8. Asas perlindungan Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur
harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada pihak yang lemah.
Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari pihak dalam menetukan dan membuat kontrak.
D. Wanprestasi
Perikatan yang bersifat timbal balik senantiasa menimbulkan sisi aktif dan sisi pasif. Sisi aktif menimbulkan hak bagi kreditor untuk menuntut prestasi,
sedangkan sisi pasif menimbulkan beban kewajiban bagi debitur untuk melaksanakan prestasinya. Namun pada perikatan tertentu prestasi tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga muncul peristiwa yang disebut wanprestasi. Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk.
Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang
telah ditentukan dalam perjanjian.
27
Selanjutnya, terkait dengan wanprestasi tersebut Pasal 1243 KUH Perdata menyatakan, bahwa : “Penggantian biaya, rugi
dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap
melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya”. Adapun
27
Nindyo Pramono, Hukum Komersil, Pusat Penerbitan UT, Jakarta, 2003, hal. 221
bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:
28
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan
debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. 2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru. Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru
tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.
Sedangkan menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam, yaitu:
29
1 Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan; 2 Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;
3 Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat; 4 Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh
kreditur atau pejabat yang berwenang untuk itu. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan lalu
28
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Putra Abadin, 1999, Jakarta, hal.18
29
Subekti, Op.Cit, hal. 43.
pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak. Somasi adalah teguran dari si kreditur kepada debitur agar dapat memenuhi
prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara keduanya.
30
E. Onrechtmatige Daad