswa, guru membuat simpulan hasil belajar yang telah dilakukan. Model ini cukup menarik untuk diterapkan, selain ada unsur permainan, juga kebersamaan dan membangun keakraban di antara siswa. Model ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan guru. Siswa yang belum begitu menguasai materi yang telah diajarkan tentunya akan mengalami kesulitan dalam mencari pasangannya. Penggunaan model index card match tentunya juga memerlukan manajemen waktu yang tepat khususnya saat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak yakni lebih dari 40 anak. Guru juga harus siap dengan soal yang bervariatif. Pembacaan soal dan jawaban yang dilakukan oleh tiap-tiap pasangan dengan jumlah siswa yang banyak akan memakan waktu, di samping itu berpotensi mengakibatkan kebosanan pada siswa. Model ini terkendala dilakukan, jika jumlah siswa tidak genap. Namun demikian, dengan memodifikasi dan menyesuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang ada, model ini tetap menarik untuk dicoba. Guru dapat memodifikasi banyaknya macam kartu. Kartu tidak hanya dapat berisi pertanyaan maupun jawaban. Namun, juga dapat berupa gambar ataupun skema yang masih acak. 2.1.3 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 2.1.3.1 Hakikat IPS