26
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan penelitian merupakan penjelasan secara detail dari tahap-tahap penelitian, ada enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem,
perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan sistem yang dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket. Metode angket yang digunakan adalah rating scale skala bertingkat. Metode
angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pengguna terhadap e- learning dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pengguna terhadap
aspek-aspek yang dikembangkan dalam model pembelajaran e-learning. Pengumpulan data dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah e-learning
dikembangkan. Pengumpulan data pertama dibahas pada sub-bab ini, sedangkan pengumpulan data kedua dibahas pada sub-bab 4.6.3 Hasil Uji Coba.
Pengumpulan data pertama dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke sekolah, wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pemberian
kuesioner untuk para pendidik. Data pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dilakukan
dengan mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mempelajari dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses penilaian, cara pemberian tugas,
dan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun sebaliknya. Sekolah yang diamati adalah sebanyak 5 sekolah mitra dan PSB inti. Sekolah
mitra yang dimaksud adalah SMA Mardi Yuana Depok, SMAN 3 Depok, SMAN 3 Bekasi, SMAN 1 Cibinong, dan SMAN 2 Cibinong. Sedangkan PSB inti adalah
SMA PLUS PGRI Cibinong. Secara umum hasil pengamatan menyimpulkan bahwa baik di sekolah PSB inti maupun sekolah mitra umumnya masih dilakukan
secara manual yaitu sumber belajar masih bersumber dari pendidik. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu kepala sekolah dan
pendidik. Wawancara dengan kepala sekolah meliputi aspek-aspek sumber daya
27 manusia SDM yang dimiliki, sarana yang dimiliki untuk sebuah model
pembelajaran e-learning, serta kebijakan kepala sekolah untuk mengubah model pembelajaran dari konvensional menjadi pembelajaran modern dan dilengkapi e-
lerning sebagai media pembelajaran. Wawancara dengan pendidik meliputi aspek- aspek kesiapan untuk membuat materi bahan ajar, kesediaan untuk mengikuti
pelatihan pembuatan bahan ajar. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh data bahwa semua kepala sekolah bersedia meningkatkan SDM dan merubah model
pembelajaran akan tetapi belum memiliki sarana untuk mengembangkan e- learning, sedang sebagian besar dari pendidik bersedia membuat bahan ajar dan
mengikuti pelatihan. Pada awalnya peneliti berharap bahwa para pendidik paling tidak
mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menunjang suksesnya pemakaian sistem e-learning. Namun ternyata kemampuan para
pendidik masih kurang dalam hal pengembangan bahan ajar berbasis TIK, hal ini didukung dari pengalaman dan pendapat para pendidik, memang ditemukan ada
beberapa kendala yang harus diatasi. Harapan utama dari sini adalah para pendidik dari sekolah yang sudah mapan akan dapat berkontribusi aktif
menyumbangkan materi di e-learning yang dapat segera dimanfaatkan oleh pendidik. Dari seluruh 35 pendidik yang menjadi responden, semuanya 100
sudah mempunyai komputer di rumahnya, dan yang sudah terhubung internet 60. Para pendidik yang sangat nyaman bekerja dengan komputer 67,
sedangkan 33 hanya memakainya jika perlu. Kemampuan pemanfaatan internet seperti Internet Explorer atau Firefox dan lain-lain 100 pendidik sudah bisa
menggunakannya. Tentang cara penggunaan software populer Microsoft Office seperti Microsoft Word, Excel dan Power Point, 80 – 100 menyatakan sering
menggunakan. Kemudian, yang telah mempunyai akun e-mail sebanyak 83 , dan 66 sering menggunakan dan rutin memeriksanya Lampiran 1.
Namun hanya sedikit pendidik yang memiliki kemampuan untuk membuat desain web, yakni 11,4, selebihnya tidak tahu sama sekali. Hal yang sama juga
terjadi pada pengetahuan tentang jaringan hanya sekitar 18 pendidik yang dapat melakukan pengaturan jaringan dan selebihnya tidak bisa memanfaatkan
jaringan komputer dengan baik.
28
4.2 Perencanaan Sistem