23 diceritakan dalam karya fiksi. “Kehidupan sosial tokoh mencangkup berbagai
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan
lain-lain”Nurgiyantoro, 1995:233. Menurut Hutagalung dalam Murniati, 1997:15 “dimensi psikologis dan
aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak kejiwaannya secara individu”.
Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro 1995:210 menyatakan bahwa keadaan fisik tokoh sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang
sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tak
mau mengalah, pandangan mata tajam, hidung agak mendongak, bibir yang bagaimana dan lain-lain yang dapat menyaran pada sifat tertentu. Tentu saja hal
itu berkaitan dengan pandangan budaya masyarakat yang bersangkutan.
2.2.4 Teknik Penampilan Karakter Tokoh
Menurut Semi 1988 :39-40 ada dua cara yang digunakan untuk menampilkan watak tokoh dalam suatu cerita, yaitu :
1. Secara analitik. Secara analitik yaitu pengarang langsung
memaparkan watak atau karakter tokoh. Pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras kepala, penyayang dan sebagainya.
24 2.
Secara dramatik. Secara dramatik yaitu penggambaran secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui: 1 pilihan nama tokoh,
misalnya nama semacam sarinem untuk babu, mince untuk gadis rada genit, bonar untuk nama tokoh garang dan gesit dan seterusnya; 2
melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakain, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungan dan sebagainya;
3 melalui dialog baik dialog tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam intereaksinya dengan tokoh-tokoh lainya.
Selanjutnya, menurut M. Saleh Saad dalam Sukada, 1987:64 teknik penampilan keadaan dan watak tokoh-tokoh dapat melalui dua jalan yaitu :
1. Cara analitik. Pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan dan
watak tokoh-tokohnya. 2.
Cara dramatik. Menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain :
2.1 Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh .
2.2 Cakapan percakapan antara tokoh dengan tokoh lain, atau percakaan
tokoh-tokoh lain tentang dia 2.3
Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain tentang dia. 2.4
Perbuatan sang tokoh Sedangkan menurut Muchtar Lubis dalam Sukada, 1993:64 ada beberapa
cara teknik dalam menampilkan karakter tokoh, yaitu :
25 1.
Melukiskan bentuk lahir dari tokoh 2.
melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya 3.
bagaimana reaksi tokoh itu terhadap kejadian 4.
pengarang dengan langusung menganalisis watak tokoh 5.
melukiskan keadaan sekitar tokoh 6.
bagaimana pandangan tokoh lain terhadap tokoh utama
Dari keterangan diatas, maka cara menyampaikan karakter tokoh dapat
juga melalui pikiran tindakannya dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Hutagalung dalam Murniati, 1997:15 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan dimensi
fisiologis dan aspeknya adalah keadaan fisik tokoh, seperti jenis kelamin, tampang, dan keberadaan tokoh apakah cacat atau tidak. Yang dimaksud dan
tercangkup dalam dimensi sosiologis, yakni masalah sosial tokoh seperti lingkungannya, pangkat, dan kebangsaan. Sedangkan yang dimaksud dengan
dimensi psikologis dan aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak
kejiwaannya secara individu. Ketiga dimensi tersebut adalah tiga unsur yang membangun karakter dalam
sebuah karya sastra. Masalahnya terletak pada pertanyaan seberapa jauh unsur- unsur tersebut dilukisan pengarang dalam karya sastra.
26
2.3 Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar penulis untuk berpijak dalam sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
structural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan,
menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan member arah didalam penelitian. Adapun teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Struktural.
2.3.1 Teori Struktural Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang
otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek dan Warren dalam Wiyatmi 2006:87 menyebutkan pendekatan
ini sebagai pendekatan intrinsic karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi dan kebenaran sendiri.
Dalam meneliti sebuah karya sastra diperlukan pendekatan, dalam penulisan ini digunakan pendekatan structural. Jika peneliti sastra ingin mengetahui makna
dalam sebuah karya sastra, peneliti harus menganalisis aspek yang membangun karya sastra tersebut dan menghubungkan dengan aspek lain. Sehingga makna
yang terkandung dalam sebuah karya sastra mampu dipahami dengan baik. Pendekatan struktural melihat karya sastra sebagai satu kesatuan makna secara