BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan Uji-F, secara serempak simultan jam kerja dan jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja karyawan pada PT Karya Tanah Subur Medan.
2. Berdasarkan uji-t jam kerja secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap stress kerja dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja pada PT
Karya Tanah Subur Medan. 3.
Dari hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,856 hal ini berarti 85,6 variabel stress kerja dapat dijelaskan
oleh variabel jam kerja dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sedangkan sisanya sebesar 14,4 dapat dijelaskan oleh varaibel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini seperti gaji, kompensasi, dan sebagainya
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut :
1. Jam kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap stress
kerja, oleh karena itu perusahaan disarankan untuk menjaga jam kerja sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
2. Jaminan keselamtan dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap stress kerja, oleh karena itu perusahaan disarankan meningkatkan jaminan keselamatan dan kesehatan terhadap seluruh
pegawai yang terdaftar diperusahaan. 3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat terus mengembangkan penelitian ini. Penelitian menggunakan dua variabel bebas jam kerja dan
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengukur stress kerja, dan keduanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja, dan
memiliki pengaruh yang cukup besar. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengganti variabel dalam penelitian dengan variabel misalnya gaji,
kompensasi, dan lain-lain sehingga dapat mengukur stress kerja secara lebih mendalam agar dapat menciptakan temuan baru di bidang stress
kerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jam Kerja
2.1.1. Pengertian Jam Kerja
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari danatau malam hari. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akan
datang merupakan langkah-langkah memperbaiki pengurusan waktu. Apabila perencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikan
panduan untuk menentukan bahwa usaha yang dijalankan adalah selaras dengan sasaran yang ingin dicapai.Dengan adanya pengurusan kegiatan-kegiatan yang
hendak dibuat, sesorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya Su’ud, 2007:132.
Menurut Komaruddin2006 : 235 analisa jam kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Jam kerja merupakan bagian paling umum yang harus ada pada sebuah
perusahaan. Jam kerja karyawan umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan berdasarkan kebutuhan perusahaan , peraturan pemerintah, kemampuan karyawan
bersangkutan. Menurut Darmawan 2006:525,timework upah menurut waktu adalah
suatu sistem penentuan upah yang dibayar menurut lamanya jangka waktu yang terpakai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya per hari, per jam, per
minggu, per bulan, dan lain lain. Menurut Ghani 2003:61 terdapat aturan tentang
Universitas Sumatera Utara
batasan waktu kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat , serta kompensasi pelampauan dari ketentuan tersebut.
Menurut Su’ud 2007:131, ada kaitan antara psikologi dan pekerjaan. Pekerjaan pada tingkat bawahan merasakan gaji yang dibayar adalah untuk
membeli waktu mereka.Bagaimanapun, pihak pengurusan pada organisasi besar mencoba mengadakan kebebasan waktu bekerja kepada pekerjaan bagian
atasan.Cara ini didapati menimbulkan tanggung jawab akibat desakan waktu dan memberikan pencapaian prestasi kerja yang lebih baik.
Menurut Su’ud 2007:134 mendukung pandangan ini dengan mengaitkannya dengan aplikasi administrasi bahwa sistem file yang baik dan
mempunyai tempat penyimpanan semua hal-hal yang ada sangkut paut dengan keperluannya adalah suatu cara untuk menjadi lebih teratur. Susunan kegiatan
yang teratur adalah kunci pengurusan waktu kerja yang baik.
2.1.2. Pengaturan Jam Kerja
Menurut Kosasih 2009:124 menyatakan bahwa pengaturan waktu termasuk dalam perencanaan tenaga kerja yang berkenaan dengan jadwal kerja
dan jumlah tenaga kerja yang akan dipertahankan. Dalam menentukan jadwal kerja, perusahaan terikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO
International Labor Organizational yang menetapkan perusahaan memperkerjakan pegawainya selama 40 jamminggu.Bank atau perkantoran
lainnya, waktu kerjanya siang hari selama 8 jam dengan istirahat 1 jam pukul 08.00 - pukul 16.00 kalau lebih dari 40 jam, maka kelebihan itu harus
dimasukkan sebagai lembur overtime dan hari sabtu hanya setengah hari.Jumlah
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja yang dipekerjakan tergantung kepada keperluan, ada yang mengikuti permintaan pasar atau memelihara tenaga kerja yang konstan.Dua-duanya
menimbulkan konsekwensi terhadap biaya tenaga kerja labor cost. Untuk tenaga kerja yang didasarkan pada permintaan produk akan cenderung menjadi biaya
tenaga kerja yang bersifat variabel variabel cost, sedangkan kebijaksanaan untuk
tenaga kerja yang konstan cenderung menjadi biaya hidup fixed cost.
Menurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan 85.Pasal 77 ayat 1, UU No.132003
mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur pasal 77 ayat 2, UU No. 132003 yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu. 2.
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu
Pasal 78 ayat 1, UU No.132003 mewajibkan pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 2
harus memenuhi syarat: 1.
Ada persetujuan perkerjaburuh yang bersangkutan 2.
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.
Pasal 79 ayat 1 dan 2, UU No.132003 pengusaha wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja atau buruh, meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 empat jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
2. Istirahat mingguan 1 satu hari untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu
minggu atau 2 dua hari untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu; 3.
Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 dua belas hari kerja setelah pekerjaburuh yang bersangkutan bekerja selama 12 dua belas bulan
secara terus menerus; 4.
Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 satu bulan bagi
pekerjaburuh yang telah bekerja selama 6 enam tahun secara terus- menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerjaburuh
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 dua tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
enam tahun. Menurut Su’ud 2007:134 kriteria–kriteria pengurusan waktu kerja yang
efektif sebagai berikut: 1.
Memahami sepenuhnya pekerjaan yang akan di laksanakan 2.
Memberi keutamaan kerja menurut kepentingan 3.
Mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan yang banyak 4.
Mengawasi masalah berulah supaya tidak terjadi lagi 5.
Menetapkan masa selesainya pekerjaan 6.
Kegiatan yang tidak perlu supaya segera disingkirkan
Universitas Sumatera Utara
7. Senantiasa menyadari nilai waktu dalam setiap perkerjaan yang dikerjakan
8. Mencatat hal-hal yang perlu dikerjakan di masa depan
9. Membentuk daftar penggunaan waktu kerja
10. Menilai keberhasilan kerja berdasarkan objektif pekerjaan
11. Mempunyai system arsip penyimpanan informasi yang lengkap
Menurut Su’ud 2007:137,kriteria penggunaan waktu kerja yang efektif sebagai berikut:
1. Membiasakan diri dengan metode penggunaan waktu yang efektif
2. Semasa rapat-rapat yang diadakan supaya mencoba membuat kesimpulan
tentang: a.
Masalah-masalah yang dibicarakan b.
Keputusan-keputusan yang dibuat c.
anggung jawab yang diberikan 3.
Yakin dalam membuat keputusan 4.
Menggunakan waktu senggang untuk menyiapkan pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai
5. Mengatur hal-hal yang hendak dikerjakan sebelumnya memulai suatu
kunjungan atau perjalanan 6.
Melibatkan pemimpin setempat dalam kegiatan-kegiatan yang dijalankan. 7.
Menggunakan sumber yang tersedia untuk menjalankan kerja 8.
Mengkoordinir masa, waktu kegiatan dijalankan.
2.2. Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja K3
2.2.1. Pengertian Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja K3
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mathis dan Jackson 2002:245, Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan.Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.Menurut Mathis dan Jackson
2006:412, Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan
mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan
aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.
Menurut Yuli
2005:209,menyatakan bahwa setiap perusahaan
mempunyai tugas ganda yakni disamping memperoleh profit bagi perusahaan juga mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan intern perusahaan.
Lingkungan internal perusahaan antara lain adanya jaminan keamanan dalam bekerja dan upah yang layak. Bila hal ini telah dapat dicapai maka akan
memberikan peluang bisnis ke depan yang lebih baik sehingga perusahaan akan lebih survive dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Menurut Husni 2005:139, bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 melindungi pekerjaburuh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut
dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi
dan juga bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan
Universitas Sumatera Utara
masalah.Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi.
Menurut Yuli2005:214, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut : 1.
Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim. 5.
Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan. 7.
Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu
program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
Program Jamsostek lahir dan dilegitimasi dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 yang meliputi :
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jamsostek merupakan instrumen atau alat untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada karyawan. Program Jamsostek
harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila dilanggar.
Menurut Husni 2005 : 131 dalam pasal 86 ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerja buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas : a.
Keselamatan dan kesehatan kerja b.
Moral dan kesusilaan c.
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Berdasarkan upaya yuridis formil yang dijabarkan melalui pasal-pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aturan penyelenggaraan K3 pada hakikatnya
adalah pengadaan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan bahaya kecelakaan sehingga potensi bahaya dapat dieliminir. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan
sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja perusahaan. Tempat kerja adalah setiap tempat yang
didalamnya terdapat 3 tiga unsur, yaitu : 1.
Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha sosial.
2. Adanya sumber bahaya.
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus
maupun hanya sewaktu-waktu. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena didalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang- undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya ; hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja.Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.Yang
dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak
peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni 2005:133adalah :
1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2.2.2. Tujuan Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja K3
Tujuan utama dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk sedapat mungkin memberikan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan
dan untuk melindungi sumber daya manusia. MenurutYuli 2005:213, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidupnya 2.
Menjamin keselamatan kerja dari setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Menggunakan sumber-sumber produksi dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Sedangkan menurut Mangkunegara2009:162tujuan keamanan dan
kesehatan kerja yaitu meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keamanan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai. 5.
Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.2.3.Faktor-Faktor Yang MempengaruhiJaminan Keselamatan Kesehatan Kerja K3
Sebelum menguraikan usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja maka akan diuraikan mengenai penyebab terjadinya kecelakaan
kerja. Menurut Mangkunegara 2001:162 terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Keadaan tempat lingkungan kerja yang terdiri dari: 1.
Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pengaturan udara yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik ruang kerja yang kotor,
berdebu dan berbau tidak en ak 2.
Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. c. Pengaturan penerangan yang terdiri dari:
1. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat
2. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
d. Pemakaian peralatan yang terdiri dari: 1.
Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. 2.
Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik. e. Kondisi fisik dan mental pegawai yang terdiri dari:
1. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil
2. Emosi pegawai tidak stabil, kepribadian pegawai rapuh, cara berfikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai ceroboh, kurang cermat dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya.
2.2.3. IndikatorJaminan Keselataman dan Kesehatan kerja
Menurut Sunyoto 2013:240menyebutkan bahwa indikator dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan.
3. Perlengkapan.
4. Prosedur.
5. Tempat penyimpanan barang.
Universitas Sumatera Utara
6. Wewenang pekerjaan.
7. Kelalaian.
MenurutMenurut Mathis dan Jackson2002:259program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif biasanya terdiri dari :
a. Tanggung jawab dan komitmen perusahaan
b. Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja
c. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja
d. Komite keselamatan kerja0
e. Inspeksi, penyelidikan kecelakaan kerja, dan riset
f. Evaluasi terhadap usaha-usaha keselamatan kerja
2.3. Stres Kerja 2.3.1. Pengertian Stres Kerja
Menurut Mathis dan Jackson 2002: 22Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang.
Menurut Robbins 2006:3 menyatakan bahwa stres adalah kondisi dinamik yang di dalamnya individu menghadapi peluang, kendala constraints
atau tuntutan demands yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Secara lebih
khusus, stres terkait dengan kendala dan tuntutan. Kendala adalah kekuatan yang mencegah individu dari melakukan apa yang sangat diinginkan sedangkan
tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan.Menurut Yager
Universitas Sumatera Utara
2004:132 karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu orang yang selalu ingin sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki kemampuan
mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani. Karyawan lain dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya kecanduan
alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Menurut Fathoni 2006:176mengatakan bahwa jam kerja sebagai faktor
penyebab stres kerja dengan mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab stres kerja karyawan antara lain:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar
3. Waktu dan peralatan yang kurang
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja
5. Balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah kerluarga.
MenurutNurhendar 2007:5“Stres adalah suatu tanggapan adaptif, dibatasi oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap
kegiatan lingkungan, situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang”.
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Menurut Robbins 2006:105menyatakan ada beberapa penyebab stres dalam pekerjaan, yaitu :
1. Faktor Lingkungan Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi,
ketidakpastian politis, ketidakpastian teknologis
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Organisasi tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan antar
pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tingkat hidup organisasi
3. Faktor Individual isu keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik
kepribadian yang intern Menurut Handoko 2008: 201, mengatakan “ada dua kategori penyebab
stress, yaitu Stress on the job dan Stress of the job”. Berikut ini penjelasannya :
a. Stress on the job
Adalah suatu kondisi dimana pegawai mengalami suatu tekanan dalam melaksanakan pekerjaannya. Penyebab stress on the job, adalah:
1 Beban kerja yang berlebihan 2 Tekanan atau desakan waktu
3 Kualitas supervisi yang jelek 4 Iklim politis yang tidak aman
5 Wewenang yang tidak mencukup untuk melaksanakan tanggung jawab 6 Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan pegawai
7 Konflik antara pribadi dan antar kelompok 8 Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
9 Kemenduaan peran role ambiguity 10 Berbagai bentuk perubahan
11 Frustasi b. Stress of the job
Universitas Sumatera Utara
Adalah suatu kondisi dimana pegawai mengalami suatu tekanan dari luar pekerjaannya. Penyebabnya adalah:
1 Kekhawatiran finansial 2 Masalah-masalah fisik
3 Masalah-masalah perkawinan misal, perceraian 4 Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
5 Masalah-masalah pribadi lainnya misalnya, kematian sanak saudara Penyebab stress di tempat kerja dibagi menjadi 4 kategori, menurut
Gibson Ivanevich, 2003:72yaitu : a.
Stressor lingkungan fisik Penyebab-penyebab stress yang bersifat lingkungan fisik sering disebut
stressor kerah biru blue-collar stressors karena mereka lebih merupakan masalah di dalam pekerjaan pekerjaan kasar, misalnya saja mengenai
masalah pencahayaan, suhu, udara, dan lain-lain. b.
Stressor individual Penyebab-penyebab stress pada tingkat individual diantaranya mengenai
masalah konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebihan, tanggung jawab dan kondisi kerja.
c. Stressor kelompok
Koefisien setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompokkelompok, karakteristik kelompok dapat menjadi stressor kuat
bagi beberapa individu. Penyebab stress pada tingkat kelompok,
Universitas Sumatera Utara
diantaranya mengenai hubungan yang buruk antara bawahan dengan atasan dan antara teman sekerja.
d. Stressor organisasional
Penyebab-penyebab stress pada tingkat organisasional diantaranya masalah desain struktur kerja yang jelek, kondisi politik yang buruk dan
sebagainya
2.3.3. Indikator Stres Kerja
Indikator-indikator stress kerja menurut Robbins 2006:105yaiu: 1.
Indikator pada psikologis, meliputi : a
Cepat tersinggung. b
Tidak komunikatif. c
Banyak melamun. d
Lelah mental. 2.
Indkator pada fisik, meliputi : a
Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah. b
Mudah lelah secara fisik.. c
Pusing kepala. d
Problem tidur kebanyakan atau kekurangan tidur. 3.
Indikator pada prilaku, meliputi : a
Merokok Berlebihan b
Menunda atau menghindari pekerjaan. c
Perilaku sabotase. d
Perilaku
makan yang tidak normal kebanyakan atau kekurangan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu No
Peneliti Jurnal
Penelitian Variabel
Hasil Penelitian
1
Syed Mubasher,
Hussain Naqvi,
Muhamma dAsif
Khan, AftabQadir
Kant, Shabana
Nawaz Khan
2013 Job stress and
employees’ productivity:
case of azad kashmir public
health sector Lack of financial
rewards, Inflexibility in
work hours, personal issues,
Low control over the work
environment and management
system independen
variabel Job stress,
Employees’ productivity
dependen variabel
Lack of financial rewards, Inflexibility
in work hours, Personal issues, Low
control over the work environment and
Bureaucratic management system
are negatively correlated with
employees’ productivity while
lack of financial rewards contributed
more in creating job stress among the
public health sector employees.TheAJK
government and ministry of health
required to devise employee oriented
policies to magnify the productivity and to
mitigate the job stress among the public
health sector employees.
2
Sari, Amelia
Kartika 2013
Pengaruh jam kerja dan disiplin
kerja terhadap stres kerja
karyawan PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Iikandar
Muda Medan.
Jam kerja, disiplin kerja
variabel bebas stress
kerjavariabel terikat
Hasil uji parsial uji-t bahwa jam kerja dan
disiplin kerja berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap stress kerja
karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Iskandar Muda.Jember.
Universitas Sumatera Utara
Sambungan hal 19
3
Nasution, Verenny
Damayanti 2012
Pengaruh jam kerja dan jaminan
keamanan kerja terhadap stres kerja
karyawan pada PT. Kuala Jaya Samudra
Kuala Tanjung. Jam kerja,
jaminan keamanan kerja
variabel bebas Stress kerja
Variabel terikat
Hasil penelitiannya
membuktikan bahwa jam kerja
dan jaminan keamanan kerja
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap stres
kerja karyawan.
4
Amanda S. Bell,
Rajendran Diana,
Theiler Stephen
2012 Job stress, wellbeing,
work-life balance and work-life conflict
among australian academics
Job Stress; Academics;
Wellbeing. independent
variabel Work-life
balance and work-life
conflict variabel
dependen Perceived job
threat-typestress made a stronger
contribution and was a significant
predictor of work- life balance and
work-life conflict scores, than
perceived job pressure-type
stress.
5 Kurniawan
2009 Pengaruh program
keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kinerja karyawan
Program keselamatan,
program kesehatan kerja.
variabel bebas Kinerja
karyawan variabel
terikat Hasil uji t dapat
membuktikan bahwa variabel
pelaksanaan program
keselamtan kerja X1 dan
pelaksanaan program
kesehatan kerja X2 secara
parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja para karyawan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual