Analisis Kualitas Visual Lanskap

Gambar 5 Tahap Perencanaan Lanskap Ekowisata Daerah Penyangga TNUK Sumber: Gold 1980 Analisis Daya Dukung Kawasan DDK Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Pemanfaatan kawasan ekowisata merupakan kawasan yang diharapkan terjaga kondisi lingkungannya secara berkelanjutan. Penggunaan lahan dan objek lingkungan tertentu yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitas lingkungan akan menimbulkan kerusakan pada kawasan itu sendiri. Menurut Odum 1971 bahwa daya dukung carrying capacity merupakan pembatasan penggunaan dari suatu areal yang memiliki beberapa faktor alam dan lingkungan. Daya dukung kawasan diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekologis, sosial dan ekonomi. Daya Dukung Kawasan DDK untuk kegiatan wisata adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di dalam kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan terhadap alam dan manusia. Penilaian daya dukung kawasan daerah penyangga TNUK dilakukan di setiap area objek wisata yang rencanakan. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata mengacu pada formulasi rumus dari Yulianda 2007 yaitu: DDK = K x Lp Lt x Wt Wp Dimana: DDK = Daya dukung kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Tabel 5 Potensi Ekologi Pengunjung K dan Luas Area Kegiatan Lt Jenis Kegiatan ∑Pengunjung K Unit Area Lt Keterangan Selam 2 1000 m 2 Setiap 2 orang dalam 100 x 10 m Snorkling 1 250 m 2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Wisata Mangrove 1 250 m 2 Dihitung panjang track setiap orang sepanjang 50 m Rekreasi Pantai 1 50 m 2 1 orang setiap 50 panjang pantai Wisata Olahraga 1 50 m 2 1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber: Yulianda 2007 Daya Dukung Kawasan direncanakan sesuai dengan karakteritik sumberdaya dan peruntukkannya. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang kondisi sumberdaya agar kelestariannya tetap dapat dipertahankan. Tabel 6 Kriteria Daya Dukung Wisata Alam Jenis Penggunaan Satuan Pengunjung OrangKel Area Keterangan Berkemah 1-5 16 m 2 Pada lokasi bumi perkemahan Mendaki 1-5 20 m 2 Panjang jalan trail = jumlah pendaki yang dapat ditampung Rekreasi sambil menikmati alam terbuka 1 10 m 2 Rekreasi pantaiberenang 1 25 m 2 Memancing 1 10 m 2 Photo hunting 1 1 ha Menyelam 2 0, 25 ha Snorkling 1 10 m 2 Semediziarah 1-5 4 m 2 Bersampan 1-4 1 sampan Berselancar 1 100 m 2 Sumber: Arifin dan Mundandar 2005 dalam Ilham 2010 Menurut Yulianda 2007 waktu kegiatan pengunjung Wp dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan Wt. Waktu kawasan adalah waktu areal dibuka dalam satu har dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam Tabel 7. Tabel 7 Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap Kegiatan Wisata Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp - Jam Total Waktu 1 Hari l Wt - Jam Selam 2 8 Snorkling 3 6 Berenang 2 4 Berperahu 1 8 Berjemur 2 4 Rekreasi pantai 3 6 Olahraga air 2 4 Memancing 3 6 Wisata Mangrove 2 8 Wisata lamun dan ekosistem lainnya 2 4 Wisata Satwa 2 4 Sumber: Yulianda 2007 Perencanaan Lanskap Ekowisata Daerah Penyangga TNUK Perencanaan lanskap ekowisata daerah penyangga TNUK meliputi tapak, organisasi ruang, aspek visual, sirkulasi dan struktur dalam lanskap. Rencana lanskap ekowisata merupakan tahap menyusun hasil analisis dan sintesis pada suatu tapak. Pengembangan konsep perencanaan dalam bentuk rencana pengembangan kawasan ekowisata, rencana ruang dan sirkulasi, aktivitas dan fasilitas ekowisata di daerah penyangga kawasan TNUK berupa rencana tapak site plan. Rencana Pengembangan Zona Kawasan Ekowisata Rencana pengembangan zona kawasan ekowisata berdasarkan zona potensial hasil analisis meliputi aspek ekologis, aspek potensi wisata dan aspek sosial ekonomi masyarakat yang digambarkan oleh situasi pemanfaatan ruang eksisting di dalam kawasan penelitian. Peta-peta tematik tersebut kemudian digambungkan dengan cara tumpang susun overlay. Hasil akhir berupa zona potensial kawasan untuk pengembangan dan penataan wisata. Rencana pengembangan zona kawasan ekowisata daerah penyangga kawasan TNUK meliputi: 1. Zona pengembangan ekowisata atraktif, merupakan zona sangat sesuai untuk pengembangan kawasan ekowisata. Seluruh aspek bernilai sangat potensial SP atau potensial P. 2. Zona pengembangan ekowisata semi atraktif, merupakan zona kurang potensial untuk pengembangan kawasan ekowisata. Aspek bernilai kurang potensial KP. 3. Zona pengembangan ekowisata tidak atraktif merupakan zona tidak potensial untuk pengembangan kawasan ekowisata. Namun memilki ekosistem hutan dan kegiatan pertanian yang tidak memiliki dan tidak termasuk dalam klasifikasi tidak potensial untuk pengembangan ekowisata. Rencana Ruang dan Rencana Sirkulasi Ekowisata

1. Rencana Ruang

Konsep ruang ekowisata daerah penyangga TNUK dibuat dengan ilustrasi yang menggambarkan pola jenis dan pola ruang berdasarkan zona pengembangan ekowisata. Rencana ruang meliputi ruang wisata utama, ruang penunjang, dan ruang penerima. Menurut Gunn 1994 ruang menjadi wadah untuk melakukan aktivitas dimana aktivitas yang dilakukan disesuaikan dengan fungsi yang akan dikembangkan pada ruang tersebut.

2. Rencana Sirkulasi .

Rencana sirkulasi ekowisata daerah penyangga TNUK digambarkan dengan membuat jalur wisata yang menghubungkan antar kelompok aktivitas ekowisata dan antara kegiatan ekowisata dengan kegiatan wisata lainnya di dalam kawasan Gunn 1994. Pembuatan sirkulasi wisata dengan melakukan tracking area menggunakan alat GPS Global Positioning System dan memanfaatkan jalan eksisting. Rencana Aktivitas dan Fasilitas Ekowisata Rencana aktivitas ekowisata daerah penyangga TNUK direncanakan berdasarkan kondisi fisik ekologis, potensi objek dan atraksi wisata dan kualitas visual lanskap hasil analisis pada kawasan pengembangan ekowisata. Rencana fasilitas wisata disesuaikan dengan kebutuhan terhadap jenis aktivitas ekowisata yang akan dikembangkan. 4 KONDISI UMUM WILAYAH Letak Geografi dan Administrasi Wilayah Lokasi penelitian terletak di desa-desa daerah penyangga kawasan TNUK yang berbatasan langsung dengan kawasan. Letak geografis berada pada koordinat 105°2902 BT sampai dengan 105°4126 BT, dan -6°3756 LS sampai dengan -06°5129 LS. Secara administrasi daerah penyangga kawasan TNUK termasuk wilayah Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang terdiri atas 19 desa yang mencakup ke dalam 2 kecamatan, meliputi Kecamatan Sumur sebanyak 7 desa dan Kecamatan Cimanggu sebanyak 12 desa dengan luas 518.27 Km 2 51.827 Ha yang meliputi luas 258.54 Km 2 25.854 Ha di Kecamatan Sumur adalah 259.73 Km 2 25.973 Ha di Kecamatan Cimanggu dengan batas sebagai berikut: Sebelah utara : Kecamatan Cigeulis Sebelah selatan : Laut Samudra Hindia Sebelah timur : Kecamatan Cibaliung dan Kecamatan Cibitung Sebelah Barat : Laut Selat Sunda Dari sebanyak 19 desa, fokus penelitian di 15 desa penyangga yang berbatasan langsung dengan Kawasan TNUK. Tabel 8 Administrasi Desa-Desa Penyangga Kawasan TNUK Sumber: Monografi Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur 2014 No Nama Desa Luas Desa Keterangan Ha I. Kecamatan Cimanggu 1. Tangkilsari 800 3,52 Berbatasan langsung 2. Cimanggu 1.200 5,38 Berbatasan langsung 3. Cijaralang 3.600 11,0 Tidak berbatasan 4. Waringinkurung 1.250 5,51 Berbatasan langsung 5. Ciburial 1.213 5,34 Tidak berbatasan 6. Padasuka 1.537 6,77 Berbatasan langsung 7. Mangkualam 1.300 5,73 Berbatasan langsung 8. Kramatjaya 1.815 8,00 Berbatasan langsung 9. Tugu 1.521 11,01 Berbatasan langsung 10. Batuhideung 1.690 7,45 Tidak berbatasan 11. Cibadak 1.518 6,61 Berbatasan langsung 12. Rancapinang 1.549 6,82 Berbatasan langsung II. Kecamatan Sumur 1. Sumberjaya 323 1,42 Tidak berbatasan 2. Kertajaya 420 1,85 Berbatasan langsung 3. Kertamukti 626 2,76 Berbatasan langsung 4. Tunggaljaya 466 2,05 Berbatasan langsung 5. Cigorondong 466 2,05 Berbatasan langsung 6. Tamanjaya 675 2,97 Berbatasan langsung 7. Ujungjaya 844 3,72 Berbatasan langsung Kondisi Fisik Wilayah Topografi dan Kemiringan Lahan Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu masing-masing terletak pada ketinggian 9 m dpl dan 100 dpl. Bentuk topografi seluruh desa di Kecamatan Sumur datar. Sedangkan sebagian besar desa di Kecamatan Cimanggu mempunyai bentuk topografi berbukit-bukit. Berdasarkan letak geografisnya, desa-desa di Kecamatan Sumur dikategorikan sebagai desa pantai karena wilayahnya berbatasan dengan garis pantailaut dengan corak kehidupan sebagian masyarakatnya tergantung pada potensi laut. Sedangkan sebagian besar desa-desa di Kecamatan Cimanggu dikategorikan sebagai desa bukan pantai karena wilayahnya tidak berbatasan dengan garis pantai dan hanya dua desa yang dikategorikan sebagai desa pantai yaitu Desa Rancapinang dan Desa Tangkilsari. Gambar 6 Peta Ketinggian Kawasan TNUK Sumber: Laporan Kajian KSN TNUK Tahun 2013 Klimatologi Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon beriklim tropik laut, dan menurut Schmidt Ferguson 1951 dalam BTNUK 2014 termasuk klasifikasi iklim tipe B dengan Q = 20,4. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3249 mm dengan temperatur 25–30 C dan kelembaban 80–90 persen. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April bersamaan dengan terjadinya musim angin barat laut, dengan curah hujan tiap bulan rata-rata mencapai lebih dari 200 mm, dan curah hujan tertinggi pada bulan Desember mencapai lebih dari 400 mm. Musim