Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP adalah salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi untuk keperluan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjuang budaya, budidaya tumbuhan danatau satwa, pariwisata dan rekreasi. Luas kawasan TNGP adalah 15.196 Ha dan sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 174Kpts- II2003 tanggal 10 Juni 2003, kawasan TNGP mengalami perluasan dari perum Perhutani menjadi 21.975 Ha. Topografi kawasan TNGP bervariasi mulai dari landai hingga bergunung, dengan kisaran ketinggian antara 700 mdpl dan 3000 mdpl. Kawasan TNGP termasuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3000-4000 mm per tahun. Kawasan ini bersuhu udara 10 o C pada siang hari dan 5 o C pada malam hari dengan kelembaban udara rata-rata 80-90. Pengambilan data di dalam wilayah TNGP dilakukan di dua lokasi yaitu Curug Cibeureum dan Ciwalen. Deskripsi mengenai kondisi habitat di masing- masing lokasi merupakan hasil pengamatan langsung yang dilakukan selama pengambilan data, ditambah dengan wawancara dengan petugas lapangan.

4.1.1 Curug Cibeureum

Curug Cibeureum merupakan daerah tertinggi yang dijadikan lokasi penelitian. Lokasi ini terletak pada ketinggian 1000 m dpl. Lokasi ini juga merupakan jalur interpretasi ekowisata pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango TNGP sehingga lokasi ini memiliki tingkat gangguan oleh aktivitas manusia cukup tinggi terutama pada akhir pekan. Di lokasi ini terdapat tiga air terjun dengan ketinggian berbeda. Air terjun utama adalah air terjun Cibeureum Curug Cibeureum dengan ketinggian ± 30 m. Air terjun ini memiliki debit air terbesar dibandingkan dua air terjun lainnya. Ketinggian air terjun kedua ± 20 m dan merupakan air terjun dengan debit air terkecil. Air terjun ketiga merupakan air terjun tertinggi dengan ketinggian ± 40 m, namun debit air yang mengalir tidak lebih besar dari Curug Cibeureum dan lebih besar dari air terjun kedua. Lokasi pengambilan sampel adalah daerah sekitar ketiga air terjun tersebut dan di jalur interpretasi antara HM 23 – 25. Pengambilan sampel di daerah sekitar air terjun dilakukan di sekitar sungai yang merupakan aliran langsung dari ketiga air terjun tersebut. Kecepatan aliran pada masing-masing sungai berbeda. Aliran sungai curug Cibeureum dominan deras, dengan aliran sedang sampai lambat pada beberapa titik. Aliran air terjun kedua menyatu dengan aliran Curug Cibeureum, sedangkan air terjun ketiga mengalir di sungai yang berbeda dengan kecepatan aliran sedang sampai lambat. Vegetasi dominan di sekitar sungai dan substrat sungai pun berbeda. Sungai yang berasal dari aliran Curug Cibeureum didominasi oleh kecubung, tumbuhan perdu dengan substrat merupakan batuan dan kerikil. Kerapatan kecubung cukup tinggi pada sungai ini sehingga sungai tertutup oleh tajuk dan batang tumbuhan kecubung tersebut. Sedangkan sungai yang berasal dari aliran air terjun ketiga didominasi oleh selada air Selaginella sp., tumbuhan air lain dan kecubung dengan substrat sungai sebagian besar lumpur berpasir. Habitat di sekitar air terjun terbuka tidak tertutup tajuk sehingga sinar matahari dapat langsung menyentuh lantai hutan. Habitat yang tertutup tajuk pohon adalah pada jalur sepanjang 200 m sebelum air terjun dan pada tebing antara air terjun kedua dan ketiga. Gambaran keseluruhan habitat di sekitar air terjun dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Kondisi Habitat di Daerah Curug Cibeureum Lokasi lain pengambilan sampel di daerah Curug Cibeureum dilakukan pada jalur interpretasi antara HM 23-25. Habitat berupa jembatan kayu dengan tumbuhan kecubung tumbuh dominan di sisi kiri dan kanan jembatan. Tutupan tajuk di sisi kiri dan kanan jembatan rapat karena merupakan hutan primer pegunungan. Pada bagian bawah jembatan mengalir sungai kecil yang alirannya berasal dari Curug Cibeureum. Kecepatan aliran sungai tersebut lambat dengan substrat batu dengan sedikit lumpur. Gambaran kondisi habitat pada lokasi ini terlihat pada Gambar 4. Gambar 4 Habitat pada Jalur Interpretasi HM 23 – 25

4.1.2 Ciwalen

Lokasi pengambilan sampel di Ciwalen dilakukan di belakang Laboratorium Resort Cibodas, TNGP yang berada di ketinggian 1400 m dpl. Ciwalen sendiri juga merupakan jalur interpretasi di TNGP, namun habitat R. margaritifer di lokasi ini hanya terletak pada daerah di belakang laboratorium tersebut. Lokasi ini juga berbatasan langsung dengan wilayah Kebun Raya Cibodas sehingga habitat yang ada merupakan habitat peralihan antara hutan primer dengan daerah non- hutan. Habitat R. margaritifer di lokasi ini ditumbuhi kecubung sebagai vegetasi dominan. Tutupan tajuk rapat karena masih dipengaruhi oleh hutan primer TNGP. Tidak ada aliran sungai atau bentuk aliran air lain di habitat ini. Sumber air hanya berasal dari air hujan yang menggenang membentuk kolam kecil yang tidak terlalu dalam. Substrat kolam dominan lumpur. Jika musim kemarau dan tidak ada hujan, debit air di kolam berkurang bahkan dapat kering sama sekali. Gambaran habitat di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kondisi Habitat di Ciwalen Ket: a. Vegetasi dominan b Sumber air

4.2 Kebun Raya Cibodas