Penggolongan tersebut harus dijadikan pedoman dalam menempatkan hukum jaminan, faktor jaminan merupakan faktor yang sangat penting bagi kreditur untuk
mendapatkan kepastian dilunasinya kredit oleh debitur, adapun jaminan yang ideal diharapkan oleh kreditur, yakni jaminan yang berdaya guna dapat memberikan
kepastian kepada pemberi kredit agar mudah dijual atau diuangkan guna menutup dan melunasi kredit debitur. Objek jaminan tetap mempunyai nilai yang tinggi dan
untuk itu ada kalanya status, bahwa objek jaminan tetap memberikan hasil yang baik.
Subyek dalam perjanjian pengikatan jaminan ialah pihak-pihak yang tersangkut dalam perjanjian pengikatan jaminan yang mencangkup dua pihak yaitu pihak
kreditur sebagai penerima jaminan dan debitur sebagai pemberi jaminan. Pemberi jaminan bisa debitur sendiri bisa pihak ketiga bukan debitur sebagai pemilik
benda jaminan. Pada dasarnya pihak yang memberi jaminan adalah pihak yang berwenang menjaminkan barang itu yaitu pemilik barang. Orang atau badan hukum
yang tidak memiliki barang atau benda secara sah menurut hukum tidak berwenang untuk menjaminkan barang atau benda tersebut. Dengan kata lain yang berhak
menjaminkan atas barang atau benda adalah pemilik barang atau benda tersebut.
16. Wanprestasi dan Ganti Kerugian Dalam Perjanjian
Apabila siberutang debiturtidak melakukanapayangdijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan
“waprestasi”. Ia
alpa atau “lalai”atau ingkar
janji. PerkataanwanprestasiberasaldaribahasaBelanda,yangberartiprestasi
buruk.Wanprestasiseorangdebiturdapatberupa 4 empatmacam: a.
Tidakmelakukan apayangdisanggupiakan dilakukannya; b.
Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukanapayangdijanjikannya, tetapiterlambat;
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Tidakdipenuhinyakewajibanolehdebiturdisebabkanoleh dua kemungkinan alasan,yaitu
42
a. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak
dipenuhikewajibanmaupunkarenakelalaian; b.
Karenakeadaanmemaksaovermacht,forcemajeure,jadi diluarkemampuan debitur.
Untuk mengetahui
sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi,
perludiperhatikanapakahdalam perikatanituditentukantenggangwaktu pelaksaanaanpemenuhanprestasi atautidak.Dalam haktenggangwaktu pelaksanaan pemenuhan prestasi “tidak ditentukan”, perlu
memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasi. Tetapi dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggaplalaidenganlewatnyatenggang
waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Kreditur dapat menuntut debitur yang telahmelakukanwanprestasi hal-halsebagaiberikut:
43
a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur;
b. Kreditur dapat menuntut prestasidisertaigantirugikepada debiturPasal1267 KUHPerdata;
c. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian karena keterlambatan
HR 1 November 1918; d.
Krediturdapatmenuntut pembatalan perjanjian; e.
Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepadadebitur. Ganti
rugiitu berupa pembayaran uang denda.
Seorang debitur yang
dituduhlalaidandituntuthukumankepadanya, iadapatmelakukanpembelaan terhadap dirinya dari hukuman yang
akan diberikan dengan mengajukan
beberapaalasan.Pembelaantersebutadatigamacam,yaitu:
44
a. Keadaan MemaksaOvermachtatau Forcemajeur
Bahwa debitur tidak dapat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan karena adanya hal-hal
42
R. Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta, Intermasa, 2005, hal 40
43
Salim, H.S. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal 99
44
R. Subekti, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta, 2001, hal 55
Universitas Sumatera Utara
yang tidak terduga,dimanaiatidakdapatberbuatsesuatu terhadap peristiwa yang terjadi di luar dugaan tersebut. Misalnya, bencanaalamyangmenyebabkan musnahnyaobjekyang diperjanjikan.Seiring dengan
perkembangannya,keadaan memaksa itu tidak hanya bersifat mutlak tetapi ada juga yangbersifattidakmutlakyaitu debiturmasih dapat melaksanakan perjanjian tetapi dengan pengorbanan
yang sangat besar sehingga tidak sepantasnya pihak kreditur menuntutdebituruntukmelaksanakan perjanjian.Misalnya, setelahdiadakannya suatu perjanjian, keluarsuatuPeraturan Pemerintah yang
melarang dikeluarkannya suatu jenis barang yang merupakan objek perjanjian, darisuatudaerah dengan ancaman hukuman berat bagisipelanggarsehingga, krediturtidakdapatmenuntutpemenuhan hak
pelaksanaan perjanjian. b.
Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai Exceptio non adimpleticontractus. Debituryangdituduhtelahlalai dandituntutuntuk membayar ganti rugi, dapat mengajukan di
depan Hakim bahwa kreditur sendiri juga telah lalai dalam menepati janjinya. Misalnya, sipembelimenuduh sipenjualterlambat menyerahkan barangnya padahal si pembeli sendiri
terlambatmembayaruangmuka.Tentang Exceptionon adimpleti contractus ini tidak. diatur di dalam Undang- undang dan merupakan suatu hukum yurispundensi yaitu hukumyangdiciptakanparahakim.
c. Pelepasanhakrechstvenverking. Alasan terakhir ini merupakan suatu sikap pihak kreditur yang membuat pihak debitur
menyimpulkanbahwa kreditur tidak akan lagi menuntut ganti rugi. Misalnya, si pembeli telah membeli suatu barang dan ia mengetahui adanya suatu cacat tersembunyi atau tidak berkualitas
bagus,tetapiiatidak menegursipenjualdantetapmemakai barangtersebutsehinggadari sikapnyatersebutiatelahpuas akan barangtersebutmaka, dalamhalinisudahselayaknya tuntutannya
tidakditerima olehhakim. Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagidebitur yang lalai ada empatmacam, yaitu:
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengansingkatdinamakan gantirugi;
b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;
c. Peralihan risiko;
d. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepanhakim.
Tentang bagaimana caranya memperingatkan seorang debitur, agar jika ia tidak memenuhi
Universitas Sumatera Utara
teguran itu dapat dikatakanlalai, diberikan petunjuk olehPasal1238 KUHPerdata berbunyi,“Si berutang adalah lalai, bila ia dengan surat perintah atau dengan sebuahakta sejenis itu telah
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri jika ini menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktuyangditentukan”.
Sebagai kesimpulan dapat ditetapkan, bahwa kreditur dapat memilih antaratuntutan-tuntutan sebagaiberikut:
a. Pemenuhan perjanjian;
b. Pemenuhan perjanjian disertaigantirugi;
c. Gantirugisaja;
d. Pembatalan perjanjian;
e. Pembatalan disertaigantirugi.
D. Tinjauan Umum Tentang Kredit Pemilikan Rumah KPR