Pihak-Pihak Dalam Sengketa Tata Usaha Negara

2.2.4 Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara

Kompetensi menurut kamus Besar Bahasa Indonesa adalah kewenangan kekuasaan untuk menentukan memustuskan sesuatu. 34 Kompetensi dari suatu pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku 35 .

1. Kompetensi Relatif

Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas daerah hukum yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan dinyatakan berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak sedang bersengketa PenggugatTergugat berkediaman di salah satu daerah hukum yang menjadi wilayah hukum pengadilan itu. 36 Untuk Pengadilan Tata Usaha Negara, kompetensi relatifnya diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan TUN sebagaiamana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 yang menyatakan: 1 Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota KabupatenKota dan daerah hukumnya meliputi wilayah KabupatenKota. 2 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.Adapun kompetensi yang 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, 1994, Balai Pustaka: Jakarta, hlm. 516 35 Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, 2001, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, hlm. 29 36 Syamsir Syamsu, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, 2011, Bandar Lampung: Universitas Lampung, hlm. 25 berkaitan dengan tempat kedudukan atau tempat kediaman para pihak yang bersengketa yaitu Penggugat dan Tergugat yang diatur tersendiri dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 yang menyatakan: 1 Tempat kedudukan Tergugat; 2 Tempat kedudukan salah satu Tergugat 3 Tempat kediaman Penggugat diteruskan ke Pengadilan tempat kedudukan Tergugat; 4 Tempat kediaman Penggugat, dalam keadaan tertentu berdasarkan Peraturan Pemerintah 5 PTUN Jakarta, apabila tempat kediaman Penggugat dan tempat kedudukan Tergugat berada di luar negeri; 6 Tempat kedudukan Tergugat, bila tempat kediaman Penggugat di luar negeri dan tempat kedudukan Tergugat di dalam negeri.

2. Kompetensi Absolut

Kompetensi absolut adalah menyangkut kewenangan badan peradilan apa untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara. Kompetensi absolut dari peradilan tata usaha negara adalah untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara akibat dikeluarkanya suatu keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian Pasal 1 angka 4 UU PTUN dan tidak dikeluarkannya suatu keputusan yang dimohonkan seseorang sampai batas waktu yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang- undangan, sedangkan hal itu telah merupakan kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan Pasal 3 UU PTUN. 37 37 Zairin Harahap, Op. Cit., hlm 32-33

2.2.5 Hukum Pembuktian

Yang dimaksud dengan hukum pembuktian adalah hukum yang mengatur tentang tata cara untuk menetapkan terbuktinya fakta yang menjadi dasar dari pertimbangan dalam menjatuhkan suatu putusan. Fakta tersebut dapat terdiri dari fakta berikut: 3. Fakta hukum, yaitu kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang eksistensinya keberadaanya tergantung dari penerapan suatu peraturan perundang-undangan. 4. Fakta biasa, yaitu kejadian-kejadian atau kaedah-kaedah yang juga ikut menentukan adanya fakta hukum tertentu. Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menentukan bahwa kejadian yang telah diketahui umum, tidak perlu dibuktikan. Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa fakta yang telah diketahui oleh umum, jika dijadikan dasar pertimbangan dari Hakim dalam menjatuhkan putusannya, fakta yang dimaksud tidak perlu dibuktikan. Di samping fakta yang telah diketahui umum, oleh Indroharto disebutkan adanya fakta yang juga dapat menjadi dasar pertimbangan dari Hakim dalam menjadtuhkan putusannya yang tidak perlu dibuktikan, yaitu: a. Hal-hal yang menurut pengalaman umum selalu terjadi, b. Fakta-fakta prosesual yang terjadi selama pemeriksaan, dan c. Eksistensi hukum.