Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh r
11
= 0,7887 dan r tabel = 0,396. Karena r
11
≥ r tabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
3.5.3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan
indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah
jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80.
Rumus mencari P adalah: P =
0,0 sukar
1,0 mudah
B JS
Di mana: P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Analisis tingkat kesukaran instrument uji coba dilakukan untuk mengetahui keseimbangan perangkat tes yang disusun. Dari analisis data uji coba
soal diperoleh hasil sebagai berikut: Table 3.4 Rekap Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
No. Kriteria
Butir soal Jumlah
1. Sukar
17, 21 2
2. Sedang
4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20,
22, 23, 24, 25, 26, 29, 30
20
3. Mudah
1, 2, 3, 6, 8, 16, 27, 28 8
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan p 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah Arikunto, 2006
-1,00 daya pembeda
negatif 0,00
daya pembeda rendah
1,00 daya pembeda
tinggi positif
3.5.4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:
Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas upper group dan kelompok bodoh atau kelompok
bawah lower group. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah,
tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar
atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
B
A
J
A
B
B
J
B
Rumus mencari D adalah:
D = = P
A
- P
B
Di mana: J
= jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
=banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P sebagai indeks kesukaran
P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto, 2006
Analisis daya pembeda instrumen uji coba dilakukan untuk mengetahui bahwa butir soal memiliki daya pembeda jelek, cukup, dan baik. Dari perhitungan yang
dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.5 Rekap Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba
No. Kriteria
Butir soal Jumlah
1. Jelek
11, 13, 17 3
2. Cukup
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 19, 20, 22,
23, 25, 26, 28, 29 19
3. Baik
8, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 30
8
3.6 Analisis Data