3.3 Hipotesis
Lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome dengan faktor risiko Diabetes Melitus lebih parah dibandingkan dengan non-Diabetes Melitus.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang cross sectional study
yang bersifat deskriptif analitik untuk membandingkan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor resiko DM dan Non-DM. Penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data gambaran angiografi koroner pada pasien Acute
Coronary Syndrome ACS.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data yang didapati dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita Acute Coronary Syndrome
dan telah dilakukan pemeriksaan angiografi koroner mengikut kriteria inklusif dan ekskusif di RSUP Haji Adam Malik Medan pada
tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah total sampling dari seluruh pasien yang menderita Acute Coronary Syndrome ACS adalah sebanyak 198 orang dan telah
dilakukan pemeriksaan angiografi koroner mengikut kriteria inklusif dan ekskusif di RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2012 adalah sebanyak 98 orang.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini akan dikumpulkan dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Data penelitian ini merupakan data primer yaitu status keparahan
gambaran stenosis pada angiografi koroner pasien ACS. Data ini juga akan diambil dalam bentuk kuantitatif yaitu hasil ukuran nilai atau skoring yang menunjukkan
gambaran keparahan stenosis pada pasien ACS dengan faktor resiko DM dan non DM.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang didapat dari rekam medis yaitu gambaran stenosis pasien faktor risiko DM dan non DM. Derajat keparahan lesistenosis arteri koroner dinilai dari
hasil angiografi pasien Acute Coronary Syndrome dan diklasifikasikan berdasarkan skoring Vessel Score yang terdiri dari 0-3 poin berdasarkan banyaknya jumlah
arteri koroner yang mengalami stenosis. Kemudian dilakukan perbandingan derajat keparahan stenosis pasien dengan faktor resiko DM dan non DM. Data ditabukasi
dan dianalisis dengan SPSS 18 dan Microsoft Excel 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan. RSUP. H. Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan rawat jalan
sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit inin turut menyediakan pelayanan rawat inap.
RSUP. H. Adam Malik Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990. Sebagai Rumah Sakit
Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502MenkesSKIX1991, RSUP. H. Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang
meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan
dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Informasi berikut ini menunjukkan distribusi proporsi gambaran penderita Acute Coronary Syndrome
ACS di Bagian Kardiologi RSUP. H. Adam Malik. Mulai bulan Januari 2012 hingga Desember 2012, terdapat 198 pasien penderita
ACS yang telah melakukan angiografi dan berobat ke Bagian Kardiologi RSUP. H. Adam Malik Medan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini mengikut
kriteria inklusif dan eksklusif adalah sebanyak 98 orang penderita ACS.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Frekuensi ACS berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
n Laki-Laki
77 78.6
Perempuan 21
21.4
Total 98
100.0
Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 77 orang 78,6 sedangkan perempuan
dijumpai sebanyak 21 orang 21,4.
Tabel 5.2 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Umur KELOMPOK UMUR
TAHUN N
37-41 7
7,1 42-46
12 12,2
47-51 30
30,6 52-56
17 17,3
57-61 15
15,3 62-66
11 11,2
67-71 4
4,1 72-76
2 2.0
Universitas Sumatera Utara
TOTAL 98
100,0
Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur tertinggi penderita ACS adalah 47-51 tahun yaitu sebanyak 30 orang 30,6 diikuti dengan kelompok
umur 52-56 tahun yaitu sebanyak 17 orang 17,3 , 57-61 tahun yaitu 15 orang 15,3 , 42-46 tahun yaitu 12 orang 12,2, 62-66 tahun yaitu 11 orang
11,2 , 37-41 tahun yaitu 7 orang 7,1, 67-71 tahun yaitu 4 orang 4,1. Kelompok umur yang paling rendah adalah kelompok umur 72-76 tahun yaitu
sebanyak 2 orang 2 .
Tabel 5.3 Krosstabulasi Kolompok Usia dengan Jenis Kelamin
Kelompok Usia Tahun Jenis Kelamin
Laki-Laki n=77 Perempuan n=21
37-41 6
7,8 1
4,8 42-46
12 15,6
0,0 47-51
23 29,9
7 33,3
52-56 14
18,2 3
14,3 57-61
11 14,3
4 19,0
62-66 7
9,1 4
19,0 67-71
3 3,9
1 4,8
72-76 1
1,3 1
4,8
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui perbandingan antara kelompok usia dengan jenis kelamin pada penderita ACS dilakukan krosstabulasi. Kelompok usia pada laki-laki didapati
kelompok yang sering terjadi adalah 47-51 tahun yaitu 23 orang 29,9 diikuti dengan 52-56 tahun yaitu 14 orang 29,9, 42-46 tahun yaitu 12 orang 15,6,
57-61 tahun yaitu 11 orang 14,3, 62-66 tahun yaitu 7 orang 9,1, 37-41 tahun 6 orang 7,8, 67-71 tahun yaitu 3 orang 3,9 dan paling sedikit adalah
kelompok usia 72-76 tahun yaitu 1 orang 1,3. Sedangkan kelompok usia pada perempuan didapati kelompok yang sering terjadi adalah 47-51 tahun yaitu 7 orang
33,3 diikuti kelompok usia 57-61 tahun dan 62-71 tahun yaitu 4 orang 19,0 dan kelompok yang sedikit adalah kelompok usia 37-41 tahun, 67-71 tahun dan
72-76 tahun yaitu 1 orang 4,8.
Tabel 5.4 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus DM n
Positif 75
76,5 Negatif
23 23,5
Total 98
100
Dari table 5.4 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada kelompok DM positif yaitu sebanyak 75 orang 76,5 sedangkan DM negatif
dijumpai sebanyak 23 orang 23,5 .
Tabel 5.5 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Merokok
Riwayat Merokok n
Positif 73
74,5
Universitas Sumatera Utara
Negatif 25
25,5 Total
98 100
Dari table 5.6 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada riwayat merokok positif yaitu sebanyak 73 orang 74,5 sedangkan riwayat
merokok negatif dijumpai sebanyak 25 orang 25,5 .
Tabel 5.6 Frekuensi Penderita ACS Berdasarkan Riwayat Obesitas
Riwayat Obesitas Body Mass Index
n
Normal 50
51,0 Over Weight
44 44,9
Obese 4
4,1 Total
98 100
Dari table 5.8 dapat dilihat bahwa proposi tertinggi penderita ACS dijumpai pada BMI yang normal yaitu sebanyak 50 orang 51,1 diikuti dengan BMI yang
Universitas Sumatera Utara
overweight sebanyak 44 orang 44,9 dan BMI yang obese sebanyak 4 orang
4,1 .
Tabel 5.7 Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan Non DM berdasarkan Vessel Score.
DM Vessel Score
Positif n=75 Negatif n=23
1 4,4
1 18
24 16
69,6
2 25
33,3 4
17,3
3 32
42,7 2
8,7
Gambar 5.1 Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan Non DM berdasarkan Vessel Score.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui perbandingan antara Vessel Score dengan riwayat DM dan Non DM pada penderita ACS dilakukan krosstabulasi. Diperolehi hasil adalah
pada Vessel Score 0VD didapati 1 orang 1 pada pasien DM negatif, diikuti 1VD sebanyak 18 orang 24 DM positif dan 16 orang DM negatif, 2VD sebanyak 25
orang 33,3 DM positif dan 4 orang 17,3 DM negatif, 3VD sebanyak 32 orang 42,7 DM positif dan 2 orang 8,7 DM negatif. Gambar 5.1
menumjukkan Vessel Score makin meningkat pada penderita ACS dengan riwayat DM positif dan menurun pada penderita ACS dengan riwayat DM negatif.
Dari hasil uji chi square didapati nilai p=0,000 p 0,05. Hal ini berarti terdapat dihubungkan antara Vessel Score dengan riwayat Diabetes Melitus.
5.2 Pembahasan
5 10
15 20
25 30
35
VD 1
VD 2
VD 3
VD
Krosstabulasi pasien ACS dengan riwayat DM dan Non DM berdasarkan Vessel Score.
Diabetes Positif
Diabetes Negatif
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada 98 penderita ACS yang telah melakukan angiografi koroner di RSUP. H. Adam Malik Medan pada periode Januari 2012
hingga Desember 2012. Dari 98 penderita ACS menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dijumpai, yaitu sebesar 77 orang 78,6 dibandingkan perempuan yaitu
21 orang 21,4 dengan perbandingan antara laki-laki dengan perempuan 11:3. Hasil penelitian ini sesuai dengan berdasarkan penelitian American College of
Cardiology-National Cardiovascular Data Registry oleh Nausheen dan kawan-
kawan mendapat bahwa laki-laki lebih sering menderita ACS dibandingkan dengan perempuan dengan ratio persentil laki-laki dengan perempuan adalah 0,57 vs
0,43, P = 0.003 Nausheen, 2009.
Faktor resiko usia penderita ACS adalah 45 tahun keatas Dede Kusmana,2009. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sweden,
Annika Rosengren, dan kawan-kawan didapati usia yang paling sering dijumpai antara 53-55tahun Rosengren A.,2004 dan sesuai mengikut penelitian saya
didapati kelompok usia tertinggi pada penderita ACS adalah diantara usia 47-51 tahun sebanyak 30 orang 30,6.
Pada hasil penelitian korelasi antara kelompok usia dengan jenis kelamin didapati bahwa kelompok usia yang tertinggi pada laki-laki adalah kelompok usia
47-51 tahun yaitu sebanyak 23 orang 29,9 dan pada perempuan adalah kelompok usia 47-51 tahun sebanyak 7 orang 33,3. Ini mendukung dengan teori
dari sumber yang mengatakan pada negara berkembang mempunyai faktor resiko terkenanya penyakit jantung koroner atau Acute Coronary Syndrome pada usia
lebih 45 tahun pada laki-laki dan usia menopausal 50tahun pada perempuan Leonard S. Lilly, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok tertinggi penderita ACS adalah kolompok DM positif yaitu 75 orang 76,5 dan diikuti kelompok DM negatif yaitu sebanyak 23 orang 23,5.
Berdasarkan derajat keparahan lesi maka penderita DM paling banyak dijumpai dengan lesi berat 3VD yaitu 32,6 sedangkan pada penderita non DM adalah
pada lesi ringan 1VD yaitu 16,3. Menurut teori dikatakan, pasien DM menyebabkan gangguan lipoprotein dsylipoproteinaemia. Ini diduga sebagai
penyebab gangguan vaskular berupakan aterosklerosis Moechtar Hanafi, 2009.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa pada derajat lesi berat 3VD lebih banyak dijumpai pada penderita DM yaitu 32 dari 75 penderita 42,7
DM dibandingkan dengan penderita non DM yaitu 2 dari 23 penderita 8,7. Sedangkan pada derajat lesi sedang 2VD lebih banyak dijumpai pada penderita
DM yaitu 25 dari 75 penderita 33,3 dibandingkan dengan penderita non DM yaitu 4 dari 23 penderita 17,4. Akan tetapi pada derajat lesi ringin 1VD lebih
banyak dijumpai pada non DM yaitu 16 dari 23 69,6 dibandingkan dengan penderita DM yaitu 18 dari 75 penderita 21,3. Dan pada vessel score 0 hanya
dijumpai pada penderita non DM 4,3. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada penderita DM mempunyai lesi yang lebih berat dibandingkan pasien non DM.
Menurut penelitian Sally M.Marshall dan kawan-kawan di Institute of Cellular
Medicine, New Castle University – Freeman Hospital, New Castle menyatakan
bahwa hasil penelitian mereka didapati keparahan lesi arteri pada pasien DM adalah 45 lebih parah dibandingkan pasien non DM Sally,2011. Berdasarkan teori
mengatakan bahwa lesi atau aterosklerosis pada pasien DM lebih berat dibandingkan pasien non-DM. Dimana DM adalah kondisi hiperglikemia yang
menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah. Selain itu, kondisi hiperglikemia ini bisa menyebabkan inflamasi pada pembuluh darah sehingga terjadi progresivitas
aterosklerosis. Dalam suatu seri pemeriksaan arteri koroner pada pasien DM setelah
sudden death , didapatkan area nekrosis, kalsifikasi dan rupture plak lebih luas
dibandingkan dengan pasien non-DM. Alwi, 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan