xxiv
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 BAHAN DAN ALAT
3.1.1 Bahan
Bahan  utama  yang  digunakan  jeruk  Siam  yang  dibeli  dari  pasar  Ciampea,  Bogor. Bahan  penelitian  lain  yang  diperlukan    NaOH  0,1  N,  aquades,  benzaldehide,  asam  asetat
glacial,  asam  perklorat,  larutan  phenolphthalein,  larutan  yod  0.01  N,  diethylene  glycol, siklodekstrin  dari  pati  garut  dan  selulosa  asetat,  sari  jeruk  standar  komersil  PT.  Amanah
Prima Indonesia, Tangerang.
3.1.2 Alat
Peralatan yang digunakan adalah penangas air, shaker, pisau stainless steel, perasan jeruk  atau  juice  extractor, saringan 10  mesh, alat-alat  gelas, timbangan, sentrifus, botol jar,
dan  baskom.    Alat  analisa  berupa  refraktometer,  seperangkat  alat  titrasi,  oven,  pH-meter, viscosimeter Brookfield spindle no. 1, sudip, cawan porselen, cawan alumunium, tanur, labu
ukur 250 ml, thermometer, desikator,  tabung reaksi, labu erlenmeyer, sentrifus model J2-21 merek Beckman, spektrofotometer UV 6500 merek Kruss.
3.2 METODE PENELITIAN
3.2.1 Karakterisasi  Sifat  Fisik  dan  Kimia  Jeruk  Siam  tanpa
Penambahan Siklodekstrin
Penelitian  ini  diawali  dengan  karakterisasi  sifat  fisik  dari  jeruk  Siam  dengan mengukur  bobot  bagian-bagian  jeruk  Siam,  kadar  air  dan  kadar  abu.  Jeruk  Siam  ini  dibuat
sari  jeruk  segar  untuk  analisa  awal  dan  persiapan  perlakuan.  Diagram  alir  pembuatan  jeruk segar  disajikan  pada  Gambar 5.  Sari jeruk Siam segar hasil perasan diukur dianalisa  berupa
kadar  vitamin  C,  viskositas  dan  total  padatan  terlarut  ºBrix,  kandungan  limonin  dan naringin.  Prosedur  analisa  sari  jeruk  disajikan  pada  Lampiran  1.    Perhitungan  kandungan
limonin  dan  naringin  sari  jeruk  berdasarkan  persamaan  kurva  standar.    Kurva  standar  tidak dibuat  dalam  penelitian  ini,  namun  menggunakan  kurva  standar  yang  telah  dibuat    pada
penelitian sebelumnya oleh Fatma Aghistni 2008.
3.2.2 Penambahan Siklodekstrin pada Sari Jeruk Siam
Penambahan siklodekstrin dilakukan dalam tiga konsentrasi yaitu 0.1, 0.3, dan 0.5 bv  dari  jumlah  sari  jeruk  yang  digunakan.  Suhu  yang  digunakan  untuk  pencampuran
siklodekstrin  yaitu  suhu  27,  60  dan  80ºC.  Pada  suhu  pencampuran  27ºC,  siklodekstrin dicampurkan  dalam  sari  jeruk  segar  dan  diaduk  selama  5  menit  kemudian  dilakukan
xxv
pasteurisasi selama 10  menit pada suhu 80ºC. Setelah itu dilakukan  analisa  sari  jeruk  hasil penambahan  siklodekstrin  ini.  Diagram  alir  perlakuan  dengan  penambahan  siklodekstrin
suhu 27ºC disajikan pada Gambar 6. Penambahan  siklodekstrin  pada  sari  jeruk  Siam    dengan  suhu  pencampuran    60ºC
dilakukan setelah sari jeruk mengalami pasteurisasi pada suhu pasteurisasi 80ºC.  Perlakuan siklodekstrin  pada  suhu  pencampuran  80ºC  dilakukan  bersamaan  tercapainya  suhu
pasteurisasi.  Pencampuran  dengan  cara    pengadukan  dilakukan  ±5  menit.  Masing-masing total  perlakuan  dengan  siklodekstrin  sebanyak  ±15  menit.  Setelah  perlakuan  siklodekstrin
selesai,  maka  dilakukan  analisis  mutu  sari  jeruk.  Diagram  alir  perlakuan  sari  jeruk  dengan siklodekstrin ini disajikan pada Gambar 7 dan 8 .
3.2.3 Perlakuan dengan Selulosa Asetat
Selulosa asetat ditambahkan tiga konsentrasi  yaitu dalam tiga konsentrasi yaitu 0.2, 0.4,  0.6  bv  dan  suhu  pencampuran  pada  suhu  kamar.    Sebelum  dilakukan  penambahan
selulosa  asetat  ke  dalam  sari  jeruk,  terlebih  dahulu  dilakukan  sentrifugasi  pada  sari  jeruk yang  telah  dipasteurisasi.  Sari  jeruk  hasil  sentrifugasi  kemudian  dicampurkan  dengan
selulosa  asetat  dengan  konsentrasi  0.2,  0.4,  0.6  bv.  Pencampuran  dilakukan  dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 45 menit pada putaran 200 rpm pada suhu
kamar.  Setelah  itu  dilakukan  penyaringan  dengan  kain  penyaring  untuk  memisahkan  antara selulosa  asetat  dan  sari  buah.  Sari  buah  hasil  penyaringan  dicampurkan  kembali  dengan
endapan  sari  buah  hasil  sentrifugasi  dengan  magnetic  stirrer  selama  10  menit.setelah  itu dilakukan analisa sari jeruk setelah perlakuan selulosa asetat.
3.3 ANALISIS
Analisis  sari  jeruk  hasil  perlakuan  dengan  siklodekstrin  dan  selulosa  asetat  diatas mencakup total padatan terlarut ºBrix, derajat keasaman pH, kadar vitamin C, kandungan
asam  total  asam  tertitrasi,  viskositas  cP,  uji  limonin  dan  naringin.  Prosedur  analisis  sari jeruk  tersebut  disajikan  pada  Lampiran  1.  Selain  itu,  sari  jeruk  diuji  secara  organoleptik
dengan  uji perbandingan  jamak  diantaranya tingkat  kepahitan rasa sari jeruk,  aroma, warna dan  kekentalan  pada  masing-masing  sari  jeruk  hasil  perlakuan  dengan  30  orang  panelis  tak
terlatih,  3  sampel  sari  jeruk  perlakuan  siklodekstrin  dengan  sampel  pembanding  komersil. Pengolahan data uji organoleptik secara statistik dengan metode Duncan Lampiran 9.
xxvi
Gambar 5. Diagram alir pembuatan sari jeruk
Gambar 6. Diagram alir perlakuan dengan siklodekstrin suhu kamar
xxvii
Gambar 8. Diagram alir perlakuan sari jeruk Siam dengan selulosa asetat Gambar 7. Diagram alir perlakuan dengan siklodekstrin suhu 60ºC dan 80ºC
Sari jeruk segar
Pencampuran suhu 60ºC dan 80ºC, t=5 menit
Siklodekstrin konsentrasi 0.1, 0.3 dan
0.5 Sari jeruk
Analisis Pasteurisasi, suhu 80ºC,
t= 10 menit 13
xxviii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa
Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat
Karakteristik jeruk Siam dilakukan dengan pengukuran bobot bagian-bagian buah, uji kadar air  bb, kadar abu  bb, total padatan terlarut ºBrix, kadar vitamin C mg100 ml bahan,
total  asam  tertitrasi    asam  sitrat,  viskositas  cP,  konsentrasi  limonin  µgml  dan  naringin µgml. Hasil ekstraksi jeruk didapatkan bobot masing-masing bagian jeruk. Pengukuran bobot
bagian jeruk Siam disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Bobot bagian-bagian buah jeruk Siam Bagian Buah Jeruk Siam
Persentase  bb Kulit
20.78 Pulp
26.79 Biji
4.6 Sari buah
41.09 Loss
6.74
Total 100.00
Bobot  yang  hilang  atau  loss  yang  terjadi  saat  proses  ekstraksi  sari  jeruk  akibat  proses pemerasan  jeruk  yang  belum  sempurna  dan  tercecernya  sari    jeruk.  Kehilangan  bobot  ini  juga
terjadi  akibat  menempelnya  pulp  dan  sari  buah  di  alat  perasan  jeruk  serta  adanya  proses penyaringan untuk menghilangkan bagian serat kasar jeruk.
Menurut Aghistni 2008, persentase bobot bagian-bagian buah meliputi kulit 16.11, pulp 29.89,  biji  2.74,  sari  buah  42.99  dan loss  yang  terjadi  sebesar  8.27.  Pada  penelitian  ini,
buah  jeruk  yang  digunakan  memiliki  bobot  kulit,  pulp  dan  biji  yang  lebih  besar  dibandingkan dengan bobot  bagian  buah  pada literatur, namun  bobot sari  buah dan loss  yang dihasilkan lebih
kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi iklim dan waktu pemanenan yang berbeda sehingga terdapat  perbedaan kondisi buah  jeruk. Selain itu, proses ekstraksi pada  sari jeruk juga
berpengaruh.  Penyaringan  dengan  ukuran  mesh  yang  berbeda  akibat  dari  perbedaan  alat  juga mempengaruhi  bobot  sari  jeruk  yang  dihasilkan.  Perbedaan  yang  terjadi  tidak  terlalu  signifikan
sehingga varietas buah ini diduga masih tergolong sama. Karakteristik  sari  jeruk  juga  dilakukan  pada  sari  jeruk  pasteurisasi  tanpa  perlakuan.
Pengujian  yang  dilakukan  antara  lain  Hasil  analisis  karakteristik  sari  jeruk  pasteurisasi  sebelum perlakuan tercantum pada Tabel 4.