31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambar Umum Kota Medan 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian
Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kotanegara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951,
Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan
dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21
September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 tiga kali lipat. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi
Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951
Universitas Sumatera Utara
32
yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul
keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 tiga kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha
yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1402271PUOD tanggal 5 Mei 1986 dimana Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan yang dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.
Berdasarkan data BPS Kota Medan 2014 menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki luas wilayah mencapai 265,10 km
2
dan kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan dengan luas wilayah
sebesar 36,67 km² dengan persentase mencapai 13,83 dari luas wilayah Kota Medan. Sedangkan untuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah sebesar 2,98 km
2
atau hanya
Universitas Sumatera Utara
33
sekitar 1,13 dari luas wilayah Kota Medan. Berikut ini adalah luas wilayah masing-masing kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Jumlah Lingkungan
Luas km
2
Presentase 1.
9 75
20,68 7,80
9 2.
6 81
14,58 5,50
6 3.
7 77
11,19 4,22
7 4.
6 82
9,05 3,41
6 5.
12 172
5,52 2,08
12 6.
12 146
5,27 1,99
12 7.
6 66
2,98 1,13
6 8.
5 46
9,01 3,40
5 9.
6 64
5,84 2,20
6 10.
6 63
12,81 4,83
6 11.
6 88
15,44 5,83
6 12.
7 88
13,16 4,97
7 13.
7 69
6,82 2,57
7 14.
6 98
5,33 2,01
6 15.
11 128
7,76 2,93
11 16.
9 128
4,09 1,54
9 17.
7 95
7,99 3,01
7 18.
6 105
20,84 7,86
6 19.
6 99
36,67 13,83
6 20.
5 88
23,82 8,99
5 21.
6 143
26,25 9,90
6 151
2.001 265,10
100 151
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2014
Sementara itu, secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10
km
2
. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai
penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Disamping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
34
- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
4.1.2 Kondisi Demografis
Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat
istiadat.Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan saling
toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi.Kondisi ini menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat Kota Medan memiliki sifat
keterbukaan dan siap menerima perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan data BPS Kota Medan, jumlah penduduk Kota Medan telah
mencapai 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 dan menempatkan Kota Medan pada posisi pertama dalam hal jumlah penduduk terbanyak dari seluruh
kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari data BPS tersebut, baik secara absolut maupun relatif yang dilihat dari laju
pertumbuhan penduduk terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Medan terus bertambah selama kurun waktu 2000 - 2014. Pada tahun 2000, jumlah
penduduk Kota Medan sebesar 1.905.587 jiwa dan meningkat secara absolut menjadi 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 atau mengalami pertumbuhan rata-
rata pertahun sebesar 1,01 persen. Namun dilihat dari laju pertumbuhannya, perkembangan penduduk Kota Medan selama kurun waktu 2000 –
Universitas Sumatera Utara
35
2014mengalami laju pertumbuhan yang fluktuatif. Untuk laju pertumbuhan penduduk yang paling tinggi selama kurun waktu tersebut terjadi pada tahun
2014, yakni sebesar 2,60 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang mengalami penurunan signifikan terjadi pada tahun 2010 hingga
mencapai -1,11 persen.
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan
Sementara itu, jika dilihat jumlah penduduk Kota Medan berdasarkan masing-masing kecamatan yang ada diwilayah Kota Medan tahun 2014
menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk sebesar 178.147 orang
yang dihuni sebanyak 87.954 orang laki-laki dan 90.193 orang perempuan. Sebaliknya kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah
Universitas Sumatera Utara
36
Kecamatan Medan Baru dengan jumlah penduduk sebesar 40.519 orang yang dihuni sebanyak 20.005 orang laki-laki dan 20.514 orang perempuan.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2014
No Kecamatan
Jenis Kelamin Jumlah
Kepadatan Penduduk
Laki-Laki Perempuan
1. Medan Tuntungan
41.855 42.920
84.775 4.099
2. Medan Johor
64.387 66.027
130.414 8.945
3. Medan Amplas
59.918 61.444
121.362 10.846
4. Medan Denai
71.923 73.754
145.677 16.097
5. Medan Area
48.856 50.099
98.955 17.927
6. Medan Kota
36.735 37.671
74.406 14.119
7. Medan Maimun
20.057 20.567
40.624 13.632
8. Medan Polonia
27.337 28.032
55.369 6.145
9. Medan Baru
20.005 20.514
40.519 6.938
10. Medan Selayang
51.570 52.884
104.454 8.154
11. Medan Sunggal
57.116 58.571
115.687 7.493
12. Medan Helvetia
73.961 75.845
149.806 11.383
13. Medan Petisah
31.268 32.065
63.333 9.286
14. Medan Barat
35.853 36.767
72.620 13.625
15. Medan Timur
54.984 56.385
111.369 14.352
16. Medan
Perjuangan 47.293
48.497 95.790
23.421 17.
Medan Tembung 67.670
69.392 137.062
17.154 18.
Medan Deli 87.954
90.193 178.147
8.548 19.
Medan Labuhan 57.447
58.910 116.357
3.173 20.
Medan Marelan 77.214
79.180 156.394
6.566 21.
Medan Belawan 48.394
49.626 98.020
3.734 KOTA MEDAN
1.081.797 1.109.343
2.191.140 8255,33
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan
Sedangkan dilihat dari tingkat kepadatan penduduk Kota Medan maka kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terbesar pada tahun 2014
terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan yang mencapai sebesar 23.421 jiwa per km
2
dan tingkat kepadatan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Medan Labuhan yang hanya mencapai sebesar 3.173 jiwa per km
2
.Melihat kenyataan tersebut, perkembangan penduduk Kota Medan perlu mendapat perhatian yang
Universitas Sumatera Utara
37
serius dari Pemerintah Kota Medan.Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat mengakibatkan beban
pembangunan yang semakin berat guna mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.Tetapi jika mampu
diseimbangkan atau diselaraskan dengan daya dukung dan daya tampung serta kondisi perkembangan sosial ekonomi serta sosial budaya maka jumlah penduduk
yang besar tersebut dapat menjadi salah satu modal dasar dan faktor dominan bagi keberhasilan pembangunan Kota Medan dimasa mendatang.
4.2. JumlahPenduduk Miskin
Sumatera Utara merupakanProvinsikeempatdenganjumlahpendudukterbesar di Indonesia.Kota
yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara yaitu Kota Medan yang jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan kota lain yang ada Sumatera
Utara. Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2013 berjumlah 2.123.210 jiwa. Jumlahpendudukmiskin di Kota Medan mengalami perubahan dari tahun
2004-2010. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di Kota Medan berjumlah 258.585 jiwa dan pada tahun 2005 menjadi 252.857 jiwa.Tetapi pada tahun 2006
jumlah penduduk miskin di Kota Medan meningkat yang berjumlah 284.384 jiwa. Pada tahun 2007-2010 jumlah penduduk miskin di Kota Medan selalu mengalami
penurunan.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 4.3 JumlahPendudukMiskin Kota Medan Tahun 2004-2010 ribu
No Tahun
Angka 1
2004 258.585
2 2005
252.857 3
2006 284.384
4 2007
254.045 5
2008 231.823
6 2009
215.423 7
2010 214.168
Sumber: BPS SUMUT
4.3 Perkembangan perekonomian di Kota Medan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator membaiknya ekonomi di Kota Medan.Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu
gambaran mengenai dampak kebijakan pembangunan yang dilaksakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Perekonomian Kota Medan tumbuh sebesar 7,92 pada tahun 2009. Kemudian pertumbuhan perekonomian Kota Medan pada tahun 2010
mengalami penurunan menjadi 7,33 dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi di Kota Medan mengalami peningkatan menjadi 7,69.
Pada tahun 2012 perekonomian Kota Medan menurun menjadi 7,63 kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 7,81.
Perkembangan dan pertumbuhan di Kecamatan di Kota Medan mengalami perkembangan yang cukup besar. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Kota Medan yang tertinggi ialah Kecamatan Medan Deli, sebesar 8,72 diikuti Kecamatan Medan Petisah sebesar 8,14. Kemudian untuk
Universitas Sumatera Utara
39
tingkat perekonomian yang terendah ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 3,42. Untuk tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di kecamatan di Kota
Medan yang tertinggi ialah Kecamatan Medan Amplas sebesar 7,81 dan diikuti lagi Kecamatan Medan Maimun sebesar 7,75. Kemudian untuk
tingkat perekonomian yang terendah ialah Kecamatan Medan Denai sebesar 5,04. Untuk tahun 2011 pertumbuhan ekonomi di kecamatan di Kota
Medan yang tertinggi ialah Kecamatan Medan Maimun sebesar 9,22, diikuti Kecamatan Medan Area sebesar 8,45, Kecamatan Medan Polonia
sebesar 7,61 serta Kecamatan Medan Baru sebesar 7,48. Kemudian untuk tingkat perekonomian terendah ialah Kecamatan Medan Area sebesar 4,42.
Untuk tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di kecamatan di Kota Medan yang tertinggi ialah Kecamatan Medan Maimun sebesar 9,15, diikuti Kecamatan
Medan Area sebesar 8,39, Kecamatan Medan Polonia sebesar 7,55 serta Kecamatan Medan Baru sebesar 7,42. Kemudian untuk tingkat
perekonomian yang terendah ialah Kecamatan Medan Marelan sebesar 4,38. Selanjutnya untuk tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di kecamatan di
Kota Medan yang tertinggi ialah Kecamatan Medan Maimun sebesar 9,37, diikuti Kecamatan Medan Area sebesar 8,,58, Kecamatan Medan Polonia
sebesar 7,73 serta Kecamatan Medan Baru sebesar 7,60. Kemudian untuk tingkat perekonomian yang terendah ialah Kecamatan Medan Marelan 4,49.
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di suatu daerah dan sebagai salah satu tolok ukur dari
keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi. Berdasarkan PDRB harga konstan
Universitas Sumatera Utara
40
tahun 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan mengalami trend peningkatan selama periode 2000 – 2013 kecuali pada tahun 2008 dan 2009 yang
sedikit mengalami perlambatan sebagai dampak dari krisis global.
Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan
Selama kurun waktu tahun 2000 – 2005, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan cenderung meningkat dari 4,40 persen pada tahun 2000 menjadi 6,98
persen pada tahun 2005. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2006 dan 2007 meningkat menjadi 7,77 persen dan 7,78 persen. Akan tetapi
pada tahun 2008 terjadi perlambatan akselerasi menjadi 6,89 persen dan kembali mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 menjadi 6,55
persen. Namun demikian, kinerja ekonomi Kota Medan pada tahun 2010 mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat dari 7,16 persen
pada tahun 2010 dan puncaknya mencapai 7,69 persen pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
41
Selanjutnya pada tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan kembali mengalami perlambatan menjadi 7,63 persen dan mencapai laju pertumbuhan
ekonomi terendah hingga 4,30 persen pada tahun 2013. Sementara itu, dilihat dari sisi penawaran, kinerja pertumbuhan ekonomi
Kota Medan selama periode 2010 – 2013 menunjukkan kondisi yang menggembirakan dan secara rata-rata 6,69 persen masih berada diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara dan nasional. Namunsecara umum, tingginya laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih didorong oleh
kelompok sektor tersier yang terdiri dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang rata-rata tumbuh sebesar 8,91 persen pertahun.
Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan
Kategori 2010
2011 2012
2013 Pertanian
0,70 2,80
1,84 3,34
Pertambangandan Penggalian -2,86
-0,60 -0,82
-2,00 Industri Pengolahan
4,37 3,51
3,70 3,67
Listrik, Gas dan Air Bersih 7,04
4,33 2,64
4,19 Bangunan
6,85 7,57
7,05 7,36
Perdagangan, Hotel dan Restoran
8,62 8,67
8,69 9,40
Pengangkutan dan Komunikasi
6,98 7,74
8,33 -8,47
Keuangan, Persewaan dan Jasa Usaha
8,75 9,07
8,67 9,16
Jasa-Jasa 7,08
10,14 9,29
6,99 Pertumbuhan Ekonomi
7,16 7,69
7,63 7,81
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS
Selanjutnya didukung oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dengan rata-rata sebesar 8,85 persen pertahun. Selain itu, pertumbuhan
ekonomi Kota Medan juga didorong oleh sektor jasa-jasa yang tumbuh rata-rata sekitar 8,38 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-
Universitas Sumatera Utara
42
rata tumbuh sekitar 3,65 persen pertahun. Sementara itu, kontribusi sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih serta sektor konstruksi mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sekitar 3,81 persen untuk sektor industri pengolahan dan 4,55 persen untuk sektor listrik,
gas dan air bersih serta 7,21 persen pertahun untuk sektor konstruksi atau bangunan.
Namun demikian, sektor ekonomi yang secara signifikan kurang berkontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan adalah kelompok
sektor primer melalui sektor pertambangan dan penggalian yang melambat dengan rata-rata sebesar -1,57 persen pertahun. Perlambatan ini dikarenakan peranan sub
sektor pertambangan dan sub sektor penggalian yang relatif semakin berkurang dan cenderung tidak ada lagi. Sedangkan untuk kelompok sektor primer lainnya
terjadi perlambatan pada sektor pertanian dengan rata-rata sebesar 2,17 persen pertahun. Penurunan sektor ini terkait dengan semakin sempitnya lahan pertanian
yang ada di Kota Medan sehingga hasil produksi dari sektor pertanian semakin menurun setiap tahunnya.
Disamping itu, dalam struktur perekonomian Kota Medan selama kurun waktu 2010 – 2013 menunjukkan kontribusi sektor primer dalam pembentukan
PDRB Kota Medan cenderung mengalami penurunan dari 2,67 persen tahun 2010 menjadi 2,27 persen pada tahun 2013 atau berkontribusi secara rata-rata sekitar
2,47 persen pertahun. Penurunan ini sebagai dampak dari semakin menurunnya peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kota Medan dari 2,67 persen
pada tahun 2010 menjadi 2,27 persen pada tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
43
Begitupun kontribusi sektor sekunder yang cenderung menurun dari 26,45 persen pada tahun 2010 menjadi 25,90 persen ditahun 2013 atau secara rata-rata
berkontribusi sebesar 26,29 persen pertahun. Penurunan ini terjadi pada sektor pendukungnya, yaitu sektor industri pengolahan dari 14,97 persen tahun 2010
menjadi 13,40 persen pada tahun 2013. Begitupun untuk sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami penurunan dari 1,70 persen pada tahun 2010 menjadi 1,51
persen pada tahun 2013. Namun demikian, sektor bangunan memberi kontribusi yang meningkat dalam pembentukan PDRB Kota Medan dari 9,78 persen pada
tahun 2010 menjadi 10,99 persen pada tahun 2013.
Kategori 2010
2011 2012
2013 Sektor Primer
2,67 2,50
2,44 2,27
Pertanian 2,67
2,50 2,44
2,27 Pertambangan dan Penggalian
0,00 0,00
0,00 0,00
Sektor Sekunder 26,45
26,62 26,20
25,90 Industri Pengolahan
14,97 14,41
13,86 13,40
Listrik, Gas dan Air Bersih 1,70
1,69 1,54
1,51 Bangunan
9,78 10,52
10,80 10,99
Sektor Tersier 70,87
70,88 71,35
71,82 Perdagangan, Hotel dan Restoran
26,92 25,96
25,92 27,99
Pengangkutan dan Komunikasi 18,95
19,05 19,27
17,43 Keuangan, Persewaan dan Jasa
usaha 14,27
14,97 15,21
15,43 Jasa-Jasa
10,72 10,90
10,95 10,97
Gambar 4.3 Pertumbuhan PDRB Kota Medan
Sementara itu, kontribusi sektor tersier cenderung mengalami peningkatan dari 70,87 persen pada tahun 2010 menjadi 71,82 persen pada tahun
2013 atau secara rata-rata berkontribusi dalam pembentukan PDRB Kota Medan sebesar 71,23 persen pertahun. Peningkatan ini dikarenakan tumbuhnya sektor
Universitas Sumatera Utara
44
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang meningkat dari 14,27 persen pada tahun 2010 menjadi 15,43 persen pada tahun 2013. Begitupun sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang cenderung meningkat kontribusinya dari 26,92 persen pada tahun 2010 menjadi 27,99 persen pada tahun 2013.
Selain itu, meningkatnya kontribusi sektor tersier juga didukung oleh kontribusi sektor jasa-jasa yang cenderung meningkat dari 10,72 persen pada
tahun 2010 menjadi 10,97 persen pada tahun 2013. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi cenderung mengalami fluktuasi dalam memberikan
kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan. Untuk tahun 2010, sektor ini mampu memberi kontribusi sebesar 18,95 persen dan meningkat
menjadi 19,05 persen pada tahun 2011 serta 19,27 persen pada tahun 2012. Namun pada tahun 2013, kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi
mengalami penurunan kontribusi menjadi 17,43 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Medan.
4.4Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Medan
Jumlah penduduk miskin di Kota Medan mengalami penyusutan yang cukup baik dari tahun ke tahun.Pada tahun 2004, jumlah penduduk miskin sebesar
258.585 jiwa. Pada tahun 2005, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 252.857 jiwa dan mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar 284.384
jiwa. Dan mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008 yaitu sebesar 254.045 dan 206.745 jiwa. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 215,432 jiwa
dan pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 214,168 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
45
Persentase penduduk miskin kecamatan Kota Medan tahun 2004-2010 mengalami fluktuasi yang menggembirakan. Jumlah penduduk miskin untuk
Kecamatan di Kota Medan yangtertinggi pada tahun 2004 adalah Kecamatan Medan Belawan sebesar 24.483 jiwa, untuk tahun 2006 Kecamatan di Kota
Medan yang tertinggi adalah Kecamatan Kota Belawan sebesar 26.926 jiwa. Dan pada tahun 2010 yang tertinggi masih Kecamatan Medan Belawan sebesar 20.278
jiwa yang terus mengalami penurunan.Untuk jumlah penduduk miskin Kecamatan di Kota Medan yang terendah pada tahun 2004-2010 adalah Kecamatan Medan
Baru. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin kecamatan medan baru sebesar 3.959 jiwa dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 3.871 jiwa.
Kemudian pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 3.298 jiwa dan 3.279 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 4.5 Penduduk Miskin Kecamatan Kota Medan Tahun 2004-2010 ribu
No
Kecamatan 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Average 1
M.Tuntungan 7.727
7.555 8.497
7.591 6.927
6.437 6.399
7.305 2
M. Johor 14.648
14.323 16.109
14.391 13.132
12.203 12.132
13.848 3
M. amplas 9.320
9.114 10.250
9.156 8.355
7.765 7.719
8.811 4
M. Denai 19.919
19.478 21.907
19.570 17.858
16.595 16.498
18.832 5
M. Area 15.054
14.721 16.556
14.790 13.496
12.542 12.468
14.232 6
M. Kota 11.859
11.596 13.042
11.651 10.632
9.880 9.822
11.212 7
M. Maimun 6.465
6.322 7.110
6.351 5.796
5.386 5.354
6.112 8
M. Polonia 6.915
6.762 7.605
6.794 6.199
5.761 5.727
6.538 9
M. Baru 3.959
3.871 4.354
3.890 3.549
3.298 3.279
3.743 10
M. Selayang 6.621
6.475 7.282
6.505 5.936
5.516 5.484
6.260 11
M. Sunggal 9.700
9.485 10.668
9.530 8.696
8.081 8.034
9.171 12
M. Helvetia 6.532
6.387 7.184
6.417 5.856
5.442 5.410
6.175 13
M. Petisah 11.692
11.433 12.859
11.487 10.482
9.741 9.684
11.054 14
M. Barat 18.663
18.249 20.525
18.335 16.731
15.548 15.457
17.644 15
M. Timur 13.143
12.852 14.455
12.913 11.783
10.950 10.886
12.426 16
M.Perjuangan 10.427
10.196 11.467
10.244 9.348
8.687 8.636
9.858 17
M. Tembung 12.979
12.692 14.274
12.751 11.636
10.813 10.750
12.271 18
M. Deli 18.422
18.014 20.260
18.098 16.515
15.347 15.257
17.416 19
M. Labuhan 20.146
19.700 22.156
19.792 18.061
16.784 16.686
19.046 20
M. Marelan 9.910
9.690 10.899
9.736 8.884
8.256 8.208
9.369 21
M. Belawan 24.483
23.941 26.926
24.053 21.949
20.397 20.278
23.147 TOTAL
258.585 252.857
284.384 254.045
231.823 215.432 214.168 244.471
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumut
Universitas Sumatera Utara
47
4.5. Analisis Ketimpangan Daerah Dengan Tingkat Kemiskinan di Kota Medan
Untuk memberikan gambaran terhadap ketimpangan kecamatan antar Kota Medan, maka alat analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson
Vw .Ketimpangan pendapatan kecamatan Kota Medan selama tahun 2004-2010
yang dihitung menggunakan Indeks Williamson untuk Kota Medan menunjukan kecenderungan peningkatan. Pada tahun 2010 nilai indeks Williamson Kota
Medan sebesar 0,20 atau lebih meningkat dibandingkan tahun 2004 sebesar 0,17. Kondisi ketimpangan ini sangat mengkhawatirkan mengingat angka indeks yang
mendekati 1 menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar.Tingginya tingkat ketimpangan ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam perkembangan
ekonomi antar wilayah yang memiliki aktifitas ekonomi yang berbeda di setiap wilayah dan tidak semua daerah mempunyai daya tarik yang mendorong investor
menanamkan modalnya sehingga distribusi pendapatan antar daerah tidak merata.Ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima masyarakat menjadi
salah satu penyebab ketimpangan antar daerah pada tahun tersebut. Ketimpangan antar wilayah dapat di tekan kenaikannya dengan cara menciptakan lapangan
pekerjaan baru pada wilayah kurang berkembang, munculnya penanaman modal investasi pada sektor wilayah tersebut sehingga dapat mendukung perkembangan
perekonomian di wilayah tersebut. Perkembangan sarana transportasi akan membantu mobilitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan ekonomi sehingga
ketimpangan antar daerah menyusut.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.4 Indeks Williamson kecamatan di Kota Medan pada tahun2001-2010
Pada tahun 2001, nilai indeks williamson tertinggi adalah 0,87 pada Kecamatan Medan Barat. Diikuti dengan Kecamatan Medan Deli sebesar 0,25.
Pada tahun 2002-2003, nilai indeks Williamson tertinggi ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 0,78 dan 0,79. nilai Pada tahun 2004 nilai indeks Williamson
tertinggi ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 0,96 diikuti Kecamatan Medan Polonia sebesar 0,33 ini berarti angka indeks yang semakin mendekati 1
menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. Dan untuk ketimpangan yang terendah ialah Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Kota sebesar 0,05. Pada
tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan nilai indeks, nilai indeks tertinggi ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 0,92 kemudian diikuti Kecamatan Medan
KECAMATAN 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Average
M.TUNTUNGAN
0,12 0,12
0,12 0,13 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,14 0,129
M.JOHOR
0,16 0,16
0,16 0,17 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17
M.AMPLAS
0,08 0,09
0,1 0,12 0,11 0,12 0,12 0,23 0,11 0,11 0,12
M.DENAI
0,2 0,2
0,2 0,21 0,20 0,21 0,21 0,21 0,20 0,20 0,21
M.AREA
0,15 0,14
0,14 0,15 0,14 0,14 0,14 0,14 0,13 0,11 0,13
M.KOTA
0,04 0,05
0,05 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,08 0,06
M.MAIMUN
0,17 0,18
0,2 0,19 0,18 0,20 0,20 0,16 0,16 0,25 0,20
M.POLONIA
0,22 0,25
0,29 0,33 0,37 0,40 0,40 0,42 0,43 0,43 0,41
M.BARU
0,13 0,13
0,15 0,16 0,15 0,16 0,16 0,15 0,14 0,16 0,16
M.SELAYANG
0,13 0,13
0,13 0,14 0,13 0,10 0,10 0,14 0,13 0,15 0,13
M.SUNGGAL
0,08 0,08
0,08 0,09 0,09 0,09 0,09 0,10 0,09 0,10 0,10
M.HELVETIA
0,08 0,08
0,09 0,05 0,09 0,10 0,10 0,10 0,9
0,09 0,09
M.PETISAH
0,09 0,11
0,1 0,10 0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,13 0,11
M.BARAT
0,87 0,78
0,79 0,96 0,92 0,89 0,89 0,94 0,89 0,95 0,92
M.TIMUR
0,02 0,08
0,08 0,08 0,06 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08 0,22
M.PERJUANGAN
0,17 0,17
0,17 0,18 0,17 0,18 0,18 0,18 0,17 0,15 0,17
M.TEMBUNG
0,19 0,19
0,18 0,19 0,18 0,19 0,19 0,19 0,18 0,17 0,18
M.DELI
0,25 0,24
0,22 0,23 0,23 0,24 0,24 0,24 0,23 0,19 0,22
M.LABUHAN
0,16 0,17
0,17 0,19 0,18 0,18 0,19 0,19 0,18 0,20 0,19
M.MARELAN
0,17 0,18
0,19 0,21 0,20 0,20 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21
M.BELAWAN
0,15 0,18
0,17 0,16 0,14 0,15 0,15 0,13 0,13 0,12 0,14
MEDAN
0,17 0,17 0,18 0,20 0,19 0,19 0,19 0,20 0,19 0,20 0,129
Universitas Sumatera Utara
49
Polonia sebesar 0,89. Dan untuk ketimpangan yang terendah pada tahun 2005 ialah Kecamatan Medan Kota sebesar 0,04 dan tahun 2006 ialah 0,05. Pada tahun
2007 ke tahun 2008 mengalami kestabilan nilai indeks, nilai indeks tertinggi ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 0,89 dan 0,94. kemudian diikuti Kecamatan
Medan Polonia sebesar 0,40 dan 0,42. Dan untuk ketimpangan yang terendah pada tahun 2006 dan 2007 ialah Kecamatan Medan Kota sebesar 0,05. Pada tahun
2009 ke tahun 2010, nilai indeks tertinggi ialah Kecamatan Medan Barat sebesar 0,89 dan 0,95.
4.6Tipologi Klassen
Pendekatan tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur ekonomi masing-masing daerah.Dengan menggunakan
alat tipologi klassen adalah dengan pendekatan wilayahdaerah untuk mengetahui klasifikasi daerah yaitu Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan.Dengan garis
ketimpangan pendapatan sebagai sumbu vertikal dan garis kemiskinan sebagai sumbu horizontal.
Pendekatan wilayah juga menghasilkan empat klasifikasi kecamatan yang masing-masing mempunyai karakteristik tingkat ketimpangan dan tingkat
kemiskinan yang berbeda yaitu: Tipologi I : Daerah maju, yakni daerah yang memiliki tingkat kemiskinan
rendah dan tingkat ketimpangan yang tinggi. Tipologi II :Daerah yang sangat tidak merata, yakni daerah yang memiliki
tingkat kemiskinan yang tinggi dan tingkat ketimpangan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
50
Tipologi III :Daerah tertinggal, yakni daerah yang memiliki
tingkatkemiskinan yang tinggi dan tingkat ketimpangan yang rendah.
Tipology IV :Daerah sangat merata, yakni daerah yang memiliki tingkat
kemiskinan rendah dan tingkat ketimpangan rendah.
Gambar 4.4 Tipologi Klassen
Keterangan: 1.
Medan Tuntungan 12. Medan Helvetia
2. Medan Johor
13. Medan Petisah 3.
Medan Amplas 14. Medan Barat
4. Medan Denai
15. Medan Timur 5.
Medan Area 16. Medan Perjuangan
6. Medan Kota
17. Medan Tembung 7.
Medan Maimun 18. Medan Deli
8. Medan Polonia
19. Medan Labuhan 9.
Medan Baru 20. Medan Marelan
10. Medan Selayang
21. Medan Belawan 11.
Medan Sunggal
I II
III IV
Universitas Sumatera Utara
51
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kecamatan Medan Polonia dan Medan Marelan termasuk dalam kategori maju yaitu kemiskinan rendah tetapi
ketimpangan tinggi. Sementara itu, kecamatan Medan Deli, Medan Barat, dan Medan Labuhan
termasuk kategori daerah sangat tidak merata yaitu memiliki Ketimpangan yang tinggi dan kemiskinan yang tinggi.
Selanjutnya, kecamatan Medan Johor, Medan Denai, Medan Area, Medan Tembung, Medan Belawan termasuk kategori daerah tertinggal yaitu tingkat
kemiskinan tinggi tetapi ketimpangan rendah. Terakhir, kecamatan Medan Tuntungan, Medan Petisah, Medan Amplas,
Medan Kota, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan perjuangan termasuk kategori daerah yang sangat merata
yaitu tingkat kemiskinan tinggi dan ketimpangan tinggi.
4.7 Hasil Estimasi 4.7.1 Hasil Uji Akar Unit
Sebelum melakukan uji kointegrasi dan uji granger causality dengan menggunakan data time series, maka perlu dilakukan uji stasioneritas yang
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data tersebut mengandung unit roots atau tidak. Jika variabel tersebut mengandung unit roots, maka data tersebut
dikatakan data yang tidak stasioneritas. Berikut ini untuk variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu laju pertumbuhan ekonomi LPE dan
tingkat kemiskinan TK di Kota Medan dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller
ADF dan Phillips-Perron.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.7 Hasil Pengujian ADF dan Phillips-Perron
Null Hypothesis: DPE,2 has a unit root Adj. t-Stat
Prob. Phillips-Perron test statistic
-6.704528 0.0016
Test critical values: 1 level
-4.803492 5 level
-3.403313 10 level
-2.841819 Null Hypothesis: DTK,2 has a unit root
t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.578150
0.0069 Test critical values:
1 level -3.271402
5 level -2.082319
10 level -1.599804
Dari hasil uji akar unit di atas menunjukkan bahwa hasil uji akar unit untuk variabel laju pertumbuhan ekonomi LPE stasioner pada derajat integrasi 2
atau pada I 2 dan tingkat kemiskinan TK stasioner pada derajat integrasi 2 atau pada none 2. Dimana laju pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam
penelitian ini stasioner pada data first difference dan variable tingkat kemiskinan ini stasioner pada data second difference
dengan tingkat signifikan α=1 . Hal tersebut diketahui dari nilai probabilitas 0.0016 untuk LPE dan 0.0069 untuk
TK. Kedua nilai tersebut lebih kecil daripada 0.01 α 1 , yang menjelaskan
bahwa variabel laju pertumbuhan ekonomi LPE stasioner pada derajat integrasi 2 dan variabel tingkat kemiskinan TK stasioner pada derajat integrasi 2.
4.7.2. Hasil Uji Kointegrasi
Uji ini dilakukan untuk melihat hubungan jangka panjang dari variabel- variabel yang diteliti yakni variabel ketimpangan daerah dan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
53
ekonomi.hasil estimasi dari penelitian ini dapat digunakan untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang.
Tabel 4.8 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test Trace Hypothesized
Trace 0.05
No. of CEs Eigenvalue
Statistic Critical Value
Prob. None
0.791081 18.09441
15.49471 0.0198
At most 1 0.501421
5.567948 3.841466
0.0183
Dari hasil uji Kointegrasi pada tabel 4.6. Dapat dilihat bahwa nilai trace statistic
lebih besar dari critical value pada α = 5. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kedua variable pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki hubungan
jangka panjang.Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan
ketimpangan di Kota Medan.
4.7.3. Hasil Uji Granger Causality
Untuk melihat hubungan kausalitas timbal-balik antara variabel-variabel yang diteliti yakni Laju pertumbuhan ekonomi LPE dan tingkat
ketimpangan.maka dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Granger Causality.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.9 Hasil Uji Granger Causality
Null Hypothesis: Obs
F-Statistic Prob.
KETIM does not Granger Cause PE 8
0.27196 0.7789
PE does not Granger Cause KETIM 1.98200
0.2827
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probability l ebih kecil dari α =
0,05 0,7789 0,05 sehingga H
1
ditolak yang akan mempengaruhi variabel lainnya. Ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan daerah di Kota
Medan tidak memiliki hubungan dua arah timbal balik.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN