4.2 Demografi
Sebelum pemekaran, penduduk Papua berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 2.233.530 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak
553.199. Diantara 553.199 rumah tangga tersebut sebanyak 35.656 atau 6,45 adalah rumah tangga atau keluarga nelayan yang bermukim di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil. Mansoben 2003 menjelaskan, sebagian besar keluarga- keluarga nelayan di Papua adalah keluarga sederhana bahkan dapat disebut
sebagai masyarakat tradisionil yang memanfaatkan sumberdaya ikan secara subsisten.
Sebagai masyarakat tradisionil, masyarakat Papua memiliki norma-norma atau nilai-nilai tertentu yang berfungsi sebagai pengendali sosial dalam
berinteraksi dengan ekosistem. Norma-norma tersebut sering disebut sebagai kearifan budaya lokal yang berfungsi untuk menetapkan apa yang baik dan apa
yang tidak baik untuk dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada. Disamping itu, masyarakat nelayan Papua memiliki
pranata-pranata sosial yang mereka bentuk sendiri untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya alam agar terjaga dan terlindungi kelangsungannya, seperti
larangan untuk mengambil hasil laut di suatu tempat pada waktu tertentu. Larangan tersebut bermaksud memberikan kesempatan kepada spesies dan
biota tertentu untuk berkembang sehingga akan memberikan hasil yang banyak dan berkualitas baik. Sistem ini dikenal luas di berbagai tempat oleh masyarakat
nelayan Papua seperti di daerah Biak, Teluk Cendrawasih dan Raja Ampat yang dikenal dengan sistem “Sasi”. Dengan Sasi, pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang ada dalam wilayah perairan laut dibawah kekuasaan suatu kelompok masyarakat community akan terlindungi serta pendistribusian
hasil yang merata bagi kelompok masyarakat nelayan, sehingga sumberdaya ikan dapat mereka nikmati secara berkelanjutan.
4.3 Laut Arafura
Perairan Laut Arafura terletak di timur Indonesia, di selatan Papua atau sebelah utara dan timur berbatasan langsung dengan pantai barat Papua, pada
koordinat 130
o
BT arah ke Timur. Di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor : 995KptsIK.210999, tahun 1999, disebutkan bahwa Laut Arafura
adalah Wilayah Pengelolaan Perikanan VI.
Perairan Laut Arafura merupakan bagian paparan sahul dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Papua dan Maluku serta termasuk wilayah Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia ZEEI yang berhubungan dengan Laut Timor dan Laut Banda. Luas daerah perairan Laut Arafura sekitar 150.000 km
2
dengan daerah penangkapan udang secara intensif seluas 73.500 km
2
. Perairan ini memiliki kedalaman berkisar antara 5-60 m atau rata-rata 30 m. Hampir 70 dari luas
wilayah perairan Laut Arafura memiliki lapisan tebal berupa lumpur dan sedikit pasir Sadhotomo et al , 2003. Laut Arafura Wilayah Pengelolaan Perikanan
VI disajikan pada Gambar 10.
Sumber: Departemen Pertanian 1999 Gambar 10. Laut Arafura Wilayah Pengelolaan Perikanan VI
4.4 Kondisi Perikanan Pukat Udang di Laut Arafura 4.4.1 Daerah dan musim penangkapan
Perairan Arafura memiliki daerah penangkapan udang secara komersial dan intensif seluas 73.500 km
2
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua 2003. Kegiatan penangkapan udang dilakukan terutama pada kedalaman antara
10-50 m, dengan kedalaman perairan seperti itu dikategorikan perairan nusantara atau wilayah laut sampai 12 mil dari daratan terluar.
Daerah penagkapan ikan yang menggunakan pukat udang telah diatur dalam Keputusan Presiden No. 85, Tahun 1985 tentang penggunaan pukat
udang. Keputusan Presiden tersebut membatasi penggunaan pukat udang hanya di perairan Kepulauan Kei, Tanimbar, Aru, Irian Jaya dan Laut Arafura, kecuali di
perairan pantai dari masing-masing kepulauan tersebut dibatasi oleh isobath sepuluh 10 meter.
Secara umum armada pukat udang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan Laut Arafura, konsentrasi wilayah penangkapan dapat dibagi dalam tiga
sub wilayah yaitu : 1
Sub Wilayah Kepala Burung I dan II, dengan luas perairan 15.000 km
2
mencakup Tanjung Sele, Teluk Bintuni, perairan Fak-fak, Kepulauan Adi dan Kaimana. Jenis dasar perairan di Tanjung Sele berupa lumpur.
Kedalaman berkisar 5-21 meter, SPL antara 29-30 C
o
, salinitas 25-28 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah P.
semisulcatus, udang putih P. marguensis, udang dogol Metapaneus monoceros . Adapun di Teluk Bintuni dengan jenis dasar berupa lumpur
tebal, karena banyak menerima aliran air sungai. Kedalaman berkisar antara 15-52 meter, SPL antara 30-31 C
o
, salinitas 25-28 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah P. semisulcatus dan
udang putih P. marguensis. 2
Sub Wilayah Aru dan sekitarnya III dengan luas perairan 13.000 km
2
mencakup perairan sebelah timur, barat dan utara kepulauan Aru. Di Pulau Wakam dengan dasar laut berupa lumpur berpasir dan kedalaman berkisar
antara 12 meter sampai 25 meter, dengan suhu permukaan laut SPL antara 28-30 C
o
dan salinitas 30-32 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah P. semisulcatus, udang putih P.
marguensis, udang dogol Metapaneus monoceros. Di Pulau Kobroor dengan jenis dasar berupa lumpur campur pasir, kedalaman berkisar
antara 10-25 meter, SPL antara 28-30 C
o
dan salinitas 30-32 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah P. semisulcatus.
3 Sub Wilayah Dolak dan sekitarnya IV dengan luas perairan 45.000 km
2
mencakup perairan Kokonao, Aika, Mimika, Muara Sungai Uta, Aidma dan Digul. Di Pulau Dolak dengan jenis dasar berupa lumpur berpasir dengan
kedalaman 18-23 meter, SPL antara 29-30 C
o
, salinitas 25-28 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah udang putih
Panaeus merguensis. Jenis dasar berupa lumpur dapat dijumpai di wilayah Mimika, kedalaman berkisar antara 8-15 meter, SPL antara 29-30
C
o
, salinitas 29-30 ppm. Jenis udang yang sering tertangkap dalam jumlah besar adalah P. semisulcatus dan udang putih P. marguensis.
Konsentrasi daerah penangkapan armada pukat udang tersebut di atas umumnya dilakukan di daerah perairan pesisir yang relatif dangkal dan landai,
karena kondisi perairan yang landai maka luas daerah penangkapan armada pukat udang meliputi area perairan yang luas. Kondisi perairan pesisir yang
relatif dangkal dengan dasar lumpur berpasir serta kondisi ekosistem mangrove yang banyak terdapat di daerah pesisir menyebabkan perairan ini merupakan
wilayah yang cocok sebagai daerah penyebaran udang. Gambar 11 di bawah ini adalah daerah penangkapan udang di Laut Arafura.
Sumber: DKP 2006
Gambar 11. Daerah penangkapan udang 4.4.2 Sumberdaya ikan
Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke, 2004, potensi sumberdaya ikan dan udang di
Laut Arafura berdasarkan hasil survei dalam penelitian tahun 2003 didapatkan sebesar 1.439,8 ribu tontahun yang tersebar di zona teritorial sebesar 801.3
ribu ton dan Zona Ekonomi Ekslusif ZEE sebesar 638,5. ribu ton. Hal ini berarti pemanfaatan ikan dan udang di wilayah perairan Papua relatif seimbang antara
perairan teritorial dan ZEE. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan ZEE sebesar 44.35 dari total potensi sumberdaya ikan di Laut
Arafura. Data potensi ikan di Laut Arafura disajikan pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Potensi sumberdaya ikan di Laut Arafura
No KELOMPOK SDI
Total Ribuan Ton
Laut Arafura Ribuan Ton
Potensi JTB
Potensi JTB
1 Pelagis Besar
1.053,5 842,8
50,9 40,7
- Tuna
22,3 179
9 7,2
- Cakalang
392,5 314
18,5 14
- Paruh Panjang
51,7 41,3
3,4 2,7
- Tongkol
235,1 188,1
15,4 12,3
- Tenggiri
150,5 120,4
5,6 4,5
2 Pelagis Kecil
3.235,8 2.588,7
468,7 375
3 Demersal
1.786,4 1.429,1
246,8 197,4
4 Udang
78,6 62,7
21,5 17,2
- Udang Peneid
73,8 58,9
21,4 17,1
- Udang Karang
4,8 3,8
0,1 0,1
5 Cumi-Cumi
28,3 22,7
3,4 2,7
6 Ikan Karang
76 60,7
0,8 0,6
7 Ikan Hias Juta Ekor
1518 1.214,5
9,2 7,4
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke 2004
Tabel 7. Potensi sumberdaya ikan di Laut Arafura ZEEI
No KELOMPOK SDI
TOTAL Ribuan Ton
Laut Arafura Ribuan Ton
Potensi JTB
Potensi JTB
1 Pelagis Besar
463,5 370,3
16,8 13,4
- Tuna
118,7 95
- Cakalang
154,7 123,8
- Paruh Panjang
22,7 123,8
- Tongkol
59,5 18,2
12,3 -
Tenggiri 35,9
47,6 4,5
2 Pelagis Kecil
978,9 783
375 300
3 Demersal
458,4 366,8
222,1 178
4 Udang Peneid
25,7 20,6
21,5 17,2
5 Cumi-Cumi
4,8 3,8
3,1 2,5
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke 2004 4.4.3 Alat tangkap, armada dan perusahaan penangkapan
1 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan udang di Laut Arafura adalah pukat udang shrimp trawl. Tipe maupun ukuran pukat
udang tidak terlalu variatif, ini dapat dilihat dari alat tangkap pukat udang yang digunakan di Kabupaten Merauke yang merupakan fishing base
utama di Laut Arafura. Perkembangan pukat udang di Laut Arafura sejak tahun 2001 sampai 2005 dan keragaan alat tangkap tersebut disajikan
pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Perkembangan pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura Alat
Tangkap T a h u n
Rataan Perkembangan
2001 2002
2003 2004
2005 2000 – 2005
Pukat Udang
200 397
399 401
427 45,4
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, DKP 2005
Tabel 9. Keragaan unit penangkapan udang di Laut Arafura No.
Nama dan Spesifikasi Kapal
Keterangan Alat Tipe Alat
1. KM. Merawal II
GT : 229 L : 35,14 m
B : 6,60 m ME : Yanmar 900 PK
Head Rope : 23,04 m Ø 12 mm
Ground Rope : 28,6 m Ø 27 mm
Code end MS : 4,5 cm Pukat Udang
Ganda
2. KM. Nusantara Guna I
GT : 171 L : 26,4 m
B : 6,8 m D : 3 m
ME : Yanmar 600 PK Head Rope : 23,04 m
Ø 12 mm Ground Rope : 28,6 m
Ø 27 mm Code end MS : 4,5 cm
Pukat Udang Ganda
3. KM. Napier Pearl
GT : 166 L : 21,84 m
B : 7,42 m D : 3,92 m
ME : Caterpillar 900 PK Head Rope : 23,04 m
Ø 12 mm Ground Rope : 28,6 m
Ø 27 mm Code end MS : 4,5 cm
Pukat Udang Ganda
4. KM. Nusantara Guna II
GT : 171 L : 29 M
B : 7 m D : 3,2 m
ME : Yanmar 600 PK Head Rope : 23,04 m
Ø 12 mm Ground Rope : 28,6 m
Ø 27 mm Code end MS : 4,5 cm
Pukat Udang Ganda
Sumber: Purbayanto et al 2004
2 Armada
Berdasarkan surat izin usaha perikanan SIUP dan surat izin penangkapan ikan SIPI yang di terbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
DKP, sampai dengan Desember 2004 jumlah armada pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura sebanyak 336 unit. Ukuran armada pukat udang
yang melakukan operasi penangkapan ikan di Laut Arafura bervariasi dari ukuran 30 GT sampai dengan
300 GT. Komposisi ukuran armada pukat udang yang mendapat izin beroperasi di Laut Arafura, Provinsi Papua
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kapal penangkapan ikan dan udang yang mendapat izin
beroperasi di Laut Arafura, Provinsi Papua
Gross Tonage Kapal Jumlah Kapal
Unit Jumlah
Gross Tonage
100 130
11.056 101-200
174 25.487
200 34
10.363 Total
338 46.906
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, DKP 2004
3 Perusahaan penangkapan
Berdasarkan data tahun 2004, jumlah perusahaan penangkap udang yang
mendapat izin beroperasi di Laut arafura sebanyak 24 perusahaan, Tabel 11. adalah rincian perkembangan perusahaan penangkapan udang yang
beroperasi di Laut Arafura.
Tabel 11. Perusahaan penangkapan udang yang mendapat izin
beroperasi di Laut Arafura, Provinsi Papua
Perusahaan T a h u n
Rataan Pekembangan
2002 2003
2004
- Anggota HPPI
12 12
12 -
Non HPPI 9
11 12
1 Jumlah
21 23
24 1
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, DKP 2004
4.4.4 Operasi penangkapan
Data operasi penangkapan diperoleh berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan oleh tim observasi studi pemanfaatan ikan hasil tangkapan
sampingan kerjasama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua, PT. Sucofindo dan Departemen PSP-IPB, tahun 2004 di Laut Arafura, sekitar
Perairan Dolak, Kepulauan Aru dan Perairan Avona pada bulan Agustus 2004 sampai dengan November 2004, pada umumnya kapal pukat udang yang
beroperasi di Laut Arafura setiap hari dapat melakukan hauling sebanyak 7 sampai 9 kali, lama di laut rata-rata 30 sampai 40 hari efektif dalam 1 trip, dan
selama 1 tahun diasumsikan tiap kapal rata-rata 9 kali trip, sehingga jumlah hari beroperasi di laut dalam setahun rata-rata 280 hari.
4.4.5 Potensi ikan hasil tangkapan sampingan
Mengacu pada hasil survei lapang yang dilakukan oleh tim observasi studi pemanfaatan ikan hasil tangkapan sampingan kerjasama Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Papua, PT. Sucofindo dan Departemen PSP-IPB, tahun 2004, estimasi potensi ikan hasil tangkapan sampingan di Laut Arafura sebesar
332.186 ton per tahun. Data tersebut diperoleh melalui survei di perairan sekitar Perairan Dolak, Kepulauan Aru dan Perairan Avona pada bulan Agustus 2004
sampai dengan November 2004. Estimasi potensi ikan hasil tangkapan
sampingan pukat udang di Laut Arafura disajikan pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12.
Estimasi potensi ikan hasil tangkapan sampingan pukat udang di Laut Arafura
Lokasi Fishing Ground Rataan HTS
tonhauling tonhari
tontrip
Sekitar P. Dolak 1.03
7.21 216.30
0.93 6.50
195.09 Sekitar Kep. Aru
0.37 2.57
77.07 Perairan Avona
0.04 0.31
9.24 0.23
1.61 48.30
Rataan 0.52
3.64 109.20