4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Secara geografis, Provinsi Papua berada pada koordinat 2 25’ LU – 9
00’ LS dan130
– 140 BT, merupakan wilayah paling timur Indonesia dengan batas
administrasi wilayah, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara, sebelah timur berbatasan langsung dengan negara Papua New
Guinea, sebelah utara berbatasan dengan Samudra Pasifik dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura dan Australia. Sebelum pemekaran, Provinsi
Papua terdiri dari 13 kabupaten dan kotamadya, dan 4 kabupaten berhadapan langsung dengan Laut Arafura yaitu Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Fak-fak dan Kabupaten Sorong. Provinsi Papua mempunyai luas daratan 497.111 km
2
atau 22 dari luas wilayah Indonesia dengan panjang pantai 2.000 mil laut. Mengacu pada Undang-undang Otonomi Daerah Nomor
21, tahun 1999, maka luas perairan teritorial mencapai 228.000 km
2
. Berdasarkan UU-451999, UU-262002 dan Inpres No.1, tahun 2003, saat
ini Papua telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Irianjaya Barat. Provinsi Papua terdiri dari 20 kabupaten dan kota, sementara itu Provinsi
Irianjaya Barat terdiri dari 9 kabupaten dan kota. Peta Provinsi Papua disajikan
pada Gambar 9.
Sumber: Suhardiman, 2005
Gambar 9. Peta Provinsi Papua
PROVI N SI PAPUA
4.2 Demografi
Sebelum pemekaran, penduduk Papua berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 2.233.530 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak
553.199. Diantara 553.199 rumah tangga tersebut sebanyak 35.656 atau 6,45 adalah rumah tangga atau keluarga nelayan yang bermukim di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil. Mansoben 2003 menjelaskan, sebagian besar keluarga- keluarga nelayan di Papua adalah keluarga sederhana bahkan dapat disebut
sebagai masyarakat tradisionil yang memanfaatkan sumberdaya ikan secara subsisten.
Sebagai masyarakat tradisionil, masyarakat Papua memiliki norma-norma atau nilai-nilai tertentu yang berfungsi sebagai pengendali sosial dalam
berinteraksi dengan ekosistem. Norma-norma tersebut sering disebut sebagai kearifan budaya lokal yang berfungsi untuk menetapkan apa yang baik dan apa
yang tidak baik untuk dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada. Disamping itu, masyarakat nelayan Papua memiliki
pranata-pranata sosial yang mereka bentuk sendiri untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya alam agar terjaga dan terlindungi kelangsungannya, seperti
larangan untuk mengambil hasil laut di suatu tempat pada waktu tertentu. Larangan tersebut bermaksud memberikan kesempatan kepada spesies dan
biota tertentu untuk berkembang sehingga akan memberikan hasil yang banyak dan berkualitas baik. Sistem ini dikenal luas di berbagai tempat oleh masyarakat
nelayan Papua seperti di daerah Biak, Teluk Cendrawasih dan Raja Ampat yang dikenal dengan sistem “Sasi”. Dengan Sasi, pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang ada dalam wilayah perairan laut dibawah kekuasaan suatu kelompok masyarakat community akan terlindungi serta pendistribusian
hasil yang merata bagi kelompok masyarakat nelayan, sehingga sumberdaya ikan dapat mereka nikmati secara berkelanjutan.
4.3 Laut Arafura