4. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui
forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat.
5. Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anak-anaknya: mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati.
Pada dasarnya kepemimpinan semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk tumbuh menjadi dewasa dan
lebih bertanggung jawab.
6. Kepemimpinan KarismatiB
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolah-olah dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar
biasa, sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya: Gandhi, J.F.Kennedy dan
Khomeini. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum yang berlaku.
3. Keterbatasan Kepemimpinan
Pemimpin yang menginginkan keberhasilan dalam mewujudkan kepemimpinannya, harus menyadari bahwa dirinya dan orang yang
Universitas Sumatera Utara
dipimpinnya, adalah manusia. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan yang melekat dalam hakikat penciptaannya. Kelemahan -
kelemahan itu mengakibatkan keterbatasan dalam merealisasikan kepemimpinannya. Keterbatasan - keterbatasan itu antara lain:
1 Keterbatasan Manusiawi Manusia lahir ke muka bumi sebagai makhluk yang tidak sempurna.
Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan yang melekat di dalam hakekat penciptaannya. Tidak ada seorang pun manusia yang berkesempatan
menjadi pemimpin dapat melepaskan diri dari kelemahan yang bersifat universal dan kodrati. Kelemahan-kelemahan tersebut mengakibatkan
keterbatasan dalam merealisasikan kepemimpinannya. Keterbatasan- keterbatasan itu terdiri dari:
A. Keterbatasan NormatifSpiritual Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud jika seorang
pemimpin mampu menyesuaikan diri dengan berbagai norma yang berlaku di lingkungan masyarakat, khususnya yang tumbuh dan berkembang di
dalam organisasinya sendiri. Penyesuaian diri itu berarti juga setiap pemimpin memiliki keterbatasan normatifspititual dalam mewujudkan
kepemmpinannya. Setiap perilakunya dalam menjalankan kepemimpinan dituntut agar tidak menyimpang atau bertentangan dengan semua norma-
norma tersebut.
Universitas Sumatera Utara
B. Keterbatasan Fisik Jasmaniah Keterbatasan ini dikarenakan kondisi fisik setiap orang berbeda-
beda. Energi fisik itu mengalami kondisi stabil dalam jangka waktu tertentu. Fisik seorang pemimpin yang masih muda dan yang sudah tua
jelas berbeda. Selain itu, fisik manusia dapat letih, sakit, memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Kondisi fisik yang seperti itu adalah gejala
wajar dan bersifat manusiawi. Dengan kata lain, secara manusiawi kondisi tubuh manusia sejak diciptakan telah dibekali dengan berbagai kelemahan,
yang membatasi kegiatan kepemimpinan. Kondisi diri dan anggota kelompoknya sebagai manusia yang memiliki berbagai kelemahan, harus
mendapat perhatian dan diperhitungkan oleh setiap pemimpin dan kesadaran bahwa keterbatasan fisik itu pasti datang, seharusnya
memberikan dorongan yang besar untuk berkarya semasa organ tubuh berada dalam kondisi normal.
2 Keterbatasan Administratif Keterbatasan ini bersumber dari dalam kelompokorganisasi sebagai
wadah kerja sama untuk mewujudkan kepentingan bersama yang disebut tujuan organisasi. Keterbatasan ini berbentuk berkurangnya peluang untuk
mewujudkan kepemimpinan, karena berbagai kondisi organisasi yang demi kebersamaan tidak boleh dan tidak dapat dilampaui. Dalam kebersamaan itu
tidak semua kemauan, kehendak, gagasan, pendapat, rencana, kreativitas dari seorang pimpinan dapat dilaksanakan secara bebas. Dengan kata lain,
kepemimpinan dibatasi oleh berbagai kondisi yang terdapat di dalam
Universitas Sumatera Utara
pengendalian proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena kegiatan pengendalian itu disebut administrasi, maka keterbatasan ini disebut
juga keterbatasan administratif.
4. Hak-hak asasi manusia dalam kepemimpinan