Estimasi nilai ekonomi dan kontribusi kegiatan wisata terhadap konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

(1)

i

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN

WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL

UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG

PROVINSI BANTEN

ERWAN PRAYOGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Erwan Prayoga


(3)

ii RINGKASAN

ERWAN PRAYOGA. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan BENNY OSTA NABABAN

Wisata alam merupakan Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro,1997). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan.

Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah sebuah kawasan yang dilindungi atau kawasan konservasi, sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik, yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan konservasi di TNUK yang bisa dilakukan pada zona pemanfaatan. Sebagai kawasan konservasi TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal.

Kegiatan konservasi membutuhkan biaya dalam pelaksanaannya, sehingga diharapkan pengembangan wisata alam berbasis ekowisata tersebut dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu diketahui dan dikaji persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, estimasi besarnya nilai ekonomi wisata, estimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK, dan bagaimana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Penelitian dilaksanakan dikawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, Travel Cost Method, Willingness To Pay, dan analisis regresi berganda.

Keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di TNUK dinilai baik oleh pengunjung walaupun penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi, dan jaringan telekomunikasi dinilai masih kurang memadai. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi wisata, dan jumlah tanggungan


(4)

iii keluarga. Semua faktor tersebut berpengaruh positif, hanya jumlah tanggungan keluarga yang berpengaruh negatif.

TNUK memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata, ditunjukkan oleh nilai ekonomi wisata TNUK sebesar Rp 16.511.904.761,90. Adapun nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873,016 per kunjungan. Hal ini merupakan peluang bagi pengelola untuk mengoptimalkan manfaat dari jasa wisata, salah satunya dengan menetapkan tiket optimum yang saat ini masih dianggap terlalu murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2.500,00.

Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Jika rata-rata jumlah kunjungan per tahun adalah sebesar 5.475 maka penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini dapat berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata atau hanya sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata atau sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung.

Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan penerapan skenario kontribusi tersebut karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK tidak memungkinkan. Melainkan harus melalui APBN yang diajukan sebagai satu kesatuan pengajuan anggaran oleh kementerian kehutanan. Selain itu pungutan yang diberlakukan oleh BTNUK hanyalah berupa retribusi sebesar Rp 2.500,00 seperti yang diberlakukan sekarang ini (PP No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan). Namun mengacu pada PP No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam, pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain atau merintis kembali kerjasama dengan mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN sebagaimana pernah dilakukan sebelumnya. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK.


(5)

iv

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN

WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL

UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG

PROVINSI BANTEN

ERWAN PRAYOGA H44080015

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

v Judul Skripsi : Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

Nama : Erwan Prayoga

NIM : H44080015

Menyetujui,

Pembimbing I , Pembimbing II,

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si NIP. 19690917 200604 2011

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(7)

vi UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas atas bantuan berbagai pihak baik moril dan materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, bapak (Eman Suherman) dan ibu (Nining Nurnaningsih) serta adik (Listiani, Dicky, dan Annisa) atas segala dukungan, semangat dan senantiasa memberikan doa serta kasih sayang yang tak terhingga.

2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan pelajaran berharga selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS dan Nuva, SP, M.Sc yang berkenan sebagai dosen penguji.

4. Dosen-dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.

5. Pihak-pihak dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian. Bapak Otong Sontani, Bapak Andri Novi, Bapak Asep Supriyatna, Bapak Weli, Bapak Teguh, Bapak Hendar, Bapak Miskandi, Bapak Lili, Bapak Saepudin dan Bapak Rubani selaku pembimbing di lapangan.

6. Cucu Rahayu. Terima kasih atas segala dukungan yang senantiasa selalu diberikan kepada penulis.


(8)

vii 7. Teman-teman ESL 45, Pondok Perjuangan, Wawan, Andri, Ade, Pradipta, Azis, Vicky, Agung. Terima kasih untuk semangat, keceriaan, dan kebersamaannya.

8. Teman-teman sebimbingan Dyah, Elok, Mirza, Evy, Nova, Nurul, dan Shinta yang selalu memberikan dukungan.

9. Staf pelayanan akademik (Mbak Aam) yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian.

Bogor, Februari 2013


(9)

viii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini adalah menganalisis persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK, menduga fungsi permintaan wisata, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, mengestimasi surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata TNUK serta mengetahui kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK.

Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.

Bogor, Februari 2013


(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pariwisata Berkelanjutan ... 7

2.2 Wisata Alam ... 8

2.2.1 Wisata di Kawasan Konservasi ... 8

2.2.2 Taman Nasional... 9

2.2.3 Wisata Bahari ... 10

2.3 Permintaan dan Penawaran Wisata ... 11

2.4 Konsep Persepsi ... 13

2.5 Konsep Nilai Untuk Sumberdaya dan WTP ... 14

2.5.1 Travel Cost Method (TCM)... 15

2.5.2 Surplus Konsumen ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 18

2.7 Perbaruan (novelty) dari Penelitian ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 26

4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 27

4.4.1 Persepsi dan Preferensi Pengunjung ... 28

4.4.2 Permintaan Wisata... 29

4.4.3 Nilai Ekonomi Wisata ... 32

4.4.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan ... 33

V. GAMBARAN UMUM... 35

5.1 Gambaran Umum Kawasan TNUK ... 35

5.1.1 Zona Kawasan TNUK ... 36

5.1.2 Deskripsi Kawasan Wisata TNUK ... 36

5.1.3 Objek Wisata TNUK ... 38


(11)

x

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1 Persepsi Pengunjung TNUK ... 48

6.1.1 Persepsi terhadap Fasilitas yang Disediakan ... 48

6.1.2 Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan ... 50

6.1.3 Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Kondisi Keamanan di TNUK ... 51

6.2 Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Kawasan TNUK ... 53

6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata TNUK ... 55

6.3.1 Model Fungsi Permintaan Wisata TNUK ... 55

6.3.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK ... 58

6.3.3 Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK ... 61

6.4 Nilai Ekonomi Wisata TNUK ... 62

6.5 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan Surplus Konsumen... 62

6.6 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan WTP Pengunjung ... 63

6.8 Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Konservasi ... 67

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

7.1 Kesimpulan ... 72

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 79


(12)

xi DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan

Nilai Ekonomi Wisata ... 18 2. Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon ... 19 3. Matriks Metode Analisis Data ... 27 4. Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas,

Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan

di Taman Nasional Ujung Kulon ... 28 5. Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan

Faktor Demografi ... 43 6. Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan

Karakteristik Dalam Berwisata ... 46 7. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Disediakan

Oleh Pengelola ... 49 8. Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan di TNUK ... 50 9. Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Keamanan di TNUK ... 52 10. Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata TNUK .. 54 11. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TNUK ... 56 12. Kesediaan Membayar Tiket Masuk Kawasan TNUK ... 64 13. Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Tarif Masuk

Kawasan Wisata TNUK ... 65 14. Dasar Penetapan Tarif Masuk Kawasan TNUK ... 66 15. Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan

Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari


(13)

xii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan

Mancanegara di TNUK Tahun 2007-2011 ... 3

2. Klasifikasi Valuasi Non-Market ... 15

3. Total Surplus Konsumen... 17

4. Alur Kerangka Berpikir ... 24

5. Panorama Pantai Pulau Peucang ... 39

6. Padang Penggembalaan Cidaon ... 39

7. Gua Sanghyangsirah ... 40

8. Panorama Pantai Selatan TNUK ... 40

9. Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter... 41

10. Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan ... 42


(14)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Lokai Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ... 80

2. Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon ... 81

3. Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK ... 83

4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK ... 84

5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 85

6. Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov ... 85

7. Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK ... 86

8. Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%)... 86

9. Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK ... 87

10. Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK Tahun 2007-2011 ... 88

11. Realisasi Keuangan BTNUK Tahun 2008-2012... 88

12. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata TNUK dengan Teknik Stepwise ... 89

13. Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata TNUK ... 91

14. Fasilitas yang Terdapat di Kawasan Wisata TNUK ... 92


(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu potensi daerah yang banyak dikembangkan masyarakat Indonesia. Kekayaan alam dan uniknya budaya lokal yang kita miliki dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Indonesia. Sektor pariwisata dapat menyerap 7,43 juta orang atau 6,87% dari kesempatan kerja di Indonesia dan menyumbang devisa negara untuk pembangunan nasional rata-rata per tahun sebesar US$ 6.655.750,36 juta (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Pengembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini telah banyak dilakukan di wilayah-wilayah berpotensi wisata. Hal ini disebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap wisata di tengah kesibukan mereka. Tingginya kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,55% atau 229.658 kunjungan per tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan adalah kegiatan wisata alam.

Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro, 1997). Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan


(16)

2 raya, dan taman wisata alam (Dephut, 2012). Sumberdaya alam yang dimaksud adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan.

Salah satu kawasan wisata alam yang ada di Indonesia adalah kawasan wisata alam TNUK yang secara administratif berada di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK merupakan kawasan konservasi yang sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Upaya untuk menghindari ancaman atau tekanan terhadap konservasi TNUK dilakukan melalui kegiatan konservasi di kawasan tersebut, dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan dana yang tidak sedikit (Statistik BTNUK, 2011). Sebagai kawasan konservasi, TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan pada zona pemanfaatan dimana kegiatan wisata tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK sehingga perlu dikaji nilai ekonomi wisata dan kontribusi kegiatan wisata tersebut terhadap kegiatan konservasi di TNUK.


(17)

3 1.2 Perumusan Masalah

Masyarakat modern saat ini lebih senang mengisi waktu luangnya untuk berwisata ke alam (back to nature) sehingga menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata (Sihombing, 2011). Pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap pada koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang.

Pemanfaatan pariwisata alam dapat dilakukan di zona pemanfaatan TNUK sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to nature. Balai TNUK (2011) menyatakan bahwa zona pemanfaatan merupakan salah satu zona di dalam kawasan TNUK yang telah disahkan oleh Dirjen PHKA dengan nomor Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 tentang Zonasi Taman Nasional Ujung Kulon. Jumlah pengunjung TNUK cenderung meningkat dari tahun 2008 - 2011 yang disajikan pada Gambar 1.

Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011

Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di Taman Nasional Ujung Kulon Tahun 2007-2011

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

2007 2008 2009 2010 2011


(18)

4 Peningkatan jumlah pengunjung yang cenderung semakin tinggi sejak tahun 2008 dikhawatirkan dapat menimbulkan over carrying capacity dalam jangka panjang. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelestarian TNUK. Nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa penting jasa wisata tersebut. Adapun tiket optimum perlu diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah pengunjung sekaligus dapat berkontribusi terhadap biaya konservasi (Vanhove, 2005).

Keberadaan obyek wisata alam ini bergantung pada wisatawan yang datang sehingga penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang.

Potensi wisata alam di TNUK selayaknya patut dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan wisata sebagai upaya mendukung kegiatan konservasi. Selain itu dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.


(19)

5 Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu:

1. Bagaimana persepsi wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan wisata TNUK ?

2. Bagaimana besarnya nilai ekonomi wisata TNUK ? 3. Bagaimana harga tiket optimum masuk kawasan TNUK ?

4. Bagaimana kontribusi kegiatan wisata di TNUK terhadap kegiatan konservasi di TNUK?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK 2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata TNUK

3. Mengestimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK

4. Mengetahui sejauhmana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK


(20)

6 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai kontribusi ekonomi kawasan wisata TNUK.

3. Bagi pengambil kebijakan, dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam mengelola dan mengembangkan Taman Nasional Ujung Kulon. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan zona pemanfaatan untuk kegiatan wisata alam pada saat lose season. Responden yang diambil saat penelitian hanya dilakukan pada wisatawan nusantara dan perhitungan nilai ekonomi hanya dilakukan pada nilai langsung jasa wisata.


(21)

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Berkelanjutan

LIPI COREMAP II (2005) memaparkan pariwisata tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor pembangunan yang menyeluruh. Itu sebabnya, penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, hak budaya lokal, aspek konservasi sumberdaya, pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, periwisata harus dipandang sebagai suatu sistem. Dalam sistem tersebut tercakup berbagai komitmen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, meliputi pasar, perjalanan, destinasi dan pemasaran. Oleh karena itu perlu adanya sinergi kebijakan yang mengatur penyelenggaraan pariwisata.

Konsep wisata berkelanjutan merupakan jawaban atas permasalahan yang terjadi dalam pembangunan wisata. Konsep wisata berkelanjutan mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, sehingga mempunyai prinsip dasar yang sama. Prinsip dasar yang dipegang adalah pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu dengan tercapainya keselarasan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Syarat untuk suksesnya pembangunan berkelanjutan adalah integrasi serta kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Langkah pertama untuk menciptakan integritas dan kerjasama ketiga pelaku pembangunan tersebut adalah pemahaman dan penanaman makna dasar serta tujuan utama dari konsep pembangunan berkelanjutan (Lindberg, 2001).


(22)

8 Menurut Gunn (1997) dimensi yang harus diperhatikan dalam pembangunan wisata berkelanjutan ada tiga, yaitu: 1) Jenis wisata harus sesuai dengan kondisi sumber daya lokasi wisata tersebut, 2) Ketersediaan sumber daya yang menentukan tingkat dan arah pembangunan wisata, dan 3) Perbandingan antara jumlah kunjungan nyata ke lokasi wisata dengan jumlah kunjungan yang potensial.

2.2 Wisata Alam

Wells (1997) menyebutkan bahwa pariwisata alam adalah salah satu bentuk pariwisata yang atraksinya berada di tempat-tempat yang mempunyai nilai ekologis. Menurut Suswantoro (1997), Kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam. Kawasan wisata alam ini merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan, dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. (Suswantoro, 1997).

2.2.1 Wisata di Kawasan Konservasi

Jumlah orang yang mengambil bagian dalam berbagai kegiatan outdor semakin meningkat, seperti kegiatan hiking, cycling, dan kegiatan yang berbasis pada air seperti kayaking di muara sungai maupun laut, dan scuba diving. Dari kegiatan outdor tersebut, terdapat perkembangan minat perjalanan petualangan ringan (soft adventure) atau ekowisata ringan (nature based tourism), dimana


(23)

9 perjalanan lebih casual, sedikit pendekatan kegiatan kepada atraksi alam, dan menginginkan kenyamanan yang lebih tinggi, dan perjalanan petualangan berat (hard adventure) atau ekowisata yang melibatkan minat khusus, seperti keinginan untuk dekat dengan alam atau kehidupan liar, dengan tingkat kenyamanan yang lebih rendah. Industri wisata harus dapat merespon kisaran minat tersebut untuk mengembangkan berbagai paket relung pasar (Eagles, 2002).

Menurut Eagles (2002), kawasan konservasi merupakan tempat yang menarik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan wisata outdor (kegiatan-kegiatan yang memberi penghargaan pada lingkungan alam). Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola kawasan konservasi untuk memastikan bahwa pengunjung mendapatkan kegiatan wisata yang diinginkan, dan di sisi lain juga mampu meningkatkan kesadaran mereka untuk memelihara nilai-nilai yang dilindungi dengan kegiatan tersebut.

2.2.2 Taman Nasional

Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan pelestarian alam sendiri didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun laut yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.


(24)

10 Dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 disebutkan bahwa, kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari:

1. Zona Inti

Zona inti merupakan zona dengan persyaratan yang ketat, yaitu bagian yang mutlak harus dilindungi dan dilestarikan. Perubahan sekecil apapun akibat campur tangan manusia harus dicegah. Dengan demikian zona ini tertutup untuk umum.

2. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan merupakan zona yang mempunyai bentuk kegiatan paling luas. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam zona pemanfaatan adalah kegiatan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pemulihan jenis tumbuhan dan satwa asli, dan kegiatan penunjang budi daya. Selain itu pembangunan sarana pariwisata alam boleh dilakukan di dalam zona pemanfaatan.

3. Zona lainnya sesuai dengan keperluan

Zona di luar kedua zona tersebut yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan zona lainnya.

2.2.3 Wisata Bahari

Menurut Wheat (1994) dalam LIPI COREMAP II (2005) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Menurut Siti Nurisyah (1998) dalam LIPI COREMAP II (2005) kegiatan wisata bahari ada yang memanfaatkan wilayah pesisir secara langsung dan tidak langsung. jenis-jenis wisata yang secara


(25)

11 langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: berperahu, berenang, snorkling, menyelam, dan memancing. Sedangkan jenis – jenis wisata yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati suasana pantai.

LIPI COREMAP II (2005) memaparkan orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Aspek kultural dan fisik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari.

2.3 Permintaan dan Penawaran Wisata

Menurut Muntasib (2007), permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan masyarakat terhadap wisata sama halnya dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Sedangkan menurut Douglass (1982), yang dimaksud dengan permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat.

Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat


(26)

12 dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan.

Menurut Wahab (1992), penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alamiah, budaya dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu.

Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).

Penawaran pariwisata meliputi seluruh areal tujuan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran ini terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, barang dan jasa hasil ciptaan manusia yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk berwisata. Hal ini sejalan dengan pendapat Gold (1980), bahwa penawaran rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumber daya yang tersedia untuk penggunaan pada waktu tertentu.


(27)

13 2.4 Konsep Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyektif yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya (Rakhmat, 2005).

Surata dalam Tungabdi (1997) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera, dan jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan perbedaan latar belakang sosial dan budaya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuat kesan bagi seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti atau suatu penghargaan terhadap obyek tersebut.

Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (1972) dalam Nurlia (2006) adalah; 1) Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas, dan intensitas, 2) faktor pribadi, termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti tingkat kecerdasan, minat dan emosi, 3) faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arahan suatu tingkah laku yang sesuai, 4) faktor perbedaan latar belakang kultural.


(28)

14 2.5 Konsep Nilai untuk Sumberdaya dan WTP

Secara umum menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu.

Menurut Fauzi (2006) teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Market Values, Hedonic Markets, Travel Cost Method, dan Avertive Behaviour. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada kriteria di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan Choice Experiments. Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.


(29)

15 Sumber: Fauzi (2006)

Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-Market 2.5.1 Travel Cost Method (TCM)

Menurut Fauzi (2006), Travel Cost Method (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru.

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya kriteria melalui pendekatan proxy, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai

Valuasi Non-Market

(Revealed WTP) (Expressed

WTP)

Contingent Valuation

Random Utility Model

Choice Experiments

Hedonic Pricing

Travel Cost


(30)

16 proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable).

Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model.

Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, menurut Fauzi (2006), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni:

1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit)

2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat

3. Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time) 2.5.2 Surplus Konsumen

Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva


(31)

17 penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut Fauzi (2006) dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa (ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau sering juga disebut kurva permintaan Hicks.

Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang (x) yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 3 berikut:

P Surplus Konsumen

Garis Harga

Q Sumber: Djijono (2002)


(32)

18 2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, nilai ekonomi dan surplus konsumen telah dilakukan sebelumnya oleh Dewi (2005), Firandari (2009), dan Lianasari (2012). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan Nilai Ekonomi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan

1 Dewi (2005) Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan

 Fungsi permintaan TSI dalam lima tahun terakhir adalah F5 = 1,887 – 6,148x10-2X1 + 7,473x10-2X2 + 0,906,148x10-2X10 dengan R2 sebesar 61,1%.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor secara nyata pada selang kepercayaan 95% adalah biaya perjalanan, pendapatan dan tempat rekreasi alternatif. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap permintaan TSI, sedangkan pendapatan, tempat rekreasi alternatif dan lama berada di lokasi berpengaruh positif terhadap permintaan.

 Surplus konsumen TSI sebagai tempat rekreasi sebesar Rp 93,71 Milyar per tahun.

2 Firandari (2009)

Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan kemudian nilai ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00 .


(33)

19 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan

3 Lianasari (2012)

Perbandingan

Surplus Konsumen Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung

Faktor yang mempengaruhi permintaan di pantai Mutun Ms Town adalah umur, status pernikahan, pendidikan, dan lama kunjungan. Sedangkan aktor yang mempengaruhi permintaan di Pulau Tangkil adalah biaya perjalanan, jarak, dan lama mengetahui. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pantai Mutun MS Town sebesar Rp 2.764.045,00 sedangkan nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pulau Tangkil sebesar Rp 1.577.320,00.

Penelitian terkait dengan Taman Nasional Ujung Kulon telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan 1 Badi’ah

(2005)

Kajian Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi (Studi Kasus di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten)

Pengelolaan wisata di Taman Nasional Ujung Kulon belum optimal, yang diindikasikan oleh kecilnya jumlah pengunjung dan defisit anggaran pengelolaan wisata. Sumberdaya pesisir dan laut TNUK seperti mangrove, terumbu karang serta kondisi perairannya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan wisata pesisir, bahari dan pulau-pulau kecil. Metode Technology of

Participation (ToP) dapat digunakan untuk

pengelolaan wisata, karena dapat memperbaiki efektifitas organisasi dan membangun rasa memiliki serta komitmen diantara pemangku kepentingan, sehingga mengurangi resistensi stakeholders

terhadap pengelolaan taman nasional. Dengan pendekatan Visitor Experience and

Resources Protection (VERP), Taman

Nasional Ujung Kulon mempunyai tujuh produk wisata pesisir dan bahari yang mempunyai prioritas tinggi untuk dikembangkan yaitu: Hiking, Canoing,

Surfing, Bird Watching,Trecking,

penelitian komunitas hutan mangrove,


(34)

20 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan

2 Miarni (2004)

Kajian Ekologi dan Ekonomi Rumput Laut Alami di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon

Ekosistem rumput laut di muara sungai Ciguha sanpai Tanjung Sodong merupakan komunitas pendukung bagi kehidupan akuatik di laut yaitu sebagai sumber pakan bagi moluska, ikan herbivor dan penyu serta merupakan daerah perlindungan binatang akuatik. Penduduk hanya memetik rumput laut dari jenis Gellium sp, Gracilaria coronopifolia, Eucheuma serra,

Gellidiella aserosa, dan Eucheuma edule

karena merupakan rumput laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena tidak memahami teknologi pascapanen yang baik maka tanpa diolah rumput laut tersebut langsung dijual kepada pengumpul setelah dikeringkan dengan harga yang murah yaitu Rp. 3.500/kg. nilai ekonomi total ekosistem rumput laut di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon adalah Rp. 56.763.420,64/tahun. Sumbangan nilai yang terbesar adalah manfaat langsung ekosistem rumput laut yaitu Rp. 53.222.257,14/tahun, disusul dengan manfaat keberadaan, manfaat pilihan dan manfaat tidak langsung.

2.7 Keterbaruan (novelty) dari Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang terkait dengan permintaan, surplus, dan nilai ekonomi wisata adalah lokasi dan waktu penelitian. Selain itu aspek keterbaruan dari penelitian ini adalah berkaitan dengan konservasi. Terkait dengan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi masih sedikit atau belum ada penelitian yang melihat kontribusi pengembangan wisata alam terhadap kegiatan konservasi di kawasan tersebut. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan mengestimasi apakah pengembangan wisata alam di kawasan konservasi (Taman Nasional) dapat memberikan kontribusi terhadap biaya konservasi.


(35)

21 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Objek Wisata Taman Nasional Ujung Kulon merupakan tempat wisata yang memanfaatkan potensi alam sebagai daya tarik utamanya. Objek wisata tersebut memiliki keindahan alam yang alami, kondisi udara yang segar, panorama pantai yang indah, dan hutan yang mengelilinginya menjadi nilai tambah tersendiri bagi tempat wisata ini. Kegiatan konservasi di TNUK membutuhkan biaya pelaksanaan. Adanya pengembangan wisata alam berbasis ekowisata diharapakan dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK, sehingga prospek pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNUK sangat potensial untuk dilakukan secara berkelanjutan.

Objek wisata di TNUK berhubungan erat dengan pengunjung sehingga sangat penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan wisata, penilaian pengunjung terhadap objek wisata TNUK, surplus konsumen dan tiket optimum yang bersedia dibayar oleh pengunjung. Wisata yang dilakukan oleh pengunjung pada suatu daerah tujuan wisata pasti akan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut dengan biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri atas biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain disamping biaya tiket masuk ke daerah wisata tersebut.

Permintaan wisata selain dipengaruhi oleh biaya perjalanan juga dipengaruh oleh faktor sosial ekonomi pengunjung, seperti total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi


(36)

22 pengunjung yang telah diketahui, kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di TNUK. Jika permintaannya telah diketahui maka akan diketahui nilai ekonomi atau manfaat barang tersebut melalui perhitungan surplus konsumen.

Harga tiket masuk kawasan yang terlalu rendah dapat mengarah kepada open acces, dimana jumlah pengunjung terus meningkat yang dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat mengakibatkan over carrying capacity (Ress, 1996). Penentuan tarif merupakan salah satu upaya dalam membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari terjadinya over carrying capacity dalam jangka panjang. Adapun pengeluaran yang dibayarkan pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya ingin dibayarkan oleh pengunjung sesuai dengan konsep willingness to pay (WTP).

Penetapan tiket optimum berdasarkan WTP atau berdasarkan surplus konsumen dapat pula memberikan kontribusi berupa dana konservasi yang diperlukan untuk kegiatan konservasi di kawasan tersebut (Vanhove, 2005). Besarnya biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi perlu diketahui, yaitu melalui pendekatan alokasi dana untuk kegiatan pengembangan wisata dan kegiatan konservasi yang diberikan pemerintah melalui dana APBN (Statistik BTNUK, 2011). Dana tersebut dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari tiket masuk kawasan wisata untuk mengetahui share/kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK.


(37)

23 Pengelola objek wisata TNUK dalam rangka pembangunan ekowisata juga memiliki rencana pengembangan ekowisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari objek wisata tersebut. Rencana pengembangan wisata oleh pengelola akan lebih bijak jika dapat disinkronkan dengan persepsi dan harapan pengunjung mengenai objek wisata tersebut. Sehingga pengembangan wisata yang akan dilakukan akan dapat bermanfaat baik bagi pengelola, pengunjung, bahkan masyarakat sekitar objek wisata. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam penetapan kebijakan oleh pihak-pihak terkait. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 4.


(38)

24 Keterangan:

Kegiatan Wisata Alam Mendukung Kegiatan Konservasi di TNUK Gambar 4. Kerangka Alur Berpikir

Potensi Nilai Ekonomi wisata TNUK Pengunjung Fungsi permintaan wisata TNUK Analisis Regresi Linier Berganda Penerimaan Tiket Masuk Kawasan TNUK Kontribusi Terhadap Konservasi Persepsi pengunjung

terhadap objek wisata TNUK

Peranan Kegiatan Wisata di TNUK terhadap Kegiatan Konservasi

Analisis Deskriptif Surplus Konsumen WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk TNUK Harga Tiket Optimum Harapan perbaikan fasilitas objek wisata yang diinginkan pengunjung Valuasi Ekonomi

Travel Cost Method

Nilai Ekonomi wisata TNUK Dana Pengembangan Wisata dan Konservasi Dari Pemerintah Taman Nasional Ujung Kulon

Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan

Fungsi Konservasi

Penerimaan Pengelola


(39)

25 IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Lampiran 1). Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kawasan ini berpotensi untuk lebih dikembangkan dan memiliki perkembangan jumlah pengunjung yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir ini. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang digunakan berupa data cross section. Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung kawasan wisata TNUK yang ditemui pada saat penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap petugas dan pengelola objek wisata TNUK.

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang terdiri dari data jumlah pengunjung per tahun, jumlah PNBP dari penerimaan tiket masuk kawasan TNUK, rencana dan realisasi keuangan TNUK, sejarah dan status, luas dan letak lokasi, pembagian zonasi, dan jenis objek wisata. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.


(40)

26 4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan contoh untuk pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling, hal ini karena populasi responden tidak diketahui dengan pasti. Responden pengunjung dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 1999). Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara.

Sedangkan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi yaitu dari jumlah pengunjung yang datang pada waktu yang sama dalam satu tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena waktu dan tempat penelitian. Waktu yang tepat untuk penelitian ini pada saat berlibur dan cuaca yang mendukung. Menurut Arikunto (1987), apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, sedangkan apabila jumlahnya cukup besar dapat diambil 10% - 15% atau 25% - 35%. Dengan demikian secara teoritis jumlah sampel sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi sudah memenuhi ketentuan.

Selain pengunjung, dilakukan wawancara secara mendalam kepada informan (key person), yaitu kepada empat orang dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon yaitu satu orang Kelompok Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Keuangan dan Kerjasama, dan Kepala Resort Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang, satu orang dari WWF, dan Sekretaris Desa Tamanjaya dan Ujung Jaya.


(41)

27 4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1 Mengidentifikasi persepsi

wisatawan mengenai kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon

Data primer: - Wawancara

langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner

Analisis deskriptif kualitatif

2 Menduga fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Taman Nasional Ujung Kulon

Data primer: - Wawancara

langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner

Analisis Regresi Linier Berganda

3 Mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Taman Nasional Ujung Kulon

Data primer: - Wawancara

langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner

Travel Cost Method

4 Mengestimasi harga tiket optimum masuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Data primer: - Wawancara

langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner

Wilingness To Pay

5 Mengetahui sejauhmana kontribusi kegiatan wisata di TNUK terhadap kegiatan konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon

Data Sekunder: -Data jumlah

penerimaan tiket masuk kawasan TNUK

-Data dana pengembangan wisata alam dan kegiatan

konservasi di TNUK

Analisis Deskriptif


(42)

28 4.4.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kategori Fasilitas, Keamanan,

Aksesibiltas, Kebersihan, Dan Keindahan Alam

Persepsi pengunjung terhadap kegiatan wisata yang tengah berlangsung penting untuk diketahui. Persepsi pengunjung dilakukan pada kategori fasilitas, keadaan lingkungan, keamanan, serta aksesibiltas menuju kawasan wisata TNUK. Data tersebut diolah dengan mempersentasikan hasil tersebut kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif, tahap akhir adalah menginterpretasikan data tersebut. Informasi ini akan menjadi acuan dalam pengelolaan kegiatan wisata di TNUK agar upaya perbaikan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas pelayanan dapat lebih terarah dan sesuai harapan. Adapun indikator dari persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas, Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan di Taman Nasional Ujung Kulon

No Kategori Indikator Keterangan

1 Kondisi Fasilitas

Memadai

Tidak Memadai

-Fasilitas wisata terebut ada, jumlahnya memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya baik

-Fasilitas wisata terebut ada, namun jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya buruk

2 Aksesibilitas Mudah Sulit

-kondisi jalan bagus dan banyak angkutan umum menuju kawasan.

-kondisi jalan buruk dan sulit ditemukan angkutan umum menuju kawasan.

3 Keamanan Aman Tidak Aman

-Bebas dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata terjamin

-Rawan dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata tidak terjamin. Sumber: Penulis (2012)


(43)

29

No Kategori Indikator Keterangan

4 Keindahan Alam

Menarik

Cukup Menarik

Tidak Menarik

-Menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah dan jarang ditemukan di tempat lain

-Cukup menarik minat pengunjung untuk berwista di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah tapi banyak ditemukan di tempat lain

-Tidak menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam yang ada biasa saja dan banyak ditemukan di tempat lain

5 Kebersihan Bersih Cukup Bersih Tidak Bersih

-Tidak terdapat sampah yang berserakan -Masih terdapat sampah yang berserakan

namun jumlahnya sedikit -Banyak sampah yang berserakan Sumber: Penulis (2012)

4.4.2 Permintaan Wisata

Morley (1990) mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini mempengaruhi sesorang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuan untuk bepergian, dan pilihan tempat tujuan perjalanan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen) (Juanda, 2009). Menurut Fauzi (2006) pendugaan fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilakukan dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM), yaitu :


(44)

30 Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 +b8X8 + b9X9

+ b10X10 + ei……….(1) Dimana :

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata dalam lima tahun terakhir bi = Koefisien regresi untuk faktor Xi, dimana i = 1,2,3,…..,10

X1 = Biaya perjalanan individu ke objek wisata (Rupiah per kunjungan) (diasumsikan berkorelasi negatif).

X2 = Pendapatan responden (Rupiah per tahun) (diasumsikan berkorelasi positif).

X3 = Tingkat pendidikan responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi positif).

X4 = Umur responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi negatif). X5 = Waktu tempuh (jam) (diasumsikan berkorelasi negatif).

X6 = Besarnya responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif). X7 = Lama di lokasi wisata (hari) (diasumsikan berkorelasi positif). X8 = Lama mengetahui objek wisata (tahun) (diasumsikan berkorelasi

positif).

X9 = Jarak ke objek wisata (km) (diasumsikan berkorelasi negatif). X10 = Tanggungan responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif).

ε = Error term

b1- b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10

Pada regresi linier berganda dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain:

1. Uji Kenormalan

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Hal tersebut dapat dilihat dari normal probability plot dan histogram. Apabila terbentuk kuva normal yang menyerupai bentuk lonceng dalam histogram dan letak titik-titik berada pada garis berbentuk linier dalam dalam normal probability plot, maka asumsi kenormalan terpenuhi. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang dapat dilakukan


(45)

31 adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka tidak terdapat masalah multikolinear.

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Kesalahan yang terjadi tidak random tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Selain itu, heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan metode grafik, uji Park, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quandt, dan white test.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi antar anggota sampel atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu (time series) atau ruang (cross section). Cara untuk mendeteksi autokorelasi dalam analisis regresi berganda adalah dengan uji Durbin-Watson. Jika nilai uji Durbin-Watson berada diantara nilai 1,55 dan 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Firdaus,


(46)

32 2004), atau jika nilai Durbin-Watson berada diantara du – (4-du) maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Gujarati, 2006).

4.4.3 Nilai Ekonomi Wisata

Nilai ekonomi kawasan wisata TNUK diestimasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Setelah mengetahu fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata TNUK. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) surplus konsumen adalah kesenjangan antara utilitas total suatu barang dengan nilai total pasarnya. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula sebagai berikut:

� = �

� ………... (2) Dimana:

N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan

Nilai manfaat total atau nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata TNUK merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata TNUK diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

��= �× �………. (3)

Dimana:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun

SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan TN = Total jumlah pengunjung selama satu tahun


(47)

33 4.4.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK

Nilai WTP pengunjung terhadap kawasan wisata dengan pendekatan surplus konsumen tidak selalu sama dengan nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata TNUK. Oleh karena itu, nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata diestimasi dengan pendekatan willingness to pay (WTP).

Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di kawasan wisata TNUK dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario Wisata alam TNUK masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya karena kawasan ini merupakan kawasan konservasi sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung.

Usaha pengembangan tempat wisata TNUK dan kegiatan konservasi memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan kawasan TNUK. Usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikan harga tiket masuk untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi di TNUK, mengingat tiket masuk yang berlaku saat ini hanya sebesar Rp 2.500. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotesis yang dimaksud.

Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survei ke pengunjung. Tujuan dari survey ini


(48)

34 adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah menggunakan teknik pertanyaan payment card yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban-jawaban untuk dipilih melalui kartu. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993):

EWTP = Wi

n i =1

n ………...…(4)

Dimana:

EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp) Wi = Nilai WTP ke-i (Rp) n = Jumlah responden (orang)

i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata (i=1,2,…,n)


(49)

35 V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32” - 105º37’37” BT dan 06º30’43” - 06º52’17” LS (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TNUK adalah 122.956 Ha yang terdiri dari 78.619 hektar daratan dan 44.337 hektar perairan laut (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009).

Seluruh luas kawasan TNUK dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan untuk memudahkan pengelolaan kawasan tersebut, (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009), pembagian wilayah tersebut yaitu:

1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun.

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Handeuleum yang berkedudukan di Pulau Handeuleum.

3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur yang berkedudukan di Kecamatan Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni.


(50)

36 5.1.1 Zonasi Kawasan TNUK

Sebagaimana dikatakan di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990, bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional Ujung Kulon Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 meliputi zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus (Lampiran 2).

5.1.2 Deskripsi Kawasan Wisata TNUK

Objek wisata TNUK merupakan salah objek wisata yang menarik yang ada di Kabupaten Pandeglang yang menyajikan keindahan alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya karena kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi. Objek wisata TNUK juga bepotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pulau Umang, Anyer, dan Tanjung Lesung yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Suasana yang nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Setiap pengunjung TNUK harus membayar tiket masuk sebesar Rp 2.500 untuk pengunjung nusantara dan Rp 20.000 untuk pengunjung mancanegara.

Selain menawarkan wisata pantai yang indah, objek wisata juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas wisata yang lain yaitu (1) Snorkling dan Diving di Ciharashas dan Cihandarusa, (2) Surfing di Legon Bajo, (3) tracking ke Karang Copong, Citerjun, dan tanjung layar, (4) melihat Banteng di padang


(51)

37 penggembalaan Cidaon, (5) Canoing di sungai Cigenter, (6) Penelitian dan Wildlife Viewing di sekitar Cigenter, dan (7) Ziarah ke Gua Sanghyang sirah.

Walaupun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi objek wisata TNUK namun aksesibilitas yang sulit dan sebagian jalan yang rusak membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, jasa travel atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum kita harus menggunakan bis jurusan Jakarta/Kalideres-Labuan atau Jakarta/Kp. Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan-Sumur-Tamanjaya (Lampiran 3). Perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Rute perjalanan laut menuju objek wisata TNUK bisa dilihat pada Lampiran 3.

Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan objek wisata TNUK antara lain :

1. Kantor pusat informasi dan pelayanan di Resort Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum

2. Penginapan tipe Flora A, Flora B, Fauna, dan Bivak di Resort Pulau Peucang 3. Penginapan di Resort Pulau Handeuleum

4. Dermaga untuk bersandarnya kapal kecil, speed boat atau long boat di Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum

5. Shelter atau saung yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam


(52)

38 6. Koperasi Badak diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli peralatan

mandi, makanan ringan, minuman dan kenang-kenangan dari TNUK 7. Sedangkan fasilitas lainnya yaitu, mushola, kantor petugas, dan MCK 5.1.3 Obyek Wisata TNUK

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikannya. Semuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk Anda kunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain. Beberapa objek wisata yang ada di TNUK antara lain: 1. Pulau Peucang

Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang banyak dikunjungi para pengunjung. Bahkan karena keindahannya, beberapa pengunjung menjuluki pulau ini sebagai ”Dream Island”. Pulau seluas 450 Ha ini memiliki laut dengan gugusan karang dan kehidupan bawah laut yang indah sehingga sangat sesuai untuk kegiatan snorkeling dan diving. Selain itu di pulau ini, kita pun dapat bercengkrama dengan rusa (Russa timorensis) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang banyak berkeliaran. Fasilitas wisata yang dapat dijumpai di pulau ini antara lain penginapan dan visitor centre. Pulau ini terdapat sebuah batu karang mati besar yaitu Karang Copong yang terdapat di pulau Peucang bagian Utara. Selain tracking ke Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sunset dengan latar belakang laut yang membentang indah. Melalui pulau ini kita dapat menuju lokasi wisata yang menarik lainnya seperti padang penggembalaan Cidaon dan Air terjun Citerjun. Pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 5


(53)

39 Sumber: Data Primer (2012)

Gambar 5. Panorama Pantai Pulau Peucang 2. Padang Penggembalaan Cidaon

Kegiatan ini dilakukan dengan tracking dari Cidaon ke Cibunar, yang merupakan hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah yang masih alami. Sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung dapat menemui berbagai macam burung dan vegetasi pakan Badak. tracking ini merupakan perjalanan dari pantai utara menembus pantai selatan dengan perbedaan karakteristik yang menarik. Setelah sampai di padang penggembalaan Cibunar, pengunjung dapat menikmati atraksi kumpulan Banteng yang sedang merumput. Padang penggembalaan Cidaon dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: BTNUK (2009)

Gambar 6. Padang Penggembalaan Cidaon 3. Gua Sanghyangsirah

Gua Sanghyangsirah terletak di bagian barat Semenanjung Ujung Kulon. Setiap tahunnya terutama bulan Maulid dan Muharram tahun hijriyah, gua ini


(54)

40 banyak dikunjungi para peziarah. Keberadaan Gua ini sangat erat dengan mitos dan legenda perjalanan hidup Kiansantang yang hidup pada masa Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran. Gua Sanghyangsirah dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Data Primer (2012) Gambar 7. Gua Sanghyang Sirah 4. Pantai Selatan

Kawasan ini membentang sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar. Kawasan ini sangat tepat bagi pengunjung yang menyukai tracking, karena disamping areal perjalanan yang panjangnya kurang lebih delapan jam perjalanan, juga terdapat berbagai tantangan yang bervariasi. Sepanjang perjalanan tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam pantai selatan yang indah. Panorama pantai selatan di TNUK dapat dilihat pada Gambar 8.

:

Sumber: Data Primer (2012)


(55)

41 5. Kepulauan Handeuleum

Kepulauan Handeuleum terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Handeuleum besar, Handeuleum Tengah dan Handeuleum Kecil. Kekayaan jenis yang ada di ketiga pulau ini sangat beragam. Selain jenis-jenis mangrove, di ekosistem ini terdapat banyak burung, reptil, jenis-jenis biota air payau seperti udang dan kepiting bakau. Selain itu di kepulauan ini terdapat pula sungai-sungai seperti sungai Cigenter yang dapat disusuri dengan berkano (Canoeing).

Pengunjung dapat bermalam di pulau Handeuleum, kemudian pada pagi hari berkano menyusuri sungai-sungai yang mengalir diantara pulau-pulau sangat kecil di Handeuleum. Selama berkano, pengunjung dapat mengamati kehidupan liar pada hutan pantai dan hutan mangrove seperti burung, ikan, kepiting bakau, ular dan lain sebagainya Canoeing di sungai Cigenter dapat dilihat pada Gambar 9

Sumber: Data Primer (2012)

Gambar 9. Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter 6. Pulau Panaitan

Pulau Panaitan terletak di sebelah barat laut pulau Peucang. Pulau seluas 17.500 Ha ini memiliki beberapa tempat diving seperti Legon Lentah dan Legon Kadam di Pantai Utara serta Legon Samadang dan Karang Jajar di Pantai Selatan pulau ini. Selain itu terdapat pula lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan surfing antara lain di bagian dalam teluk Kasuaris. Lokasi ini menjadi favorit para surfer


(56)

42 karena ombaknya yang cukup besar. Kegiatan surfing di Pulau Panaitan dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber: BTNUK (2009)

Gambar 10. Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan 7. Habitat Owa Jawa Curug Cikacang

Curug Cikacang merupakan salah satu habitat Owa Jawa. Daerah ini dikelilingi oleh hutan primer dan hutan sekunder sehingga sering dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan penelitian yang sering dilakukan adalah pengamatan primata, pengamatan burung, dan penelitian berbagai macam tanaman obat. Curug Cikacang di TNUK dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber: Negoro (2011)


(1)

89 Lampiran 12.Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata

TNUK dengan Teknik Stepwise

Model 1 2 3 4 5

Constant -0,34034 -0,20986 0,19823 0,05105 0,21182 X1 -0,00000 -0,00000 -0,00000 -0,00000 -0,00000 T-Value -1,24 -1,26 -1,24 -1,13 -1,30 P-Value 0,230 0,223 0,230 0,272 0,205

X2 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000

T-Value 1,44 1,52 1,80 2,08 2,15 P-Value 0,165 0,144**** 0,085 *** 0,050 ** 0,042**

X3 0,037 0,033 0,024

T-Value 0,65 0,64 0,56

P-Value 0,523 0,527 0,582

X4 0,028 0,028 0,029 0,029 0,027

T-Value 2,49 2,55 2,69 2,73 2,69 P-Value 0,022** 0,019** 0,014** 0,012 ** 0,013**

X5 0,016 0,015 0,014 0,014

T-Value 0,65 0,64 0,63 0,64 P-Value 0,524 0,529 0,538 0,530

X6 -0,003 -0,004

T-Value -0,23 -0,34

P-Value 0,819 0,737

X7 0,02

T-Value 0,18


(2)

90

Model 1 2 3 4 5

Constant -0,34034 -0,20986 0,19823 0,05105 0,21182

X8 0,035 0,034 0,035 0,038 0,039

T-Value 1,58 1,62 1,73 1,96 2,01 P-Value 0,130**** 0,121*** 0,099*** 0,063*** 0,057*** X9 0,00072 0,00072 0,00069 0,00064 0,00082

T-Value 1,46 1,50 1,50 1,44 2,36

P-Value 0,160 0,148****

0,149

**** 0,164 **** 0,027** X10 -0,261 -0,260 -0,254 -0,241 -0,241 T-Value -3,47 -3,55 -3,67 -3,74 -3,79 P-Value 0,003* 0,002 * 0,001 * 0,001* 0,001* S 0,386 0,376 0,368 0,363 0,358 R-Sq 64,05 63,98 63,77 63,24 62,56 R-Sq(adj) 11,0 47,78 49,97 51,54 52,79

Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)

Keterangan:  = nyata pada taraf 1%

 = nyata pada taraf 5%

 = nyata pada taraf 10%  = nyata pada taraf 15%


(3)

91 Lampiran 13. Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata

TNUK Harga Tiket Masuk Kawasan TNUK

Jenis PNBP Satuan WNI WNA

Tiket Masuk Kawasan Orang Rp 2.500 Rp 20.000

Tiket Masuk Kendaraan Air 1. Kapal Motor < 41 PK 2. Kapal Motor 41 s/d 80 PK 3. Kapal Motor > 80 PK

Buah Buah Buah Rp 50.000 Rp 75.000 Rp 100.000 Tiket Masuk untuk Penelitian

1. Penelitian 1-15 hari 2. Penelitian 6-30 hari 3. Penelitian 1-6 bulan 4. Penelitian 6-12 bulan 5. Penelitian > 1 tahun

Orang Orang Orang Orang Orang Rp 45.000 Rp 75.000 Rp 125.000 Rp 200.000 Rp 250.000 Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 400.000 Rp 600.000 Rp 800.000 Pungutan Kegiatan Pengambilan

Gambar

1. Film Komersial 2. Video Komersial 3. Handycam 4. Foto Sekali Masuk Dok. Cerita Buah Buah Rp 2.000.000 Rp 1.500.000 Rp 15.000 Rp 5.000 Rp 3.000.000 Rp 2.500.000 Rp 150.000 Rp 5.000 Pungutan Kegiatan Olahraga atau

Rekreasi Alam Bebas 1. Menyelam 2. Snorkeling 3. Berkemah 4. Kano 5. Selancar Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Rp 50.000 Rp 40.000 Rp 20.000 Rp 25.000 Rp 10.000 Rp 75.000 Rp 60.000 Rp 30.000 Rp 40.000 Rp 60.000

Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012), BerdasarkanPemberlakuan PP No. 59 Th. 1998 tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Paket Tour Wisata di TNUK

Jenis Paket Harga/Orang Penyeberangan

1. Sunset Viewing di Karang Copong

2. Padang Penggembalaan Banten di Cidaon

3. Wisata Arkeologi (Mercusuar) di Cibom-Tanjung Layar 4. Snorkeling di Citerjun

5. Sunset Viewing di Ciujung Kulon

6. Canoing di Pulau Handeuleum

Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 50.000

Rp 150.000/6 Orang Rp 250.000/6 Orang Rp 150.000/6 Orang Rp 150.000/6 Orang Rp 100.000/5 Orang


(4)

92 Lampiran 14. Fasilitas yang Terdapat di Kawasan TNUK

1. Gazebo di Tepi Pantai P. Peucang 5. Dermaga P. Peucang

2. Pusat Informasi di P. Peucang 6. Pusat Informasi di P. Handeuleum

3. Penginapan Tipe Fauna di P. Peucang 7. Penginapan Tipe Flora di P. Peucang


(5)

93 Lampiran 15. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di TNUK

1. Suasana Tracking ke Pantai Ciramea 4. Suasana Tracking ke Karang Copong

2. Suasana Tracking ke Gua Sanghyang Sirah 5. Suasana Sunset di Karang Copong

3. 4.


(6)

94 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 21 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Eman Suherman dan Ibu Nining Nurnaningsih.

Penulis memulai pendidikan di TK PGRI di Pandeglang (1994-1996). Penulis meneruskan jenjang pendidikan formal dimulai dari SDN Sukajadi 2 (1996-2002); MTs Modern Al-Mizan Rangkasbitung (2002-2005); SMAN 6 Pandeglang (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Public Relationship HIMPRO REESA tahun 2008/ 2009, anggota Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB), dan sebagai Anggota Keluarga Mahasiswa Banten (KMB).